Sabtu, 13 Juni 2009

partai politk

PARTAI POLITIK
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Politik








Di Susun Oleh :
Nama : Burhan
NIM : 208400801













UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN JURNALISTIK
2008
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Marilah sejenak kita tanggalkan segala bentuk kesombongan kita dihadapan Alloh SWT untuk senantiasa memanjatkan puji serta syukur kita kehadirat Alloh SWT yang berkat segala limpahan dan curahan nikmat serta hidayahnya kita semua dapat menghembuskan nafas keimanan dan ketaqwaan demi menjunjung tinggi keagungan kalimatnya dengan senantiasa merefleksikan apa yang menjadi perintahnya sebagai bentuk ketundukan serta kekhusyuan ibadah keharibaannya.
Shalawat serta salam perdamaian bagi semesta alam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW,Karena berkat citra diri dan dakwahya beliau mampu menjadikan dienul islam ini sebagai dien kokoh yang dibangun atas kekuatan pondasi keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah sehingga kita sebagai pengikutnya yang setia benar-benar dapat menerima mata rantai kebenaran yang hingga saat ini sama-sama kita pegang teguh sebagai jalan menuju mardhotillah.
Tahun 2009 yang sedang kita songsong adalah tahun perayaan pesta demokrasi yang kesekian kalinya. Tahun pemilu. Dimana setiap partai politik menyiapkan segala bentuk daya dan upaya untuk menjadikan mereka lebih ungguldimata masyarakat.
Pada dasarnya partai politik lahir dan menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang menyalurkan dan mengakomodasi aspirasi masyarakat, dalam proses partisipasi politik. Di negara berkembang seperti Indonesia. Partai politik merupakan bagian dari alat modernisasi masyarakat, mengotrol kebijakan pemerintah dan bisa juga menjadi alat mobilisasi kelompok baru ke dalam dunia politik dengan mekanisme kewenangannya tidak tertumpu pada satu orang, karena fungsi partai politik merupakan bagian dari komunikasi politik yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat dapat di minimalisir.
Merujuk pada pentngnya memahami sejarah perkembangan serta permasalahan yang muncul mengenai Partai Politik, maka saya memberanikan diri untuk menyusun makalah yang berjudul “ Partai Politik “.selain itu juga makalah ini saya susun guna memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Ilmu Politik yang diharapkan dengan tersusunya makalah ini para pembaca pada umumnya dan saya sebagai penulis pada khususnya dapat lebih memahami sejarah perkembangan partai politik Indonesia yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi kearah yang positif guna membangun Indonesia menjadi lebih baik.
Saya sebagai penyusun menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tertuang dalam makalah ini masih jauh dari apa yang dinamakan sempurna.Oleh kerena itu saya mohon kritik yang membangun agar ada perbaikan dalam pembuatan makalah berikutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandung,23 Oktober 2008


Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
I.II Maksud dan Tujuan
I.III Rumusan Masalah
I.IV Permasalahan
I.V Metode

BAB II PEMBAHASAN
II.I Sejarah Partai Politik
II.I Apa itu Partai Politik
II.III Peran dan fungsi Partai Politik

BAB III PENUTUP
III.I Kesimpulan


DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang
Di Indonesia pembangunan politik sebagai suatu bentuk kebangkitan politik yang melibatkan perluasan partisipasi masyarakat, proses partisipasi massa ini berarti penyebarluasan pembuat keputusan, dan partisipasi ini mempunyai pengaruh terhadap pilihan dan keputusan. Tetapi di Indonesia partisipasi politik masyarakat sering kali di manipulasi oleh para elit-elit partai demi untuk kepentingan yang sifatnya pragmatis .
Di dua kali melakukan pemilu menghasilkan anggota legislatif yang didalamnya merupakan orang-orang pilihan dari partai-partai politik, jadi peranan partai politik sangatdominan, karena mempunyai peranan yang sangat besar ini. Partai politik berhak menempatkan orang-orang pilihannya untuk duduk di legislatif (menurut orang-orang partai). Jadi dalam wilayah nomor urut calon legislatif sangat di tentukan oleh masing-masing partai politik yang telah lolos untuk mengikuti pemilu.
Jika harus memakai mekanisme suara terbanyak maka memungkinkan duduknya para orang-orang di legislatif bukan kader partai politik, tapi dia popular di tengah-tengah masyarakat, jika hal itu terjadi maka peranan partai sebagai fungsi control terhadap pemerintahan, artikulasi dan agregasi menjadi sangat kecil. Kondisi ini sangat bertentangan dengan makna dan implementasi undang-undang pemilu yang ada, karena undang-undang telah mengamanatkan bahwa “ Peserta Pemilu adalah Partai Politik” dan untuk wadah suara terbanyak telah jelas dan gamblang yaitu Dewan Perwakilan Daerah DPD.
Kalau system pemilu di rubah dengan Tanpa Nomor Urut, maka ketentuan peserta pemilu bukan partai politik lagi dan undang-undang susunan kedudukan juga harus di rubah, serta yang duduk di parlemen pasti bukan orang-orang partai politik lagi melainkan para tokoh-tokoh masyarakat/orang-orang yang sudah populer di masyarakat yang pada akhirnya fungsi partai politik sebagai alat control terhadap eksekutif tidak berperan. Jika hal ini yang terjadi maka kita telah menyimpang dari prinsip-prinsip dasar demokrasi yang telah di amanatkan dalam trias politica adanya Chek and Ballance.
I.II Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita semua dapat memahami sejarah dan perkembangan Partai Politik Indonesia sehingga tumbuh rasa kecintaan terhadap tanah air.Dengan demikian kita semua sebagai asset penerus bangsa dapat memberikan kontribusi untuk bersama membangun Indonesia kearah yang lebih baik
I.III Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah yang saya susun adalah :
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Partai Politik di Indonesia ?
2. Apa itu Partai Politik ?
3. Apa peran dan Fungsi dari Partai Politik ?
4. Etika Partai Politik ?




I.IV Permasalahan
Sekira 27 partai politik sudah mendaftarkan diri ke Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia September lalu. Partai yang sudah mendaftarkan diri itu, rata-rata partai baru, jadi bila ditambah dengan partai lama dan partai baru lainnya yang belum mendaftar jumlahnya akan jadi sangat banyak.
Bila kita perhatikan, jumlah peserta pemilu di Indonesia selalu mengalami perubahan. Pada pemilu pertama 1955, Indonesia menganut sistem multipartai. Kemudian menjadi hanya tiga partai sejak pemilu ketiga. Pada pemilu pertama setelah kejatuhan Presiden Soeharto, jumlah pesertanya melonjak jadi 48. Dan pada pemilu yang lalu, jumlah peserta menciut jadi 24 partai. Jumlah partai politik peserta pemilu memang mengalami pasang surut, namun ternyata banyak ataupun sedikitnya jumlah partai tidak membawa perubahan yang signifikan di tengah-tengah masyarakat.
Letak permasalahannya mungkin bukan pada jumlah partai, tetapi sampai saat ini masih belum ada partai politik sejati yang menjalankan fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi itu di antaranya yaitu: fungsi agregasi (penggumpalan ide atau gagasan yang berkembang di tengah masyarakat), fungsi edukasi (pendidikan politik rakyat), fungsi artikulasi (penyampaian aspirasi rakyat), dan fungsi rekrutmen (Sigmund Neumann, 1981). Fungsi terakhir ini bertujuan untuk representasi (perwakilan) kemudian melahirkan kegiatan legislasi (pembuatan hukum).
I.V Metode
Metode yang saya gunakan untuk pembuartan makalah ini adalah :
1. Analisis Lapangan
2. Studi Ke Pusda
3. Referensi Buku
4. Jelajah Internet













BAB II
PEMBAHASAN

II.I Sejarah Partai Politik

Awal mula lahirnya Parpol
1. Sejarah Parpol di Eropa
• Parpol mula-mula lahir di Inggris pada abad pertengahan. Partai pertama berdiri adalah “Tories” (Partai konservatif Inggris saat ini) dan “Whigs”. Keduanya terbentuk menjadi partai setelah hak pemilu diperbaiki dan diperluas untuk seluruh lapisan masyarakat pada tahun 1832, 1867 dan 1884/1885.
• Parpol di Jerman berdiri pada tahun 1848 bersamaan dengan pembentukan parlemen nasional jerman. Parlemen terbentuk sebagai kompromi akibat kegagalan revolusi tahun 1848/1849.
• Partai yang dominan pada periode tersebut adalah partai elite. Anggota parlemen dipilih lewat pemilu terbatas. Artinya, ukuran untuk mendapatkan kursi ditentukan oleh besarnya jumlah pajak yang disetor ke negara. Makin banyak pajak yang disetor makin sedikit suara yang diperlukan untuk mendapatkan kursi di parlemen. Akibatnya hanya orang-orang kaya saja yang bisa masuk ke parlemen. Sementara, kandidat-kandidat dari rakyat seperti buruh tidak bisa masuk parlemen, kalaupun masuk harus mengumpulkan suara sebanyak-banyaknya. Belum lagi pada masa tersebut kaum perempuan belum mempunyai hak memilih.
• Pada tahun 1875 dibentuk Partai Sosial-Demokrat Jerman (SPD Jerman). Partai ini didirikan oleh gabungan serikat-serikat buruh untuk menghadapi dominasi partai elite. SPD mengambil bentuk dan ciri sebagai “Partai Massa”. SPD kemudian tidak hanya berkembang di Jerman tapi juga di seluruh Eropa dan benua lainnya.
• Pada awal abad XX Parpol mengalami perkembangan bentuk dengan pilihan ideologi yang lebih bervariasi, seperti Partai Kristen Demokrat dan Partai Liberal.
2. Sejarah awal kebangkitan Parpol di Indonesia
• Parpol di Indonesia terbentuk jauh sebelum kemerdekaan yakni pada paruh pertama abad XX di awal kebangkitan pergerakan nasional menentang kolonilisme Belanda. Parpol pertama yang didirikan oleh kaum pergerakan adalah Indische Partij (Partai Hindia) pada tahun 1911. Partai ini didirikan oleh E.F.E Douwes Dekker (dikenal dengan nama Setia Budi), kemudian tahun berikutnya dua tokoh pergerakan nasional bergabung yakni Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Surjaningrat (dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara). Indische Partij mempermaklumkan suatu “nasionalisme Hindia” dan menuntut kemerdekaan.
• Parpol lainnya yang terbentuk pada periode tersebut adalah Insulinde yang didirikan pada awal tahun 1918 (catatan: ada pendapat yang menyatakan Insulinde telah berdiri sejak tahun 1907). Insulinde didirikan di Surakarta oleh salah satu tokoh kyai yang juga menjadi pimpinan gerakan nasional kemerdekaan yakni Haji Misbach. Partai ini awal mulanya merupakan perkumpulan kecil dengan anggota sebagian besar orang Indo, Tionghoa peranakan, dan priyayi profesional. Namun pada tahun 1919 keanggotaannya meluas dengan cepat (sekitar 10.000 anggota) karena merangkul dukungan kaum tani di pedesaan.
• Tahun 1924 lahir Partai Komunis Indonesia (PKI). Cikal bakal PKI mulai dirintis pada tahun 1914 oleh H.J.F.M Sneevliet, aktivis serikat buruh berkewarganegaraan Belanda yang mengusung ide-ide sosial demokrat revolusioner. Sneevliet tiba di Indonesia tahun 1913 kemudian tahun 1914 dia mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeneging (ISDV)/Ikatan Sosial-Demokrat Hindia. Awalnya keanggotaan ISDV seluruhnya orang Belanda namun sejak tahun 1915 organisasi ini mulai mendekati Serikat Islam yang dinilai mempunyai basis keanggotaan dari masyarakat bawah. Keberhasilannya menarik sebagian basis dukungan Serikat Islam terutama serikat buruh kemudian menjadikan PKI sebagai partai komunis terbesar di Asia pada abad ke XX.
• Pada tanggal 4 Juli 1927, Sukarno dan Algemeene Studieclubnya memprakarsai pembentukan sebuah Parpol baru yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia, dengan Sukarno sebagai ketuanya. Kemudian pada bulan Mei 1928, nama partai ini diubah menjadi Partani Nasional Indonesia (PNI). Tujuan PNI adalah kemerdekaan bagi kepulauan Indonesia yang akan dicapai dengan cara nonkooperatif dan dengan organisasi massa. PNI adalah Parpol pertama yang beranggotakan etnis Indonesia, semata-mata menciptakan kemerdekaan politik, berpandangan kewilayahan yang meliputi batas-batas Indonesia sebagaimana yang ditentukan oleh pemerintah kolonial Belanda, dan berideologi nasionalisme sekuler.
• Di luar Parpol yang beraliran nasionalis, pada tahun 1929 terbentuklah Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Parpol ini berasal dari Serikat Islam yang sejak awal tahun 1920-an menjadi kekuatan politik pribumi melawan kebijakan kolonialisme Belanda.
• Pada bulan April 1931 PNI dibubarkan karena sejak tahun 1930 PNI oleh pemerintah kolonial Belanda tidak lagi diizinkan menjalankan aktivitas politiknya yang dinilai dapat mengancam stabilitas politik kekuasaan kolonialisme Belanda. Maka pada April 1931 sebagian pimpinan dan anggota PNI mendirikan Partai Indonesia (Partindo) yang diketuai oleh Sartono. Partindo meneruskan cita-cita perjuangan PNI namun dengan cara-cara yang lebih moderat.
• Sekembalinya Soetan Syahrir dan Mohammad Hatta dari negeri Belanda setelah menamatkan studinya, pada awal 1932 mereka mendirikan organisasi politik baru di luar Partindo yakni Club Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru). Parpol ini lebih menekankan program pendidikan politik kepada anggotanya dan rakyat Indonesia tentang kebangsaan serta menitik beratkan sebagai partai kader.
• Tidak semua Parpol pada masa perjuangan kemerdekaan menganut paham nonkooperatif dan radikal. Sebagian kelompok pergerakan pada tahun 1935 mendirikan Partai Indonesia Raya (Parindra) yang dipimpin oleh Dr. Raden Soetomo, Mohammad Hoesni Thamrin, dan Mr. Susanto Tirtoprodjo. Meskipun Parindra mengambil sikap moderat namun Parpol ini punya pengaruh cukup besar di Volksraad (Parlemen ciptaan Belanda).
• Koalisi Parpol juga dilakukan pada era perjuangan kemerdekaan. Pada Mei 1939, Parindra yang diwakili Mohammad hoesni Thamrin, Gerindo diwakili Amir Syarifuddin, dan PSII diwakili Abi Kusno, mendirikan Gaboengan Politiek Indonesia (GAPI). Program umum Gapi antara lain: (1) Hak menentukan sendiri bangsa Indonesia; (2) Kesatuan bangsa berlandaskan “demokrasi sosial, politik, dan ekonomi”; (3) Membentuk parlemen pilihan yang demokratis dan bertanggungjawab kepada rakyat Indonesia’ dan (4) Solidaritas antara kelompok-kelompok politik di Indonesia dan kelompok politik di Negeri Belanda demi mempertahankan garis anti fasis yang kuat. Pada Desember 1939 Gapi menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia di Batavia (Jakarta) yang dipandang sebagai keberhasilan yang cukup besar.
• Ketika Jepang masuk dan menjajah Indonesia tahun 1942, mereka mendekati dan mengkonsolidasi kelompok-kelompok/organisasi-organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah untuk menghadapi serangan balik tentara sekutu. Akhir 1943 dibentuklah MIAI (Majelis Sjuro Muslimin Indonesia atau dikenal dengan Masyumi). Pada tahun 1945 Masyumi kemudian dikenal menjadi Parpol yang cukup berpengaruh di Indonesia di bawah kepemimpinan Mohammad Natsir. Namun demikian koalisi antara NU dan Muhammadiyah tidak bisa bertahan lama. Pada tahun 1952 NU keluar dari Masyumi dan mendirikan partai sendiri.
• Pecahnya revolusi Agustus 1945 mendorong kelompok-kelompok revolusioner yang terutama dari kalangan pemuda semasa pemerintahan Jepang bergerak di bawah tanah yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin membentuk Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo). Kemudian para pengikut Amir Sjarifuddin bergabung dengan kelompok Sjahrir untuk membentuk Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada Desember 1945. Dalam perjalanannya kemudian PSI menitik beratkan menjadi partai kader yang banyak melibatkan kaum intelektual perkotaan.


II.II Apa itu Partai Politik
• Partai berasal dari kata Yunani yakni “Pars” yang artinya “bagian” atau “bagian dari keseluruhan”. Karena itu keberadaan partai tunggal atau membatasi partai lawan merupakan pelanggaran terhadap artian “pars” itu sendiri.
• Partai politik adalah perkumpulan orang-orang yang seazas, sehaluan, dan setujuan, yang berikhtiar untuk memenangkan dan mencapai cita-cita politik dan sosial mereka secara bersama.
• Partai Politik adalah sekumpulan orang yang terorganisir dengan paham politik tertentu yang berkompetisi dalam pemilihan umum sebagai upaya untuk memenangkan posisinya di parlemen/pemerintahan lokal maupun nasional.
• Partai politik adalah perkumpulan warga negara yang sepaham guna mengembangkan kepentingan politik bersama dalam proses pembentukan kehendak dan pengambilan keputusan yang menyangkut permasalahan masyarakat, terutama lewat penyampaian pendapat, baik secara langsung maupun tidak langsung, guna mempengaruhi kebijakan pemerintah, pengisian jabatan-jabatan politik dan pengaturan kehidupan politik dan bernegara.

setapak perjalanan hidup yang belum usai

up yang belum usai

Burhan

Life episode’s

Menelusuri lorong tergelap

Menuju insan seutuhnya

Life episode’s

Menelusuri lorong tergelap

Menuju insan seutuhnya

Burhan

Dipersembahkan

Untuk

Ibuku A. Khotijah yang dengan segala ketulusan hatinya telah menemaniku merangkai dan mengingatkan peristiwa penting dalam episode hidupku yang sedikit terlupa menjadi sebuah buku penuh hikmah.

Keponakanku imam, jemari mungilnya yang selalu memijit keyboard komputer ataupun laptop. Aduhai, biarpun sangat mengganggu, tetapi tindakan lucunya dapat me-refresh otak saya.

Sahabatku Cecep dan Kiki, kata-katanya selalu melahirkan inspirasi baru, walaupun mereka selalu menggodaku agar menunda pekerjaanku ini.

Dosenku Agus Ahmad Safei, yang dengan kesabaranya membimbingku merangkai etos menulis.

Guruku Ita Djuwita, yang dengan ketulusanya mendidik saya menumbuhkan semangat membaca

Kekasih pertamaku Mega, yang selalu menjadi motivator dalam setiap langkahku.

Bismilahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Marilah sejenak kita singsingkan segala bentuk kesombongan kita untuk senantiasa memanjatkan puja serta syukur kita kehadirat Alloh SWT yang berkat segala limpahan dan curahan nikmat serta hidayahnya kita semua dapat menghembuskan nafas keimanan dan ketaqwaan demi menjunjung tinggi keagungan kalimatnya dengan senantiasa merefleksikan apa yang menjadi perintahnya sebagai bentuk ketundukan serta kekhusyuan ibadah keharibaannya.

Shalawat serta salam perdamaian bagi semesta alam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat citra diri dan dakwahya beliau mampu menjadikan dienul islam ini sebagai dien kokoh yang dibangun atas kekuatan pondasi keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah sehingga kita sebagai pengikutnya yang setia benar-benar dapat menerima mata rantai kebenaran yang hingga saat ini sama-sama kita pegang teguh sebagai jalan menuju mardhotillah.

Hidup adalah suatu pilihan dimana setiap pilihan memiliki konsekwensi baik dan buruk. Setiap orang juga memiliki masa lalu yang berbeda,namun tidak semua orang mau mempelajari dan memperbaiki hidupnya. Serangkaian perjalanan hidupku ini semoga dapat menjadi sesuatu yang membekas dalam hati setiap pembaca.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb

Bandung,1 September 2008

B U R H A N

KUTEMBUS BATAS RASIO

Menembus batas rasio adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh setiap manusia pada umumnya. Banyak manusia mempersepsikan kebenaran dengan logika mereka. Mereka enggan menghadapi hidup diluar rasio mereka. Rasionalitas mereka anggap sebagai batasan kebenaran. Pada umumnya banyak orang yang takut melewati rasionya. Melewati rasio dianggap gila.

Saya adalah orang yang selalu ingin berbeda dengan kebanyakan orang. Memiliki keinginan kuat merupakan bahan baku saya. Selalu melakukan hal diluar batas rasio merupakan ambisi hidup saya. Saya sadar bahwa ambisi saya itu memang rumit. Tapi disitulah makna hidup sebenarnya. Manakala kita dihadapkan dengan hal diluar rasio, kita akan mulai menganalisa dan membangkitkan akal kita. Akal kita akan berusaha mencari jawaban tentang itu.

Bagiku akal adalah penguasa dunia. Seorang Albert Einstein saja baru menggunakan 8% dari akalnya sudah dapat menciptakan sesuatu yang luar biasa. Bayangkan kalau kita dapat memaksimalkan potensi akal kita. Bukan hanya liku kehidupan yang bisa kita tembus, batas rasiopun dapat ditembus. Aku selalu berambisi untuk merubah rasio semua orang terhadap sesuatu hal. Bagiku hidup tidak sekedar pengakuan keberadaan, tapi hidup adalah suatu perubahan. Perubahan kearah posiif. Tidak terpaku dan mengikuti kenyataan yang ada.

Merayap penuh harap

menelusuri lorong tergelap

Dan ketembus batas rasio

Setelah kulayangkan kebersyukuranku pada Illahi. Kali ini ingin ku sampaikan pada semua pihak yang telah membuat diri ini malu untuk berdiam diri. Membuat diri ini begitu hina tat kala kuhanya sibuk dalam rasio tanpa ada suatu gerakan nyata.

Dialah Ita Djuwita, seorang guru terbaik selama saya berada di SMAN 21 Bandung. Argumentesinya selalu membuatku bangkit. Intelektualitasnya terpancar disetiap bait kata yang terucap. Arah telunjuknya adalah cerminan kokohnya cita-cita.

Kuteringat suatu peristiwa, ketika kusandarkan lelahku pada sebuah keluhan. Terhentak hati ini ketika keluhan itu buyar. Sosok guruku hadir mengingatkan kata-katanya yang telah tersampaikan padaku. Guruku selalu bertanya “ Sejauh mana kau merasakan lapar dalam membaca?”. Aku selalu merasa hina manakala kuingat kalimat itu. Kalimat itu kuartikan lebih luas. Dalam hati kuberkata “Pantaskah aku hidup tanpa mampu membaca ?,jangankan kau baca buku, untuk membaca keadaan dirimu kau sulit. Pantaskah kau disebut pelajar, manakala kau hidup jauh dari buku?

Aku mulai bangkit, kuberlari meninggalkan bayangan lelahku menuju perpustakaan. Kucari buku sebagai stimulus membaca. Memang sulit mengundang jiwa membaca, tapi aku tidak menyerah. Kuingin membuktikan pada guruku bahwa aku tidak kalah dari beliau. Tidak selamanya guru lebih baik dari siswa. Ku ingin menjadi manusia seutuhnya.

Sejak saat itu aku selalu berusaha membaca buku. Apapun buku itu. Yang terpenting otaku tidak tegang, ketika menerima informasi tekstual. Terima kasih Bu Ita Djuwita yang telah mampu membangkitkan semangat membaca dalam jiwaku. Terima kasih atas semua hal yang telah kau sampaikan. Setiap katamu mampu membongkar kehinaan diri ini.

Thanks to my teacher………Ita Djuwita

Berikutnya kulayangkan ucapan terima kasihku ini pada dosenku Agus Ahmad Safei. Terlalu singkat rasanya aku mengenalnya. Namun rasa kagum tidak ditentukan oleh waktu. Bagiku beliau memiliki kharisma yang unik.

Awalnya kususun buku ini hanya sekedar memenuhi tugas mata kuliah menulis akademik saja. Namun paradigmaku berubah ketika beliau menyampaikan materi etos menulis. Aku baru sadar ternyata menulis bukan sekedar merangkai kalimat. Menulis adalah kehormatan.

Ingin kubuktikan bahwa aku adalah manusia. Manusia yang axis, harus membuktikan keberadaanya dengan suatu karya. Karya adalah bentuk dari kehormatan. Maka buku ini kususun bukan sekedar memenuhi tugas kuliah, namun buku ini ada sebagai bukti kehadiranku dimuka bumi.

Berawal dari itulah kumulai perbaiki setiap rangkaian kata dan kalimat dalam buku ini. Kukutip satu kalimat dari beliau. Buku ini adalah buku biasa, yang ditulis oleh orang biasa, untuk dibaca oleh orang biasa, bahasanyapun biasa-biasa saja.

Bagiku yang terpenting dari ke-biasa-an itu bukanlah buku yang saya susun. Tapi dari ke-biasa-an itu, melahirkan semangat luar biasa dalam jiwa ini. Malu rasanya kalau aku tercipta hanya sebatas penikmat karya orang lain.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar -1

Kutembus Batas Rasio -3

Thanks To -6

Dafrtar Isi -13

Dibalik Sunyi Malam –18

Kebahagiaan di Mata Ayah –20

Usia Bukan factor Utama Kedewasaan –24

Aku Bersama kampungku –27

Berjuta Kisah di Babakan Jati -32

Sayapku Muncul –39

Ikrar Bersama –44

Organization, The Second School –47

Pasukan Kibar Bendera –51

Tuti Alfianti –55

Yunita Rahmasari –58

Ayu Rahayu –60

Nurtia –60

Mega Fajrin Nugraha –62

Nurlaela –63

Ningtatih –64

Syarifah –64

Widi Handayani –65

O S I S –67

Pembentukan Kepengurusan –71

Cecep MSG –71

Rosdiana Sunaryan –72

Rai –73

Ticka fauziah –83

Kiki Friyadi –84

Desi Rosmaya Puteri –85

Fahla Fadhilah Lotan –85

Fajar Tiba –88

P M R –90

Praja Muda Karana –93

Kutaklukan Terjalnya Paku Bumi –98

Kumpulan Motto Organisasi –102

Virus Merah jambu –104

Kutemukan diriku di SMAN 21 –116

K K S –119

Naluri tauhid –125

Kata Hati –132

Super Aktif ( Rai, OSIS SMP) –132

Sosok sederhana ( Devi W., Jurnal ) –134

Seorang Motivator ( Dra. E. Tuti Syarifah, Wali Kelas, Kelas dua SMP )

–134

Seorang Pemimpin ( Ujang Rochendi, Teman SMP ) –135

Seorang yang Solid ( Cecep MSG, Teman SMP ) –137

Seorang Pemikir Keras (Nurtia, Paskibra ) –140

Seorang yang Misterius ( Fahmi, Teman SMA ) –141

Dibalik Sunyi Malam

15 Mei 1989.Diakhir pertigaan malam.Disudut kamar,dibalik lemari tua.Terlihat sesosok insan tertunduk diatas sejadah.ya dialah ayahku.Diiringi nyanyian katak saling bersahut.Hembusan udara subuh, menambah ketajaman tafakur.Diantara alam sadar dan tidak sadar, ayahku dihampiri lelaki tua.lelaki tua itu memang selalu hadir disaat tafakur.Namun ada yang berbeda dengan kehadiranya.

Ditepuklah punggung ayahku.Ayahku terhentak dan berkata “Ada apa?”.lelaki tua itu menjawab “Dengarkanlah apa yang Aku katakana,Aku akan menitipkan seorang anak laki-laki padamu,tapi berilah dia nama Burhan!”.Dalam rasio,ayahku berkata “banyak anak banyak rezeki,apalagi anak laki-laki”.Belum sempat menjawab,tiba-tiba ayahku dikagetkan dengan suara terikan ibu yang ada di dapur.Akh…akhh..Sakit…sakit.Hatih ayah semakin kacau.Apalagi dengan piring pecah menyusul teriakan ibuku.Ayahku segera berlari.Mendobrak daun pintu yeng telah dimakan rayap.”Astagfirullah,ada apa nih bu?”.Ibu tetap mengerang kesakitan.Tak satupun kata terucap selain sakit.Kedua tangannya memegang erat perut.Seperti kesetanan,ibu terus mengerang kesakitan.Spontan warga berkumpul.Warga terus berdoa.Tapi ibuku terus merasa sakit.Beberapa menit kemudian.tanpa satu orangpun mengira.Ibuku melahirkanku.Ibuku spontan melompat.Kaget melihat seorang bayi lahir dari perutnya.

Kejadian itu memang diluar batas rasio manusia.Seorang bayi yang dilahirkan tanpa proses dalam kandungan.Peristiwa itu mengguncang pikiran ibuku.Tak sedikitpun persiapan kelahiran dipersiapkan.tak ada baju bayi,samping apalagi selimut atau perlengkapan lainnya. Kelahirankupun menjadi buah bibir masyarakat.Tak hanya warga sekitar yang berbondong-bondong ingin melihat aku,tapi warga dari luar kota pun ikut bejibun.

Kebahagiaan Dimata Ayah

Ayahku bernama Ujang Rochendi.Beliau memiliki perawakan yang tinggi besar.kumisnya tebal.Janggutnya selalu dicukur habis.matanya selalu tajam menatap.Disebelah kanan pelipisnya ada tanda bekas terkelupas,namun sudah kering.Ya,hanya tanda hitam akibat kenakalan remaja.

Ayahku orang yang mandiri. Beliau sudah merantau sejak usia 9 tahun. Beliau selalu mencari ilmu agama.Kehidupannya sangat prihatin.Jauh dari kasih sayang seorang ayah.Untuk mendapatkan makan,beliau harus banting tulang.Masa kecilnya tak seperti kebanyakan orang.Ayahku hanya bisa mengenyam pendidikan sampai tingkat SD.Walaupun demikian ayahku pintar dalam bergaul.beliau selalu mendapatkan ilmu dimanapun beliau berada.

Ayahku sempat masuk pondok pesantren di Pondok Pesantren Margasari.Gurunya sangat sayang pada ayahku.Ayahku selalu memperhatikan gaya orang berbicara,sehingga ayahku tergolong orang yang “pintar” berbicara.Ayahku rajin membaca.Tak seharipun beliau lewatkan tanpa membaca.Pengetahuannyapun luas.Melebihi orang yang makan bangku pendidikan.Buktinya banyak orang berpendidikan datang pada ayahku untuk berkonsultasi.

Ayahku dibesarkan dilingkungan yang agamis.Sampai ayahku beranjak dewasa,ayahku menjadi salah satu guru madrasah.Santrinya banyak sekali.Hingga suatu saat ayahku bertemu dengan ibuku.Mereka menjalin cinta.Ketika itu ayahku memang sudah hidup mandiri.Jauh dari kasih sayang seorang ayah.Apalagi waktu itu ayahku seorang yang piatu.

Ketika ayahku akan menikah,beliau tidak memiliki uang sepeserpun.Beliau bekerja siang malam hanya untuk mencari uang.Namun saat itu pekerjaan memang sulit didapat.Jangankan untuk menikah,untuk makan saja sulit rasanya.Kenyataan itu tidak membuat ayahku menyerah,beliau semakin bersemangat untuk hidup.Baginya kebahagiaan bukan berarti punya uang dan makan enak.

Kedekatan beliau dengan para santri membuat para santri tersentuh hatinya.Para santri bertekad untuk membantu ayahku menikah.Tanpa sepengetahuan ayahku,para santri mengumpulkan uang sedekah.Uangpunterkumpul.

Jumlahnya Rp.23.000.Masih jauh dari cukup.Untuk membayar ipekah saja harus ada Rp.25.000.Namun karena kesungguhan ayahku untuk menikah maka Pak Lebepun tidak mempermasalahkanya.

Ayahku menikah dengan modal uang Rp.23.000.Tidak ada perayaan apapun.Jangan perayaan,untuk mas kawin seperangkat alat solat saja harus mengutang.Setelah menikah ayahku tidak tau harus membawa ibu kemana.Pak Lebe bertanya “Sekarang kalian mau kemana?”Kedua orang tuaku terdiam.Pak Lebe sudah tau jawabanya.Pak Lebepun tidak sampai hati melihatnya.Akhirnya uang ipekah yang jumlahnya Rp.23.000 itu dikembalikan.

Kehidupan kedua orangku sangat sulit.Kemanapun ayahku pergi,ibuku selalu ikut bersama beliau.Dua tahun orang tuaku tak punya tempat tinggal.Ayahku bekerja menjadi seorang kuli bangunan.Ibuku tinggal ditempat ayah ku bekerja.Ayahku selalu melepas daun pintu untuk alas tidur ibuku.Orang tuaku makan diatas daun pisang.Pernah orang tuaku puasa beberapa hari karena tidak ada makanan yang dapat dimakan.

Kakek dan neneku tidak tau apa yang terjadi dengan orang tuaku.Ayahku selalu menyembunyikan keadanya.Beliau tidak mau hidup bergantung pada orang lain.Adapun orang tuaku makan itu karena pinjam beras pada neneku.ya..lebih baik pinjam daripada meminta.Demikian berat jalan yang ditempuh orang tuaku untuk bertahan hidup.Sungguh masa-masa sulit terus berganti bagaikan siang dan malam.

Usia Bukan Faktor Utama Kedewasaan

Ibuku bernama Apong Khotijah.Tingginya sekitar 160 cm.Beliau dilahirkan dilingkungan orang yang berada.Beliau anak kedua dari tujuh bersaudara.Ibuku adalah anak yang paling disayang oleh nenek.Beliau lulusan SMP.Beliau sangat rajin bekerja.Membantu nenek membereskan rumah adalah pekerjaanya sehari-hari.Ibuku tak pernah perhitungan dengan saudaranya yang lain.Beliau selalu mengalah.Beliau selalu bersikap dewasa.Bahkan lebih dewasa dibandingkan dengan kakanya.

Ibuku rajin mengaji.Dilingkungan saudara yang jauh dari agama,ibuku tumbuh besar.Beliau tidak pernah terbawa oleh ajakan saudaranya.Ibuku seorang yang istiqomah.Beliau belajar di madrasah yang mana ayahku sebagai gurunya.Kedewasaan ibuku semakin tampak setelah bertemu dengan ayahku.Beliau tidak hanya diajar oleh ayahku namun beliaupun dididik sedemikian rupa hingga terlahir menjadi wanita yang pandai menjalani hidup.Kakeku tidak pernah setuju dengan hubungan ibu dan ayahku.”Hidup itu sulit,mau makan apa kamu hidup bersamanya?”.Itulah kata-kata yang sering diucapkan kakeku.Maklum saja kakeku berkata seperti itu.Kakeku orang berada.Sedangkan ayahku orang tak punya.

Lulus SMP,ibu menikah dengan ayah.Walau kakek orang berada.Ibu tak pernah meminta pada kakek.Bagi ibuku harta tak menjadi jaminan kebahagiaan.Entah seperti apa ayah mendidik ibu,hingga ibu begitu kuat menjalani hidup.

Berbeda dengan saudara ibu yang lainnya.Mereka selalu hidup berkecukupan.Ladang yang luas.Ternak yang banyak.Sampai tempat tinggalpun mereka dapatkan secara Cuma-Cuma.

Betapa tebal perbedaan hidup ibuku.Namun ibuku tak pernah mengeluh.Baginya yang terpenting adalah proses.Beliau selalu yakin,dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.

Perjuangan orang tuaku tidak sia-sia.Dalam kurun waktu tiga tahun empat bulan,mereka dapat bangkit menjadi orang sukses.Rumah mereka miliki.Kebahagiaan juga mereka dapatkan.Kini mereka hidup sangat bahagia.Kehidupan mereka menjadi teladan bagi warga sekitar.Warga menaruh simpati yang mendalam.Walau usia mereka masih muda,tapi mereka sudah dituakan oleh warga.

Apapun yang ada dimasyarakat,ayahku selalu menjadi orang terdepan.Tidak ada yang berani mendahului.Bukan karena takut,tapi karena rasa segan yang mendalam.Banyak orang yang berkonsultasi pada orang tuaku.baik masalah perdagangan sampai pada masalah pribadi mereka.

Bukan hanya warga sekitar saja,tapi warga luar kotapun selalu bejibun memenuhi hari-hari orang tuaku.Dari itulah orang tuaku mendapat rizki untuk hidup.Hingga mereka mampu mebuka peluang usaha sendiri.

Aku Bersama Kampungku

Entah sejak kapan, aku tinggal dikampung halaman neneku. Kampung Babakan cianjur Desa Sumber Sari,Ciparay. Disana Aku tumbuh besar.Menghabiskan masa kanak-kanaku.

Aku adalah anak yang paling disayang nenek.Setiap pagi,neneklah yang selalu memandikanku,menyuapiku sampai mengajaku bermain.Ladang nenek sangat luas.Kuhabiskan hariku bersama padi-padi yang bergoyang.Bersama ombak tawar yang berkejaran silih berganti.

Aku selalu membantu ibuku berjualan es kacang hijau kesawah. Kujajakan es ku pada petani disawah.Laris sekali.Bagaimana tidak.Disawah udara sangat panas.Membuat para petani tergoda oleh daganganku. Tidak semua orang membayar pakai uang.Terkadang saya mendapat gabah sebagai penggati uang.

Bila musim kemarau tiba.Sawah bekas panen tampak seolah murka.retakannya menganga..Besar sekali retakan itu.Sampai kakiku masuk kedalamnya.Dipenghujung hari aku terbiasa menghabiskan waktu untuk mencari jangkrik.Sampai larut malam saya mencari binatang itu.Tentunya aku ditemani oleh ayahku atau kakaku.

Kami selalu berkonsentrasi,mendengarkan tanda si jangkrik mulai keluar dari sarangnya.Kadang kujatuhkan badan ini kedasar tanah.suasana harus sepi,agar suara jangkrik terdengar.Aku paling suka melakukan hal itu.Aku selalu mendapatkan banyak.aku tidak tahu untuk apa jangkrik itu.Yang kutahu hanya satu, ada kepuasan batin saat kulakukan hal itu.

Terkadang setelah kami mendapatkan banyak jangkrik.Teman-temanku membuat sate jangkrik.Awalnya jijik.Baunya tidak sedap.Pokoknya bikin mual dan pengen muntah.Tapi setelah kumakan.Eeem,,,,enak banget.Mungkin disitu kepuasan aku dan teman-teman bahkan sodara-sodaraku terlampiaskan, yang pasti itu bukan urusan perut, tapi itu urusan hati.

Satu hal yang tidak orang lain ketahui saat aku memburu jangkrik.Aku Selalu melihat sosok putih. Melayang-layang. Terkadang duduk diatas pohon sirsak, ataupun bersembunyi dibalik pohon pisang didekat makam umum.Memang makam umum berada tepat ditengah pesawahan.

Hanya ayahku yang tahu kejadian itu.Tapi aku tak pernah takut.Pemandangan itu sudah menjadi biasa.Tidak hanya disawah.Bahkan dirumahpun aku sering melihat makhluk serupa itu.Memang seram.Tapi entah kenapa aku tidak merasa takut.Terkadang kuselalu menghampiri makhluk itu dan bertanya “Siapa kamu?kenapa kamu begitu buruk?berbeda dengan kami?”.Makhluk itu hanya tertawa melengking.Membuat bulu kuduku terasa berdiri.Setelah itu makhluk itu pergi.

Teman-temanku tidak percaya dengan hal itu.Kakaku bahkan nenekupun tidak percaya.Hanya ayah dan ibuku yang percaya.Pernah aku bermimpi.Aku dikejar makhluk mengerikan.Kata orang, itu kuntilanak. Aku tertangkap. Aku dicekik. Sesak sekali rasanya. Terasa nyata sekali, hingga aku brteriak dan terbangun. Ayah dan ibuku menghampiri aku.Dengan tersedu-sedu aku bercerita pada mereka.Tampak kaget dari raut wajah ayahku. Ayahku melihat tanda cekikan dileherku. Dileher sebelah kananku ada bekas kuku.

Sejak saat itu aku selalu berdiam diri. Menyendiri tak mau bertemu orang lain. Entah kenapa. Yang pasti aku selalu diam di saung dekat pematang padi disebelah kiri sawah milik neneku. Kuselalu merenung. Kadang kubertanya pada awan “Hai awan kenapa aku hidup?kenapa aku jadi laki-laki?tidak jadi perempuan?Untuk apa aku dilahirkan?.Aku tidak tahu apa-apa. Diusiaku yang masih belia.6 tahun.Aku sudah dihadapkan dengan kejadian dan renungan sedalam itu. Sungguh kejadian yang ada diluar batas rasio orang biasa.

Tersiksa, memang. Begitu banyak beban pikiranku saat melihat sesuatu yang gaib. Aku lelah dengan hal itu. Aku ingin hidup normal.Seperti anak seusiaku.Tak pernah dihantui oleh penglihatan gaibku.Walau bagaimanapun aku ini manusia.Anak sekecil ini sudah dihadapkan pada kejadian seperti itu.

Semakin ku merenung,semakin ku hidup jauh dari seharusnya.Ku mulai bosan bergaul dengan orang seusiaku.Bagiku mereka terlalu kecil untuk menghadapi hidup.Sejak saat itu aku lebih suka bergaul dengan ayahku,bahkan aku selalu ikut kemanapun ayahku pergi.

Sungguh,hidup dikampung neneku merupakan hal yang paling berkesan.Kutemukan makna hidupku disana.Terima kasih jangkrik.terima kasih sawah.terima kasih awan dan terima kasih makhluk buruk yang menyeramkan.

BERJUTA KISAH DI BABAKAN JATI

Juli 1996. Kukenakan pakaian berwarna putih merah. Pakaian tersebut kulapisi dengan jaket bergambar pendekar Rajawali.Tas bergambar tokoh pahlawan kartun bernama Jiban kegendong. Ditemani ibu tercinta kulangkahkan kaki menuju sekolah untuk pertama kalinya.

Tampaknya kebahagiaan hari itu bukan miliku saja. Tampak banyak anak seusiaku merasa bahagia seperti aku. Waktu itu saya masuk kedalam kelas yang kata orang itu adalah kelas A. Dikelas A inilah kumulai mengisi episode baru dalam hidupku. Kelas A berpenghuni sekitar 29 orang, entah berapa putera atau puteri.Saya lupa lagi.

Kulalui hariku dengan canda, penuh tawa. Kuteringat sesuatu. Pada suatu saat ketika teman-temanku sibuk dengan dunia mereka. Kumelihat seorang temanku sedang larut dalam imajnasinya. Ditemani sebatang pensil pendek dengan kedua ujungnya diserut. Dia tampak begitu asik. Entah apa yang dia goreskan pada buku gambarnya. Yang pasti sebatang pohon jambu air menjadi saksi keberadaanya.

Kuhampiri dia dengan langkah tercepat yang kumiliki. Dengan sedikit tepukan dibahu,aku berhasil membuatnya kaget. Entah dimulai dari mana, akhirnya aku tahu dengan pasti siapa itu Suhendar.

Suhendar adalah orang yang tegar. Itu memang cocok dengan postur tubuhnya yang besar dan kekar. Dia adalah anak ketiga dari lima bersaudara pada waktu itu. Walaupun diusia yang begitu dini. Sekitar 8 tahun. Suhendar memiliki jiwa yang kuat. Suhendar didewasakaan oleh lingkungannya. Lingkungan yang penuh dengan duri. Suhendar tidak meresakan sepenuhnya apa yang dirasakan oleh anak seusianya.

Diusianya yang begitu dini, dia sudah dihadapkan dengan masalah yang besar. Faktor ekonomi keluarganya memang dibawah rata-rata. Namun dia tidak pernah mengeluh. Suhendar selalu telat hadir dikelas. Itu bukan karena ia males, tapi ia harus membantu kedua orang tuanya mengikat sayuran. Ia melakukan hal itu supaya ia mempunyai bekal untuk sekolah. Tidak jarang juga dia sekolah tanpa membawa bekal seperti halnya teman yang lain.

Itulah yang menjadi alasan kenapa ia selalu menyendiri disaat waktu istirahat. Entah kenapa disaat mata saya terpaku melihatnya, ada satu rasa takjub muncul. Mungkin karena ketegaran hidupnya membuat saya malu terhadap diri.

Pernah ada satu kisah yang teringat mana kala ku ingat Suhendar. Hari itu hari kamis. Seperti biasa saya dan Suhendar berpuasa. Setelah pulang sekolah, saya memutuskan untuk “ngabuburit” dirumah Suhendar. Ditemani buku-buku sejarah, kuhabiskan waktu. Awan lembayung seolah mengingatkan aku supaya lekas pulang. Suhendar mengantarku sampai setengah jalan. Dijalan kami masih sempat bersenda gurau. Tak terlihat setitik bebanpun diraut wajahnya.

Rasanya kumulai mengenal Suhendar lebih dari aku mengenal diriku sendiri. Kupercepat laju sepedaku. Kuberlomba dengan cepatnya air yang menari menghujam bumi. Bagai anak panah yang terus menghujam sampai banjir darah tergenang. Sepanjang jalan kubertanya pada diri. Ya Illahi kebahagian seperti apakah yang hakiki? Kumulai terbawa gelisah, kucari apa hakikat hidup sebenarnya, namun tak kunjung kudapati.

Dengan basah kuyuk,ku simpan sepedaku, kusandarkan sepeda bututku disamping pagar yang mulai berkarat. Langkahku gontai dan kujatuhkan tubuhku diatas kursi bambu didepan jendela rumahku.

Derasnya hujan

Tak sederas kegelisahan hati

Yang tak terungkap.

Sudah menjadi rutinitas bagi Si jago untuk berkokok, Kokoknya Si jago bukan sembarang kokok. Disetiap kokokanya penuh dengan hinaan. Tentunya hinaan itu ditujukan untuk manusia malas, manusia yang masih dibuai mimpi-mimpi tak pasti.

Pagi itu begitu indah, sepiring gorengan buatan ibu sudah tersedia. Ditemani segelas susu coklat diatas meja plastik biru, kami berkumpul. Kami berdialog seputar masalah disekolah. Begitulah kedua orang tuaku memperhatikan sekolahku.

Cuaca hari itu begitu cerah. Namun suasana hatiku jauh lebih cerah. Langkahku semakin cepat menuju sekolah. Entah apa yang menanti disana, yang pasti aku sangat senang bila bertemu teman-teman disekolah. Kupikir aku datang terlalu pagi, ternyata teman-temanku sudah berkumpul.

Hari-hariku habis ditelan bangku sekolah, tak ada yang paling membahagiakan selain berada ditengah-tengah teman. Semua tampak begitu indah. Tak satupun wajah temanku yang terlupakan. Seperti wajah Heri Setiawan yang selalu tersenyum.

Walaupun perawakan Heri kecil, namun otaknya tak sekecil posturnya. Heri anak yang pandai. Dia menjadi siswa yang paling ditunggu oleh teman-teman. Bagaimana tidak. Ditanganyalah semua pekerjaan rumah terselesaikan. Keuletanya dalam belajar membuat anak-anak segan padanya.

Walau Heri anak dari seorang petani, Heri tak pernah mengeluh. Semangat belajarnya begitu tinggi. Bagaimana tidak, dia memiliki cita-cita tinggi. Dia ingin sekali menjadi seorang dosen Biologi ternama. Kalau bukan karena itu, sudah pasti dia tidak akan belajar sekeras itu.

Bagai ada satu aliran listrik,semangat belajarnya mulai mengaliri jiwaku. Tentu aku tidak mau mengalah, Kuisi hari-hariku dengan persaingan belajar bersamanya.

Sayapku Muncul

Suatu ketika, saat bara debu tersapu angin sepoi. Jiwaku melayang menembus batas rasio. Kumelihat pusaran angin kecil saling bekejaran. Saling bergumul, membentuk pusaran yang lebih besar. Begitu kuat pusaran itu, hingga apa yang ada dihadapanku menjadi gelap. Entah apa yang terjadi, kata teman-temanku sich aku tidur saat jam pelajaran.

Dengan wajah kusut, mata merah. Aku mengangkat tangan pada guruku yang bertanya “siapa yang mau ikut?” Aku tidak sadar dengan apa yang ditanyakan oleh guruku. Beberapa menit kemudian aku tahu, aku sudah terdaftar sebagai peserta Porseni tingkat SD lomba catur.

Aku bingung, Memang aku bisa main catur, tapi aku tidak sehebat ayah dan kakaku. Aku tidak bisa mundur lagi. Namaku terdaftar tanpa ada yang menemani.

Hari berikutnya, bagai kerbau dicocok hidungnya, aku mengikuti kemanapun Pak Ceceng membawaku. Tak ada keraguan bagiku untuk mengikuti jejak langkahnya. Satu yang membuat keringatku terus mengalir adalah lawan seperti apa yang akan kuhadapi nanti.

Hatiku semakin berdebar tatkala aku melihat beberapa sosok manusia seusiaku yang begitu nampak rapi, papan catur dia pegang ditangan kirinya. Sambil duduk manis dia membuka papan caturnya. Sungguh begitu tenang dia menyusun setiap bidak catur, tampak aura kejeniusannya.

Disela hembusan nafas ini ternyata masih ada orang bingung lainya. Tampaknya mereka merasakan yang aku rasakan. Perlahan kudekati mereka dan kusapa mereka. Kali ini aku mendapat teman baru, namanya Anwar dari SD Buah batu.

Rasa gugupku perlahan hilang. Hangatnya senda gurau membuatku nyaman. Gurauaku berhasil membangkitkan spiritku. Tanpa disadari babak penyisihan dimulai.

Setiap babak aku lalui, Aku memang sekadar bisa main catur. Tanpa diduga aku lolos kebabak berikutnya. Tampaknya otaku sudah memanas, tanpa berlama-lama kusikat habis semua lawanku. Singkatnya, aku berhasil mendapatkan penghargaan. Juara catur se-Kecamatan. Itulah awal prestasiku diluar sekolah.

Kemenangan ku ditingkat Kecamatan bukan akhir dari kepakan sayapku. Beberapa hari kemudian aku ditugaskan oleh pihak sekolah. Aku dikirim kepertandingan catur tingkat kota. Sengaja sekolah mendatangkan guru khusus buat aku.

Kini jam sekolahku bertambah, aku begitu bersemangat belajar bermain catur. Berbagai macam trik penyerangan aku pelajari. Satu minggu bukan waktu yang lama. Aku maju memenuhi panggilan. Kudobrak semua pertahanan lawan-lawanku. Kemenanganku terus melaju. Sampai akhirnya aku dipermalukan oleh seorang anak kecil, namanya Andre, walaupun baru duduk dikelas tiga SD, dia mampu mengalahkanku. He,,he. Tampaknya aku harus banyak belajar darinya.

Dari kekalahan itu aku mendapat banyak pelajaran. Sejak saat itu aku tak pernah memandang seorang dari luar, terkadang penampilan luar memang menipu.

Ikrar Bersama

Tahun 2002 aku lulus SD. Aku sangat puas dengan nilai yang kuraih. Bagai mana tidak, dari kelas empat sampai kelas enam aku mendapat peringkat pertama. Entah kenapa, bahagiaku tak sebesar sedihku. Hari demi hari bahagiaku sirna. Kujalani sisa hariku di SD dengan perasaan berat. Aku tahu, mulai saat itu aku harus siap meninggalkan teman-temanku.

Enam tahun, bukanlah waktu yang singkat. Berjuta kisah telah terukir disanubari. Tawa, canda, suka maupun duka telah mengisi episode hidupku.

Sungguh masih melekat dalam benaku. Saat hangat mentari, tak hangatkan hati. Saat keramaian tak hasilkan kesenangan. Saat kesenangan tak hasilkan ketenangan. Saat ketenangan malah menghasilkan kegundahan.

Danau yang begitu tenang. Semilir angin menampar wajah, dingin, tapi tak sedingin suasana hati. Daun-daun berguguran, ikut menghiasi suasana Ciwidey saat itu. Begitu indah, namun indahnya Ciwidey, tak mampu mengalahkan indahnya Babakan Jati.

Suasana perpisahan yang begitu haru. Air mataku begitu nakal,ia memaksaku agar mengeluarkanya dari kelopak mataku saat aku melihat beberapa kawanku tersedu. Seperti ada reaksi kimia dalam jiwa. Secara otomatis, tak ada rangkaian mesin penggerak. Munculah suatu dorongan dalam diri. Secara serempak, kami berkumpul.

Kini, tenangnya danau, dinginnya angin, gugurnya daun, telah menjadi saksi pembai’atan diri kami. Kami telah berikrar bersama, untuk menjadikan berjuta kisah di Babakan jati, sebagai rentang waktu yang tak terlupakan.

Kami sepakat, bahwa perpisahan ini bukanlah episode terakhir dalam hidup kami. Kami yakin, suatu saat nanti kami akan berkumpul kembali, mengakhiri episode dengan happy ending.

Kamipun berpisah. Kini setiap orang pergi membawa dunianya masing-masing. Begitu juga dengan aku. Lambaian tangan dari guruku, bukanlah ungkapan kesedihan, tapi sebagai doa dan harapan. Agar kelak aku kembali membawa berita gembira untuk dunia.

Kuteringat guru-guruku. Betapa besar jasanya, betapa tak ternilai ilmu yang mereka titipkan. Kuberjanji dalam diri, bahwa ilmu yang mereka titipkan, suatu saat nanti akan ku kembalikan pada anak cucu mereka. Akan kupersembahkan sesuatu yang terbaik dari apa yang kumiliki. Untuk diri, guru, bangsa, dan Indonesiaku.

Organization, the second school

Bulan Juli tahun 2002, entah tanggal berapa aku lupa. Pagi itu aku terbangun dengan perasaan berbeda. Entah apa yang terjadi, aku lupa sama sekali. Namun masih jelas, tepat pada retinaku tampak satu bayangan benda bertumpuk, didepan tumpukan benda itu berlabel Kelas 1, kelas 2, kelas 3, sampai tersusun rapi hingga kelas 6.

Aku mulai teringat kalau tumpukan itu adalah kardus berisi bukuku sewaktu ditingkat SD. Memang tidak ada yang berbeda didalam kamar tidurku, hanya saja hari itu saya tak melihat baju seragamku tergantung. Selang beberapa saat ibuku datang. Beliau mengingatkanku, bahwa hari ini aku masuk sekolah di SMPN 42 untuk yang pertama kalinya.

Bagiku SMPN 42 tidak terlalu asing. Kedua kakaku bersekolah disana juga. Sebelumnya, kakaku sering mengajaku bermain disekolahnya, alhasil aku sudah cukup mengenal tempat sekolahku saat ini.

SMPN 42 beralamatkan di jl Ciwastra-manjahlega. Kurang lebih 1KM dari rumahku. Letak SMPN 42 memang tidak dikota, dibelakang dan samping kanannya, hamparan sawah masih membentang lebar. Sungai “bau” ikut melintas dibelakang sekolah tercintaku.

Yang bersekolah diasana juga bukan hanya manusia, burung hantu dan burung gereja ikut membangun kelas diatas langit-langit dibawah genteng. Bila pelajaran untuk manusia telah usai, maka pada malam harinya burung hantu mulai sibuk berdiskusi ria.

Aku memang belum mengenal dunia seutuhnya, namun entah kenapa bila ku sedang sendiri, aku merasa bahwa ada sesuatu yang harus aku kerjakan, aku hidup bukan hanya untuk hidup, lalu apa yang harus aku lakukan? Pertanyaan itui selalu menghampiri disaat sepi menemaniku.

Ah, sudah tidak usah terlalu panjang kita bahas itu. Hari pertama aku masuk SMP aku mengikuti MOS. Aku dikenalkan semua bagian dari apa yang ada di SMPN 42, Guru-guru, ruangan-ruangan hingga ekstrakurikuler yang ada. Yang membuatku berkesan adalah penampilan ekstra kurikuler paskibra, permainan baris-berbarisnya begitu memikat hati, begitu teratur, disiplin dari satu komando.

Entah apa yang kupikir, aku mulai merasa bersemangat untuk berorganisasi. Semangatku memang tidak fanatik. Bagiku semua organisasi itu sama. Semua memiliki keunggulan dan kekurangan. Tapi, entah kenapa aku mulai bingung. Mana organisasi yang akan aku pilih?

Seiring berjalannya waktu. Aku mulai berfikir, yang terpenting adalah ilmu. Rasa ingin tahuku muncul, seandainya aku dapat mengikuti seluruh organisasi, aku pasti mengikutinya. Namun aku tak memiliki manajemen waktu untuk itu.

Rasa ingin tahu ini tak terbendung. Aku putuskan untuk memulainya dari Paskibra. Di Paskibra, saya berharap dapat menjadi orang yang bisa disiplin. Dapat memanajemen waktu, serta memiliki mental yang tangguh.

CATATAN TAHUNAN I

2002-2003

PASUKAN KIBAR BENDERA

Aku masih ingat, saat pertama kali berkumpul, jumlah anggota baru saat itu adalah 83 orang. 14 putera dan 69 puteri, sungguh perbedaan yang mencolok. Pertemuan pertama adalah perkenalan. Cara berkenalanya sangat unik. Instruktur membuat satu permainan dan yang kalah mendapat sanksi, cukup ringan sangksi itu, hanya memperkenalkan diri dihadapan anggota baru, namun yang membuatku “strees” perkenalan itu dilakukan dengan menggunakan body language pantat.

Aku orang pertama yang harus memperkenalkan diri, dengan malu-malu, aku mulai menggoyangkan pantatku membentuk inisial namaku, belum inisial namaku terbentuk, rekan-rekan puteri sudah tertawa terbahak. Aku diam dan merah mukaku.

Aku mulai memberanikan diriku, aku goyangkan kembali pantatku sampai huruf terakhir dari namaku terukir. Semenjak saat itu rekan-rekanku tahu namaku. Yang pasti bukan karena familiar, tapi meraka ingat namaku karena goyangan pantatku, he,,he.

Organisasi membuat saya dikenal dikalangan guru. Biasanya kami lebih dipercaya untuk kepanitiaan suatu acara, dibanding siswa lainya. Selain itu, dikelas, kami memiliki peran yang penting.

Dimata teman sekolah, anggota paskibra tampak memiliki aura berbeda. Banyak perbedaan yang kami miliki dibanding siswa lainya, kami hidup penuh disiplin, cara berjalan, makan sampai bicara kami penuh dengan aturan kedisiplinan, bahkan dari cara berdiri saja, siswa lain sudah dapat menebak siapa kami.

Pertemuan kedua jumlah anggota semakin menurun, terus menurun sampai jumlah anggotanya hanya 10 orang, satu putera dan sembilan puteri. Putera itu adalah aku

Kesepuluh anggota paskibra itu selalu bersama setiap hari, makan bersama, belajar kelompok juga bersama. Berikut adalah susunan kesepuluh orang tersebut :

  1. Ketua angkatan 2002/2003 : Burhan
  2. Sekretaris umum : Tuti Alfianti
  3. Sekretaris : Yunita
  4. Bendahara umum : Ayu Rahayu
  5. Bendahara : Nurtia
  6. Seksi kedisiplinan I : Mega F.N
  7. Seksi kedisiplinan II : Ratna Wulan Sari
  8. Seksi Peralatan I : Ningtatih
  9. Seksi Peralatan II : Ninon
  10. Pemegang kunci sekre : Widi Handayani

  1. Tuti Alfianti

Seorang yang religius, dibesarkan dilingkungan keluarga yang kental dengan agama. Dia adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, sama seperti aku, anak bungsu.

Dia anak yang cerdas, kecerdasanya mampu menandingi teman SD ku Heri Setiawan. Alamat rumahnya di Ranca bolang, lima belas menit menuju sekolah bila memakai sepeda. Bila pergi sekolah Tuti selalu ditemani oleh sepeda hijaunya.

Aku jarang melihat dia jajan diwarung, bukan karena tidak punya uang, tapi Tuti adalah tipikal orang yang selalu hemat, baginya bekal yang dibuat oleh ibu tercintanya lebih dari cukup.

Selain ramah, hemat, Tuti termasuk orang yang kritis. Juga sikapnya yang begitu lembut, membuat teman-teman segan padanya. Tak ada yang berani menggoda ataupun yang menjailinya.

Orang tuanya sangat peka sekali, aku teringat ketika aku berkunjung kerumahnya, aku bilang “ sayang ya sirsak itu dimakan kelelawar, sambil menunjuk kearah sirsak dipohon” Tuti langsung turun kelantai 1 rumahnya, beberapa saat kemudian Tuti membawa jus sirsak buatan ibunya. Sungguh makhluk ini, makhluk terbaik yang pernah aku temui.

Ketika aku berkunjung kerumah Tuti, Aku merasa aku sedang berada di Lab. Setiap dinding atau barang yang aku lihat, tertempel secarik kertas sebagai petunjuk penggunaan atau sekadar kata mutiara.

Aku berdiri diloteng tertinggi rumahnya, sebelah utara aku melihat beberapa bak penampungan ikan gapi, itu adalah peternakan kecil-kecilan milik kakaknya,Aminnudin nama kakanya Tuti.

Ku berbalik kearah timur, aku melihat Apotek hidup, cukup lengkap untuk luas Lahan 4X3,5 M. Kutengokan kearah selatan, aku melihat pohon strawberi yang tertata rapi, pohon itu milik Tuti, begitu indah, namun sayang buahnya kecil-kecil dan masam rasanya, Mungkin karena pengaruh ketidak cocokan udara.

Kutengok kebawah, kulihat ibunya Tuti sedang mengambil telur disetiap kandang ayam yang ada, untuk memanfaatkan lahan,orang tua Tuti membuat kandang ayam tersebut diatas balong berukuran 7X4M.Ikannya sangat banyak dan besar, terutama ikan gurame. Satu kalimat yang selalu aku ingat dari Tuti adalah

Bukan kesulitan yang membuat kita tak berani

Tapi karena kita tak berani, semua menjadi sulit

  1. Yunita

Seorang yang pemalu, dibesarkan dilingkungan keluarga yang sederhana, Dia tergolong orang yang supel, terkadang dia sedikit bicara, namun dia rajin mengerjakan sesuatu, dia tipikal orang yang ulet.

Postur tubuhnya memang lebih tinggi dariku, rambutnya selalu diikat kebelakang, Yunita adalah teman baik Tuti, mereka sudah berteman dari SD, sekarang mereka kembali berteman dilingkungan yang baru.

Kemanapun Yunita pergi, aku melihat Tuti disampingnya. Apalagi mereka satu organisasi, kekompakan mereka menjadi contoh buat aku dan rekan-rekan yang lainya. Satu kalimat yang tak pernah aku lupakan dari dia adalah

Jika seorang hidup tanpa masalah

Sesungguhnya dia bermasalah

Saya tahu benar siapa Yunita, Dia sering sekali mencurahkan masalahnya lewat tulisan, masih ada dalam diary ku saat dia merasakan patah hati, ketika itu dia membuat puisi yang menyakitkan.

Ketika

Ketika cinta datang, aku terdiam

Ketika cinta pergi, aku terusik

Ingin kusambut cinta

Ingin kugapai sayang

Semua sudah terlambat

Hatiku hancur tanpa keping yang membekas

Air mata yang jatuh hanya membasahi nasib

Akankah kebahagiaan itu kembali?

  1. Ayu Rahayu

Seorang yang keras kepala, dibesarkan dilingkungan keluarga yang keras, didikan keluarganya bak militer. Walau Namanya Ayu lagi seorang perempuan, tapi feminimnya tak tampak, sikapnya agak kasar dibandingkan dengan perempuan lainya, teman-teman sereingkali memanggilnya denga sebutan perempuan perkasa.

  1. Nurtia

Seorang yang dewasa, Sikapnya yang dewasa, tidak terbentuk dengan sendirinya. Nurtia debesarkan dilingkungan yang serba sederhana, ayahnya seorang kuli sumur bor, dan ibunya seorang pedagang sayur. Pola hidupnya yang sederhana, membuat dia lebih dewasa dibanding dengan teman yang lainya.

Terkadang Tia (nama kecil dari Nurtia) selalu mengalah pada teman-temanya.Tia juga orang yang rajin belajar. Ketika dia sedang belajar, maka dia akan fokus pada pelajaran. Ketika dia sedang makan, dia akan fokus pada makanan, dan ketika dia sedang latihan bersama kami, maka diapun selalu fokus pada latihannya. Dia amat disiplin.

Pernah dia memberiku semangat, ketika aku mengalami fluktuasi semangat dalam memimpin organisasi ini, ketika kami kalah diberbagai pertandingan PBB atau LKBB. Tia hadir menjadi sosok seorang pemimpin yang menentramkan hati pasukannya.

Satu kalimat yang selalu aku ingat, ketika aku mengingatnya

Maksimalkan potensimu dimanapun kamu berada

Jika kamu yakin, kamu pasti bisa

  1. Mega Fajrin Nugraha

Seorang yang pemalu, mega adalah anak yang manja. Dia dibesarkan dilingkungan keluarga yang serba cukup. Mega dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 September 1990. karena ayahnya bekerja di Bandung, maka sejak tahun 2001 Mega ikut ke Bandung.

Sampai sekarang, Mega masih bertempat tinggal di Margahayu, tepatnya di jalan Uranus II no 17. Walaupun dirumah Mega adalah anak yang manja, di paskibra dia memiliki kedisiplinan yang lebih dibanding rekan-rekan yang lainnya.

Mega memang masuk paskibra ketika semester dua, namun antara kami tak ada sedikitpun perbedaan perlakuan. Bagi kami Mega adalah sosok yang dapat dipercaya.

Akademiknya memang tidak sebagus Tuti, ataupun kerajinannya yang masih dibawah Yunita, namun Mega memiliki dedikasi terhadap komitmen yang telah dibuatnya.

  1. Ratna Wulan

Seorang yang selalu bersemangat. Postur tubuhnya tidak tinggi.Namun potensinya lebih tinggi dari kami.Selain pandai dibidang akademik, dia juga mahir dibidang bela diri, bagaimana tidak, ayahnya adalah seorang pelatih Pencak Silat. Bakatnya terlihat semenjak dia berada dibangku Sd, saat itu dia sudah menerima panggilan untuk pementasan.

Bagi Ratna, waktu adalah sesuatu yang paling berharga, dia selalu menepati setiap janjinya. Dia memiliki kedisiplinan yang kokoh. Tak pernah bosan menegakan aturan, terutama aturan organisasi paskibra.

Satu kalimat yang selalu saya ingat darinya :

Sesuatu yang paling jauh adalah satu detik yang lalu

Menghargai waktu berarti menghargai diri sendiri

  1. Ningtatih

Seorang yang memiliki daya ingat terhebat diantara kami. Selain itu, Tatih tergolong orang yang bertanggung jawab. Terkadang prilakunya cukup aneh, maklum dia seorang pengagum anime.

Dia tak pernah melewatkan jadwal film animenya. Daya ingatnya yang hebat, membuat kami menyerahkan posisi seksi perlengkapan padanya, karena dia selalu ingat dimana barang yang kami butuhkan disimpan.

  1. Ninon

Postur tubuhnya sedikit lebih tinggi dibanding dengan Ratna.Orangnya sangat cerewet, “miss riweuh” julukanya, bibirnya tak mau diam,sisir dan kaca selalu digenggamnya, namun begitu ia adalah anak yang pandai. B. Inggrisnya diatas rata-rata anak seusiaku. Pernah dia meraih prestasi lomba pidato B.Inggris se-Bandung.

  1. Widi

Adalah sosok yang periang, memiliki fostur badan terbesar diantara kami. Widi dibesarkan dilingkungankeluarga yang serba cukup. Makanya badanya paling sehat he..hee.

Widi termasuk orang yang rajin, dia sangat membenci segala sesuatu yang berbau dengan sampah. Saking bencinya, sekre kami selalu dia bersihkan.

Itulah sdikit profile anggota paskibra SMPN 42. Walau jumlah kami sedikit, kami selalu bersemangat untuk berlatih. Kami tumbuh bersama, merasakan suka dan duka bersama.

Setapak pra Pelantikan

Beberapa episode telah kami lalui. Suka, duka, pahit getir berorganisasi telah kemi rasakan. Tidak ada saat-saat terindah selain berkumpul bersama, berdiskusi seputar rencana kegiatan ataupun sebatas evaluasi latihan.

Menjadi seorang anggota Paskibra memang sudah menjadi pilihan hidup saya. Rasa bangga dalam diri tak bisa dipungkiri, saat diri ini dapat membentangkan sekencang mungkin bendera pusaka.

Pertemuan yang ke 43, adalah pertemuan terakhir kami sebagai capas ( calon paskibra ). Dalam pertemuan itu kami mendapat informasi bahwa satu minggu dari hari itu, akan diadakan pelantikan pengukuhan anggota serta kepengurusan Paskibra.

Aku sangat senang, itu adalah mimpiku. Kami sangat bersorak. Dalam hatiku, aku berharap kalau acara tersebut dapat berjalan secara lancar.

Bel tanda pulang sudah berbunyi, kurapikan bukuku,kami berdoa bersama, dan kuberlari pulang kerumah. Kupersiapkan semua perlengkapan yang akan dipajai saat pelantikan. Waktunya memang satu minggu lagi, tapi bagiku, entah mengapa kalau aku ini sekali hari itu ada disaat aku terbangun besok pagi.

Kami selalu saling membantu, dan melengkapi. Kami sangat ingin kalau semua anggota dapat ikut serta dalam acara ini. Tiga hari sebelum acara dimulai, kami mengumpulkan surat izin dari orang tua, sekaligus mendapatkan jadwal acara kegiatan tersebut.

Semua surat izin sudah terkumpul, diluar harapan, Tuti Alfianti dan Mega Fazrin Nugraha, tidak mendapat izin dari orang tuanya. Alasan dari orang tuanya memang klasik, “Takut terjadi apa-apa, toh anak kami kan perempuan” dasar, “memang kenapa dengan perempuan, kami disini untuk mengadakan kegiatan positif, huh,,kekawatiran memang gak apa-apa, tapi jangan berlebih dong’’ celoteh pikirku saat itu.

Kami mwembuat rencana, bagai manapun swemua anggota harus bisa ikut. Kami berencana untuk berkunjung kerumah Tuti dan Mega, kami berusaha meminta izin dari orang tua mereka, tapi hasilnya tetap nihil.

Entah apa sebenarnya alasan mereka, yang pasti semua ada penjelasan. Kamipun membujuk para instruktur untuk meminta izin secara langsung.

Tak ada kabar sediktpun dari mereka. Yang pasti, waktu terus berlalu, acara harus dilaksanakan. Kami yang ikut acara tersebut sudah hadir di sekolah sejak pukul 15.00. Kami menata ruang kelas yang akan kami gunakan sebagai “Barak” yang akan kami gunakan.

Tak kusangka, suasana yang begitu haru muncul secara otomatis, saat Tuti Alfianti datang. Kami tidak tahu kenapa Tuti bisa mendapat izin, yang pasti kami sangat senang atas kehadirannya.

Acara kami mulai dengan apel pembukaan. Acara tersebut memang sederhana, peserta yang hadir genap sepuluh orang. Nuansa sekolah berubah 180 derajat. Tak kurasakan kenyaman sedikitpun. Yang tampak dari mata senior adalah kebencian yang meledak, seolah sudah tertahan kian lama.

Salam senantiasa terucap mana kala berjumpa dengan mereka. Aku berusaha menenangkan kegelisahan setiap anggota, walau aku sebenarnya turut gelisah. Bagiku suasana seperti itu sudah menjadi hal biasa, aku sebenarnya sudah tahu bahwa hal itu pasti terjadi, bagaimana tidak, kedua kakak kandungku adalah seorang alumni paskibra juga yang kebetulan mereka turut hadir di acara tersebut.

Hari pertama acara kami masih bisa bersenda gurau di barak, itupun bila senior tidak ada, bila ada, suasana pasti berubah.

Kulangkahkan kaki memasuki barak, kusandarkan tas ranselku pada dinding sebelah utara kelas, kurapikan meja-meja dan kugelar tikar berwarna coklatku diatas meja. Kususun alat tidur dengan sangat rapi, pakaian kemeja kugantungkan pada sebatang kayu yang melintang diatas dua buah kursi yang berlawanan arah, PDL ( Pakaian Dinas Lapangan kulipat rapi dan kusimpan diatas kursi tersebut, dan sepatu kusimpan dibawah kursi tersebut.

Kupimpin anggotaku untuk bersiap menerima materi pertama, kuingat sekali bahwa Pembina Paskibra saat itu adalah Bapak Aceng Amyaz sendiri yang memberikan materi pertama tentang Kepemimpinan.

Setiap anggota sangat fokus terhadap materi yang disampaikan, kulihat tak satupun anggota yang tak siap menerima materi. Kuberanikan diri untuk bertanya seputar sikap seorang pemimpin saat mengalami masalah. Pertanyaanku saat itu adalah “ Hidup terkadang diatas terkadang juga dibawah, karena hidup selalu berputar sebagaimana bumi ini berputar, bagai mana sikap bijaksana yang harus dilakukan saat organisasi berada dalam kondisi terpuruk, dalam arti anggota yang sedikit namun ingin memberikan kualitas terbaik, karena tidak dapat dipungkiri bahwa paskibra adalah suatu pasukan, sedangkan anggota yang ada itu sendiri tidak dapat disebut pasukan karena jumlahnya sangat minim ?” Pertanyaanku tersebut dijawab dengan begitu baik, Tak sedikitpun kata yang keluar dari Pembina dilandasi oleh kepentingan pribadi, jawabannya selalu mengarah pada kesuksesan bersama.

Sejak saat itu kami paham bahwa seorang pemimpin yang baik bukan lah orang yang hanya mampu memimpin tetapi ia juga mampu dipimpin oleh orang lain, sehingga dalam diri setiap pemimpin muncul suatu sikap saling menghargai kelebihan orang lain.

Waktu makan telah tiba, bergegas kami berbaris dikoridor depan ruang makan. Sambil menunggu makan, kami menyanyikan lgu mars makan sambil jalan ditempat, awalnya kami bersemangat, namun 30 menit lamanya kami bernyanyi sambil jlan ditempat, membuat hati kami gelisah. Rasa kesal sudah memuncak, saat kesabaran kami terusik, namun kami tak dapat berbuat apa-apa.

30 menit berikutnya kami baru diperbolehkan memasuki ruang makan.Huuh,sungguh membuat kami kesal, hanya untuk makan saja kami harus menunggu selama satu jam.

Aturan makan diperkenalkan sebelum makan, tidak boleh berdentinglah, tidak boleh membungkuklah,tidak boleh menengoklah, semuanya serba tidak boleh, bahkan untuk melihat menu dengan seksama saja tidak diperbolehkan.

Suap demi suap kami lakukn secara perlahan, tentunya untuk menghindari dentingan. Satu dentingan mewakili sanksi satu seri jumping untuk puteri dan push up untuk putera. Kami memang sudah terbiasa makan seperti itu, namun tetap saja dentingan selalu ada, bahkan layaknya demonstrasi grup perkusi, dentingan demi dentingan silih bersahutan memnciptakan irama terheboh yang pernah ada.

Teriakan senior bak vocal group, satu orang berhenti marah, disusul dengan amarah lain. Kami semakin bingung apa yang harus kami lakukan, kami gugup, kami takut, tapi kami dituntut untuk tenang dan fokus pada moment makan tersebut.

Makan perdana, kredit kami sudah mencapai 74 dentingan. Sungguh karya monumental dalam sejarah paskibra saat itu. Kami sadar bahwa kredit itu harus segera ditunaikan kewajibanya, maka lima menit setelah kami makan kami dituntut untuk segera membayar kredit kami.

Mual mulai muncul, ingin sekali muntah, namun kutahan sebisa mungkin. Satu yang aku ingat bahwa saat itu senior begitu tega membiarkan kami seperti itu, masa sudah makan harus segera push up.gila bener tuh senior. Begitulah kejadian yang selalu terulang setelah kami makan.

Saat gelap menyelimuti, saat ketakutan merasuki, saat itulah sugesti buruk mulai mendominasi. Kami sudah tahu bahwa dimalam pelantikan biasanya ada gebrakan malam, maka dari itu saya instruksikan agar setiap anggota tidur memakai sepatu, agar ketika ada gebrakan, mereka tidak kelabakan mencari sepatu mereka. Instruksiku ditaati sepenuh hati, mereka melaksanakan apa yang aku instruksikan, awalnya mereka tidak bisa tidur, karena rasa cemas mereka masih melilit dada mereka.

Entah pukul berapa, dadaku seakan terpukul begitu hebatnya bak seorang panglima perang menabuh genderang dengan begitu semangat sehingga bergemuruh tak menentu, itu kami rasakan saat seseorang menendang daun pintu barak dengan sangat keras, seketika kami terbangun, belum sempat sadar sepenuhnya, mata kami ditutup oleh kain, lalu kami dituntun oleh seseorang yang entah itu siapa. Rasanya saya ingat betul medan yang saya tempuh adalah rute menuju lapangan.

Tutup mata mulai dibuka, namun hatiku masih berduka. Kurasakan suasana yang begitu hening, semua begitu kepala menunduk. Satu teriakan membuatku terhentak. “ Bangun!! Belum cukup kalian tidur? Kalau mau tidur enak,dirumah saja!! “ Teriakan teh Latifa memecah sunyi

Suasan yang begitu

Bulan Februari tahun 2005. Kami mengikuti perlombaan PBB yang diadakan oleh SMA Krida Nusantara, ketika itu kami memberikan sesuatu yang paling maksimal dalam lomba itu. Akhirnya saya terpilih menjadi Komandan regu terbaik IV se jawa barat.

Bagi kami itu adalah perlombaan terakhir, nukan karena kami sudah kelas tiga, namun entah apa masalahnya. Organisasi paskibra akan dibubarkan. Bagi kami bubarnya paskibra bukan berarti bubarnya persahabatan. Sebenarnya dengan alasan itulah kami berusaha keras untuk mempersembahkan sesuatu yang terbaik saat lomba.

O S I S

Perjalananku di Paskibra tak terhenti sampai menjadi ketua angkatan. Perlahan tapi pasti, siswa-siswi SMPN 42, mulai mengenalku. Walaupun terkadang aku tak mengenal mereka.

Begitu aku naik kelas. Aku tidak tahu kalau aku dicalonkan menjadi ketua OSIS. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa aku turut senang atas pencalonanku. Bagiku berorganisasi merupakan hobby terbaiku. Bagaimana tidak, selama satu tahun ditempa di paskibra, naluri kepemimpinanku muncul.

Berbicara didepan umum memang sudah menjadi kebiasaan bagiku. Tapi bila jumlah komunikan adalah seluruh siswa, ciut juga nyaliku. Dengan langkah penuh ragu, kutelusuri isi hatiku. Dalam hatiku ada tembok yang begitu tebal, sulit sekali aku menyingkirkan itu semua. Yang pasti aku paksakan kakiku untuk melangkah.

Saat pertama ada dihadapan orang yang begitu banyak, aku bingung mau mulai dari mana. Namun aku teringat pesan dari sahabatku

Bukan kesulitan yang membuat kita tak berani.Tapi karena kita tak berani, semua menjadi sulit. Akhirnya ku mulai berucap. Tanpa disadari, ucapku terus mengalir,mengikat suasana setiap hati.Semua mata tertuju padaku. Diatas mimbar ini aku sadar, tidak semua orang bersuka cita melihat aku berada disini. Ini kukatakan karena aku dapat melihat mereka. Raut wajah mereka berbeda satu sama lainya.

Aku tak pedulikan mereka yang tidak suka, tapi kumaksimalkan diri untuk berkampanye pada mereka. “ Aku berdiri disini bukanlah orang terbaik diantara rekan-rekan semua, namun aku akan selalu memberikan sesuatu yang terbaik dan selalu menuju kearah yang lebih baik dengan dukungan rekan-rekan semua”. Seketika itu tepuk tangan menghiasi sekolah tercintaku, entah apa maksud dari tepuk tangan itu, entah bangga, entah kagum entah cemoohan, akh…aku sangat tidak peduli. Yang ada dalam benaku adalah bagaimana aku bisa memaksimalkan moment tersebut.

Persaingan miniatur politik tidak berakhir disitu. Panasnya Bandung saat itu tak sepanas susana hati calon ketua OSIS. Saya dapat melihat ambisi yang kuat diantara mereka. Satu sama lain tampak mempengaruhi, bahwa dirinyalah yang pantas menjadi Ketua OSIS. Sorot mata mereka menyatakan tak akan pernah rela jika aku yang terpilih.

Aku sadar sepenuhnya, aku hanya kandidat dari Paskibra, sedangkan mereka sudah begelut satu tahun di OSIS. Jelas mereka mengetahui seluk beluk OSIS secara menyeluruh. Walau dengan nada dan rangkaian kata berbeda, mereka memaksaku untuk menyadari itu semua, seakan aku tidak pantas untuk menjadi ketua OSIS.

Kamis, 7 Agustus 2003. Semua kandidat berkumpul. Entah ada apa, yang pasti hanya aku yang tidak tahu apa yang akan terjadi. Mereka saling berbisik, mereka semua yakin dapat menyelesaikan sesi ini.

Satu persatu dari kandidat masuk pada sebuah ruangan yang telas disediakan. Dialah Tika Fauziah, seorang perempuan yang berhasrat tinggi menumbangkan semua lawanya. Dengan begitu yakin dia memasuki ruangan tersebut. Gayanya yang “so”,membuat aku sedikit heran. “Kenapa ya ada manusia seperti ini?”. Potensinya memang diatas rata-rata. Akademiknya yang tak diragukan, bakat berargumentasinya yang patut diperhitungkan, juga pengalaman berorganisasinya yang tak kalah penting. Sangat memenuhi syarat seorang ketua OSIS.

Bunda Heti, dialah seoarng Pembina OSIS yang memimpin seleksi tahun ini. Ditengah sibuknya rasioku memikirkan apa yang terjadi didalam sana, Bunda Heti memangilku untuk masuk. Senang rasanya, karena aku terlepas dari jerat kegelisahan.

Hatiku sangat mantap, kulangkahkan kaki tanpa ragu. Sesaat sebelum membuka pintu,ku dengar kata-kata penuh simpati, namun itu seni mempengaruhi orang yang sangt luar biasa. “Ayo Han, jangan gugup ya!,Pertanyaanya mudah, guru-gurunya juga gak galak” celoteh kawanku dihiasi oleh bibir yang kecut.

Kubuka pintu, ku ucapkan salam, kulangkahkan kaki dengan sangat perlahan, dan kutunggu beliau mempersilakanku duduk. Aku berusaha tenang, tapi lututku nakal, ia terus bergetar walau otaku sudah melarangnya.

Dengan ramahnya beliau menyapaku, layaknya percakapan seorang sahabat, beliau memahami keadaan psikis ku. Rangkaian katanya membuktikan bahwa beliau seorang akademisi. Pertanyaanya begitu terangkai sempurna, menuntunku pada jawaban yang tak berujung. Selalu ada kalimat baru, walaupun beribu titik saya gunakan. Suasana begitu hangat, sehangat mentari pagi,meresap mengaliri arteri dan berjuta venaku.Ini adalah percakapan perdanaku, namun jalinan silaturahmi sudah terbentuk, begitu nyaman, bagai satu anyaman yang kokoh.

Tak terasa,30 menit lebih berlalu begitu saja bagaikan angin yang berhembus. Peristiwa tersebut membuat seluruh kandidat bertanya-tanya. Pasalnya mereka hanya menghabiskan waktu sekitar 10 sampai 15 menit saja.

8 Agustus 2003, suasana pagi hari begitu dingin, sedingin keadaan kelas. Tak ada kata terucap, tak ada gemuruh seperti biasanya. Derap langkah kaki mendekat dengan pasti, bak pasukan kavaleri, jejak langkahnya semakin mendekat.

Kedatangan mereka memang tidak aku tunggu, namun kabar yang mereka bawakan membuat aku senang. Setelah melalui beberapa tahap seleksi, aku ternyata terpilih menjadi ketua OSIS angkatan 2003/2004.

Dalam benaku mulai sibuk, mau dibawa kemana nama baik sekolahku. Pertemuan pertama aku bentuk struktur kepengurusan. Aku memang belum mengenal pengurus OSIS secara menyeluruh, tapi aku beranikan diri untuk memberikan kepercayaanku pada mereka.

Adapun struktur kepengurusan osis periode 2003/2004 adalah sebagai berikut :

Ketua umum : Burhan

Ketua I : Cecep Moch. Sidik ghifari

Ketua II : Rosdiana Sunaryan

Sekretaris umum : Rai

Sekretaris I : Ticka Fauziah

Sekretaris II : Kiki Fryadi

Bendahara Umum : Desi Rosmaya Putri

Bendahara : Fahla Fadhilah Lotan

PEMBENTUKAN KEPENGURUSAN

1. Cecep Moch. Sidik Ghifari

Saya belum mengenalnya secara utuh. Namun dengan pertimbangan,bahwa di sudah menjadi pengurus sejak kelas satu, saya pikir cecep lebih banyak tau tentang program kerja OSIS. Saya harap Cecep dapat membantu saya merealisasikan program kerja.

Setelah saya selidiki. Cecep memiliki latar belakang yang bagus. Dia sudah hidup mandiri. Setidaknya pola pikirnya sudah lebih maju. Namun, saya tahu bahwa semangatnya ada kalau terus disuport.

Rasa ingin tahunya juga besar. Sikap kompetitif juga dia perlihatkan. Untuk selanjutnya, Cecep menjadi sahabat sejati saya sampai sekarang ini.

2. Rosdiana Sunaryan

Rosdiana memiliki kemampuan mengumpulkan massa. Dia pandai mengkondisikan situasi. Saya tak melihat ambisi kekuasaan pada matanya.

Nilai akademisnya juga bagus. Dia termasuk tiga besar dikelas asalnya. Kini dia satu kelas denganku di kelas 2 A.

Rosdiana memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi. Kadang dia mengalah, mengutamakan kepentingan bersama. Sikap toleran terhadap kawanya memang tampak nyata.

Rosdiana adalah sosok yang supel.Cara dia bergaul, membuat orang lain senang padanya. Penampilannya begitu sederhana. Rambutnya kriting, ia ikat kebelakang. Saat itu aku menilai dia sebagai sosok yang bertanggung jawab. Kutetapkan dia menjadi ketua II dengan pertimbangan, kepiawaian dia dalam mempengaruhi masa sangat diandalkan.

3. Rai

Sosok seorang yang cerewet. Pandai bergaul, dan tentunya dia rajin menulis. Cita-citanya menjadi wartawan, membuat dia rajin mencari gosip Keuletanya mencari informasi, membuat dia dikenal.

Nilai akademiknya pun diatas rata-rata. Tidak tanggung-tanggung, 32 orang teman sekelasnya dia bantai, Rai menjadi orang No satu dikelasnya dulu. Kini dia duduk satu kelas bersamaku, kelas 2A.

Aku memang tidak terlalu mengenalnya, tapi kedekatanya denganku, lambat laun aku mengenalnya. Rai adalah sosok penipu ulung. Dia bisa menipu dirinya sendiri. Seringkali dia menyembunyikan permasalahan diri. Ia lakukan itu agar dia selalu tampak riang.

Pernah aku tak sengaja membaca secarik kertas yang terselip dibuku biologinya. Aku tertegun melihat struktur kalimat yang indah. Itu adalah puisi. Setelah itu, Rai menghadiahkan puisi itu padaku. Dia berkata padaku “ simpan ya, jangan hilang lho, anggap itu buat tanda persahabat kita” Sejak saat itu aku menyimpan secarik kertas itu.

Kini kertas itu telah menguning. Namun aku selalu menjaga kertas itu. Adapun isi puisi itu adalah

Hidup senja berkilau air mata,
Jejak langkah tak bertepi,
Melukis kesepian hati,
Beku syahdu dalam telapak hidup.

Hidup sendiri, tak mudah dilalui,
Godaan, ujian silih berganti,
Cinta bisa menemani, beri kekuatan pada yang jalani.

Bila Tanpa Cinta,
Benar-benar hampa rasa,
Gelap terhipnotis diri,
Dalam suasana sepi, sendiri di hati.

Gelisah ini tak bisa kutepis,
Bimbang merana mencari arti,
Seakan-akan tak berarti,
Hidup ini yang di jalani.

Cinta … Datanglah untukku,
Menemani jenuhnya jalani sepi,
Hapuskan air mataku,
Dengan ketulusan cintamu.

Baris kata yang indah, Sampai saat ini aku belum tahu apa judul puisi itu. Yang pasti, aku memahami perasaanya saat itu. Kedekatanku dengannya semakin terjalin. Kadang aku bercanda dengannya. Aku biasa memanggilnya dengan sebutan miss comlang.

Pernah aku meminta sedikit saran. Miss comlang, apa sih Ciri orang yang sedang jatuh cinta. Dengan nada bercanda. Eh..ternyata Rai menanggapi candaku dengan serius. Alhasil dia memberikan oleh-oleh padaku. Oleh-olehnya adalah

Berikut sedikit catatan kecil tentang ciri-ciri orang yg benar-benar mencintai seseorang ,Spesial kubuat untuk sahabatku, Burhan.
1. Orang yang mencintai kamu tidak pernah bisa memberikan alasan kenapa ia mencintai kamu, yang ia tahu dimatanya hanya ada kamu satu²nya.
2. Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya,dimatanya kamu selalu yang tercantik/tertampan walaupun mungkin kamu merasa berat badan kamu sudah berlebihan atau kamu merasa kegemukan .

3. Orang yang mencintai kamu selau ingin tau tentang apa saja yang kamu lalui sepanjang hari ini, ia ingin tau kegiatan kamu.
4. Orang yang mencintai kamu akan mengirimkan sms seperti “slmt pagi””slmt hr mggu” “slmt tidur”, walaupun kamu tidak membalas pesannya
5. Kalau kamu berulang tahun dan kamu tidak mengundangnya setidaknya ia akan telpon untuk mengucapkan selamat atau mengirim sms.
6. Orang yang mencintai kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang ia lalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah lupa setiap detailnya, karena saat itu adalah sesuatu yang berharga untuknya.
7. Orang yang mencintai kamu selalu mengingat tiap kata2 yang kamu ucapkan bahkan mungkin kata2 yang kamu sendiri lupa pernah mengatakannya.
8. Orang yang mencintai kamu akan belajar menyukai lagu-lagu kesukaanmu, bahkan mungkin meminjam CD/kaset kamu,karena ia ingin tau kesukaanmu, kesukaanmu kesukaannya juga.

9. Kalau terakhir kali ketemu, kamu sedang sakit flu, terkilir, atau sakit gigi, beberapa hari kemudian ia akan mengirim sms atau menelponmu dan menanyakan keadaanmu.. karena ia mengkhawatirkanmu.

10. Kalau kamu bilang akan menghadapi ujian ia akan menanyakan kapan ujian itu dan saat harinya tiba ia akan mengirimkan sms “good luck” atau menelponmu untuk menyemangati kamu.
11. Orang yang mencintai kamu akan memberikan suatu barang miliknya yang mungkin buat kamu itu ialah sesuatu yang biasa, tapi itu ialah suatu barang yang istimewa buat dia.
12. Orang yang mencintai kamu akan terdiam sesaat,saat sedang berbicara ditelpon dengan kamu, sehingga kamu menjadi binggung saat itu dia merasa sangat gugup karena kamu telah mengguncang dunianya.
13. Orang yang mencintai kamu selalu ingin berada didekatmu dan ingin menghabiskan hari2nya denganmu.
14. Jika suatu saat kamu harus pindah ke kota lain untuk waktu yang lain ia akan memberikan nasehat supaya kamu waspada dengan lingkungan yang bisa membawa pengaruh buruk bagimu.
15. Orang yang mencintai kamu bertindak lebih seperti saudara daripada seperti seorang kekasih.
16. Orang yang mencintai kamu sering melakukan hal2 yang konyol spt menelponmu 100x dalam sehari, atau membangunkanmu ditengah malam karena ia mengirim sms atau menelponmu. Karena saat itu ia sedang memikirkan kamu.
17. Orang yang mencintai kamu kadang merindukanmu dan melakukan hal2 yang membuat kamu jengkel atau gila, saat kamu bilang tindakannya membuatmu terganggu ia akan minta maaf dan tak kan melakukannya lagi.
18. Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan mengajarimu dengan sabar walaupun kamu mungkin orang yang terbodoh di dunia!
19. Kalau kamu melihat handphone-nya maka namamu akan menghiasi sbgn besar “INBOX”nya.Ya ia masih menyimpan pesan dari kamu walaupun pesan itu sudah kamu kirim sejak berbulan2 bahkan bertahun2 yang lalu.
20. Dan jika kamu menghindarinya atau memberi reaksi penolakan, ia akan menyadarinya dan menghilang dari kehidupanmu walaupun hal itu membunuh hatinya. Karena yang ia inginkan hanyalah kebahagiaanmu.
21. Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan ia akan ada disana menunggumu karena ia tak pernah mencari orang lain. Ya…………ia selalu menunggumu.

Ok. Thanks yup kawn. Bagaimanapun saya akan selalu mengingat kebaikan hatimu. Hee..hhe

4. Ticka Fauziah

Seorang yang kreatif lagi inovatif. Banyak ide cemerlang yang ia hasilkan. Banyak program yang berjalan karena usahanya. Ticka memiliki semangat yang tinggi. Dia dikenal sebagai sosok yang pantang menyerah.

Nilai akademiknya sangat bagus. Terbukti dia mendapat peringkat 1 dikelasnya dulu. Sekarang dia menjadi teman sekelasku di kelas 2A. Kupasangkan Ticka dengan Rai sebagai sekretaris memang sangat cocok. Keduanya memiliki sifat yang hampir sama, penuh semangat.

Terkadang rumahnya menjadi tempat kami berkumpul. Kami berdiskusi bersama, buat pr bersama. Dan orang tuanya juga toleran. Tampaknya hobby Ticka sama denganku. Berorganisasi sudah menjadi life stilynya sejak kelas 5 SD.

5. Kiki Fryadi

Sosok yang keras terhadap pendirianya. Dibentuk oleh masa lalu. Tidak mau mengalah. Namun komitmen terhadap kata yang diucapkanya. Pengalamanya berorganisasi sudah banyak. Dia kandidat dari pramuka. Dia seorang Pratama di pramuka.

Karakter yang melekat padanya, adalah hasil tempaan pramuka. Kiki memiliki karakter yang ilmiah. Bahasanya selalu baku. Kiki menguasai pembuatan proposal. Dia juga pandai mengatur acara.

Prestasi akademiknya sangat baik. Dia mendapat peringkat pertama dikelasnya dulu. Sekarang dia satu kels denganku, tentunya dikelas 2A. Untuk selanjutnya Kiki akan menjadi sainganku dalam berorganisasi, hingga di tingkat SMA kelak, bahkan ditingkat kota bandung. Yang kebetulan saya satu SMA dan satu kelas bersamanya.

6. Desi Rosmaya Putri

Sosok wanita yang cantik. Sikapnya lemah lembut, dan selalu tersenyum manja. Desi sangat pandai mengaudit keuangan. Desi tergolong orang yang pemalu. Namun demikian, dia sangat supel terhadap temanya.

Nilai akademiknya memang tidak sebagus yang lainya. Tetapi masalah kerajinan, dia tergolong siswa yang rajin. Desi adalah pacar pertama aku. Dia merupakan icon sekolahku.

7. Fahla Fadhilah Lotan

Seorang keturunan Aceh. Memiliki sikap yang over aktif. Seorang yang kreatif lagi inovatif. Cita-citanya menjadi seorang fotografer. Dimana ada Rai, disitu ada fahla. Memang orang ini adalah seorang pemburu, pemburu berita tentunya.

Nilai akademiknya sangat bagus. Sekarang diapun satu kelas dengan ku. Di kelas dia termasuk orang yan So riweuh. Sikapnya begitu kritis. Nilai kemanusiaanya sangat tinggi.

Selain aktif di OSIS. Fahla juga menjabat jadi komandan di PMR. Begitu aktifnya dia, sampai dia sering jatuh sakit. Tampaknya sakit bukan menjadi penghalang. Prestasi telah banyak diraih olehnya. Deretan piala PMR menjadi bukti loyalitasnya.

Demikian profil pengurus OSIS. 90% pengurus OSIS adalah teman kelasku. Mereka menjadi sainganku dikelas, namun demikian, kami tetap bekerja sama dan bersahabat. Walaupun kami sudah berpisah jauh. Banyak sekali kegiatan yang kami laksanakan.

Pada dasarnya, separuh kegiatan di lingkungan SMP aku serahkan pada teman yang lainya. Mereka bisa saya andalkan. Sedangkan aku mulai sibuk dengan kegiatan diluar sekolah. Memang berat kurasakan, namun demikian saya bangga melakukan hal itu. Terkadang saya mengontrol langsung kelapangan.

Aku mulai bisa membagi waktuku, untuk OSIS, paskibra, PMR dan kegiatanku dilingkungan luar sekolah. Kami sering sekali mengundang SMP lain. Kami mengadakan program bersama. Alhasil, kamipun memiliki banyak relasi yang sampai sekarang kami selalu berkomunikasi, via sms atau e mail.

Kepengurusan kami terbilang lancar. Pada waktu kepengurusan kami, kami tidak hanya aktif dilingkungan sekolah, tapi diluar sekolahpun kami aktif. Berkat kekompakan dan kerjasama yang baik, kami dapat memutarkan roda organisasi diluar OSIS.

Kepedulian OSIS pada organisasi lainnya, tampak dari kepedulian kami pada mereka. Setiap kegiatan non-OSIS, kami selalu datang. Minimal ketika ekstrakurikuler mengadakan suatu acara, kami datang sebagai tanda perhatian.

Lks

(latihan kepemimpinan siswa)

Siang itu SMPN 42 seakan berduka. Cat tembok yang kian melepuh, tembok yang tak lagi tegar, air mata langit seakan menghiasi hari-hari itu. Lelehan Lumpur yang membanjiri lapangan, menambah “kotor”nya SMPku.

Biarpun begitu, aku terus berlari menuju sekolahku, demi satu ilmu yang kuharap dapat merubahku dikemudian hari. Dengan basah kuyup, kusandarkan tas hitamku dikursi terdepan baris ketiga dari pintu masuk. Kugoyangkan tubuh kurus ini, berharap melepas dingin ini dan berganti menjadi hangat.

Belum kudapat hangat yang aku harap. Dengan suara lembutnya Rai memanggilku. Dia bilang padaku bahwa ada yang mencariku. Katanya sich, ada yang mo ngasih surat pemberitahuan.

Aku segera menuju ruang piket. Saya kira ada tukang pos, ternyata yang datang adalah Ketua OSIS SMAN 21. Ratu namanya. Sekolahnya berdampingan dengan sekolahku. Seperti biasa, senyum manjanya selalu dapat membuat kesan baik dimataku.

Dengan nada sedikit bercanda, dia memberikan sebuah amplop yang berisi surat, katanya sich surat dari dinas pendidikan. Sedikit kami saling bercerita suka duka OSIS di sekolah masing-masing. Ratu memang pantas menjadi ketua OSIS. Seni berbicaranya patut untuk ditiru.

Rintik hujan mulai surut. Kami sepakat untuk mengakhiri pembicaraan. Aku sudah tidak sabar membuka amplop itu. Kubuka dihadapan pengurus OSIS lainya. Dengan sedikit nakal, mataku mengintip isi surat itu.

Kulihat isi pokok surat itu, ternyata undangan pelatihan LKS. Segera aku konfirmasikan pada pihak sekolah. Pihak sekolah mulai sibuk mengurus administrasinya.

Sebelum kepergianku, kami berkumpul untuk sekedar konsolidasi. Kuserahkan tanggung jawab kepengurusan pada Cecep yang dibantu oleh pengurus utama.

Alam Sejuk

Derikan Jangkrik, kodok yang mengorek menghiasi tarian malam yang kian larut. Merdunya melodi malam, menjebak semua insan dalam mimpi indahnya. Seakan tak mau terjebak dalam buaian mimpi, kulepaskan diri ini dari jeratan ganasnya sang malam. Hingar bingar kudengar Allohu Akbar ! Allohu Akbar ! Ternyata adzan subuh telah berkumandang.

Kuterbangun dengan seketika, kularutkan diri ini bersama dinginya air wudhu. Pagi itu, sedikit cerewet. Kupinta keselamatan yang lebih dari biasanya. Wajar saja, pada siapa lagi aku harus memohon, selain pada Alloh semata.

Dengan satu kata penuh semangat, dimana harapan dan cita-cita mulai berkembang. Kulangkahkan kaki menuju Balai kota. Suatu tempat dimana semua cita-citaku akan kubangun. Disanalah tempat semua orang yang memiliki cita-cita yang sama akan berkumpul.

Dengan satu instruksi yang jelas. Kulangkahkan kaki menaiki bis yang telah disediakan. Aku tidak tahu kemana laju bis ini mengarah. Yang pasti, aku sangat menikmati perjalanan. Tampaknya peserta yang lainpun ikut menikmatinya.

Dua jam perjalanan kugunakan untuk berkenalan. Suasana hangat mulai terasa. Tak ada kecanggungan diantara kami. Mereka yang datang adalah siswa yang sangat supel.

FAJAR TIBA

( FORUM AKSI PELAJAR ANTI NARKOBA )

Terlibatnya aku menjadi ketua OSIS, mengantarkan aku untuk aktif dikegiatan kota. Sungguh, aku bertemu dengan siswa pilihan. Mereka semua aktif dan kreatif. Memang pantas mereka menjadi ketua OSIS. Dalam forum komunikasi siswa ( FOKUS ) kota Bandung.

Suatu hari. Disaat surat-surat kabar, silih berganti mengabarkan kabar ironis bahwa peredaran narkoba sudah sampai pada kalangan pelajar, bahkan tingkat SMP sudah berani bergelut dengan isi kabar tersebut.

Saat media televisi mulai terisi dengan informasi gadis seksi yang menjadi korban mutilasi. Ya, informasi tersebut sangat erat dengan kabar yang disajikan oleh surat kabar. Itu adalah akibat dari maraknya penyalahgunaan NAPZA.

Informasi tersebut menjadi buah bibir kami dalam diskusi FOKUS. Semangat kami untuk memerangi NAPZA mulai berkembang. Berbagai pendapat mulai muncul dari benak kami.

Dengan setu tekad yang sama, kami mulai merencanakan seminar terbuka. kami undang beberapa orang narasumber, ada yang memang pakarnya, sebagian nara sumber adalah mantan dari pecandu obat haram tersebut.

Usai dari acara tersebut, tanpa ada rencana awal. Hanya intuisi dan semangat yang berkobar, bukan karena petir yang menyambar. Anggota FOKUS mengadakan diskusi tambahan. Semua anggota setuju bila ada forum lain yang diperuntukan untuk memberikan penyuluhan di setiap sekolah di Kota Bandung.

Atas kepercayaan teman-teman semua, aku diangkat menjadi ketua forum itu, program kami adalah memberikan penyuluhan kesetiap sekolah di Kota Bandung. Aku terlibat menjadi ketua pelaksana disetiap acara tersebut, tidak jarang pula aku diminta memberikan materi tentang penyalahgunaan NAPZA.

Aku banyak belajar dari buku karangan Dr.Prof. Dadang Hawari, Psikiater. Disana aku menemukan kepuasan batin yang tak terhingga. Hausnya pengetahuan tlah terobati. Bergabung bersama orang terpilih menjadi kepuasan tersendiri. Tidak hanya itu, dikarenakan aku adalah siswa yang aktif, aku beserta siswa FOKUS, kerap kali bertemu dengan kepala dinas pendidikan atau jajarannya. Kami sering membahas kegiatan untuk siswa di Kota bandung.

Pernah kami berkunjung disalah satu Rumah tahanan untuk melihat secara langsung narapidana penyalahgunaan NAPZA. Disana aku banyak bertanya pada diri sendiri. Mengapa kader penerus bangsa banyak yang terjerat oleh NAPZA. Pertanyaanku itu mendorong aku untuk mencari penyebabnya. Batinku gelisah melihat kebobrokan moral.

Satu hal yang terpenting bagiku, aku harus tahu penyebab fenomena ini semua. Kulalui separuh hariku untuk mencari jawaban.

Kuteringat pesan dari kawan lamaku. Jika kita ingin mengetahui konsep berenang yang baik, maka datanglah kebangku sekolah, dan kita akan mendapatkan konsep itu dengan baik. Tapi, jika kita ingin bisa berenang, maka datanglah ke kolam renang dan larutkan dirimu dalam air pada kolam tersebut, maka kamu akan bisa berenang dengan baik.

Dengan dasar pesan tersebut, aku mulai mempelajari konsep, kujadikan buku karangan Prof. H. Dadang Hawari sebagai guru besarku. Akupun menjadikan teman-temanku sebagai objek rasa ingin tahuku.

P M R

Indonesia menangis, Saat bencana terjadi dimana-mana. Individualis semakin terlihat. Sedikit sekali orang yang memiliki jiwa kemanusiaan. Hatiku bergetar, merintih, terasa teriris ketikan melihat sodara-sodara tanah airku menangis.

Ditengah kesibukanku memimpin organisasi ini dan itu. Aku ingin sekali terjun menjadi relawan, ketika bencana menghampiri. Aku bergabung dengan PMR. Minimal aku sedikit tahu tentang pengobatan. Walaupun sampai saat ini aku belum pernah menjadi relawan.

Kini aku bertemu kembali dengan Fahla, salah satu pengurus OSIS terbaik dimataku. Awalnya aku yang memimpin Fahla, kini dialah yang memimpinku. Tidak menjadi masalah, yang penting aku mendapatkan pelajaran yang berharga.

Keperhatikan dengan seksama, setiap ilmu yang kudapatkan, aku berusaha mempelajari ulang. Tanganku penuh luka, saat aku belajar membuat tandu darurat. Aku memang bukan orang yang pintar membuat tandu darurat, sering kali aku kalah oleh adik kelasku. Tapi aku selalu bersemangat untuk memberikan yang terbaik.

Aku tidak terlalu aktif dikegiatan PMR, karena mereka tidak banyak melibatkanku. Bukan karena aku bodoh, bukan pula karena aku malas. Tapi mereka memahamiku, ketika itu aku sedang memimpin organisasi lainya baik Paskibra, OSIS ataupun Fajar Tiba.

Setidaknya aku senang mendapat ilmu yang baru. Keikut sertaan ku di PMR, membuat aku mengenal PMI lebih dekat. Aku adalah pendonor darah di PMI, namun sejak aku sakit, aku tidak mpernah mendonorkan darahku lagi.

PMR membuat aku merasa lebih hidup, Di PMR aku bisa merasakan perasaan manusia. Jiwa kemanusiaan yang diajarkan sangat kental. Berbagai teknik pengobatan aku pelajari. Dari luka bakar, patah tulang, sampai pembidaian aku sedikit banyak tahu.

PRAJA MUDA KARANA

Diakhir studyku, tepatnya 5 Maret 2005. Aku terpikat oleh Pramuka. Aku melihat ada nuansa keluarga yang kental antara pelatihnya. Mereka memang sama-sama alumni SMPN 42, tapi mereka tidak satu angkatan. Mereka memberikan contoh yang baik dimataku.

Selang satu minggu dari keanggotaanku, aku mengikuti lomba PBB. Aku bisa ikut serta karena aku sudah memiliki basic PBB, yang aku dapatkan di Paskibra. Ternyata di Pramuka perlombaanya sangat kompleks, selain PBB, disana juga ada materi pengetahuan, baik agama, ipa, ips, sampai sejarah kepramukaan. Waktu itu aku ditempatkan dipengetahuan ipa dan umum.

Setidaknya ada 11 lomba yang aku ikuti diakhir studyku. Minimal dua minggu sekali ada perlombaan. Alhasil banyak sekali piala yang kami dapatkan. Aku sangat puas dengan prestasi yang kami raih.

Terkadang di organisasilah aku mendapatkan ilmu lebih. Di organisasilah aku dapat merealisasikan ilmu yang aku dapatkan.

Kesuksesan tersebut, bukan berarti berjalan semulus itu. Banyak sekali rintangan yang menghadang. Baik dari internal ataupun eksternal. Bagiku hidup adalah suatu pilihan, dimana setiap pilihan memiliki konsekuensi, baik konsekuensi baik ataupun konsekuensi buruk. Dengan demikian saya dituntut untuk memaksimalkan potensi yang telah Alloh berikan padaku.

Kutaklukan terjalnya paku bumi

Adanya aku bersama Pramuka, telah mengantarkanku pada hutan rimba, baik konotasi maupun denotasi. Kini ada sesuatu yang membuat hatiku gundah. Aku ingin bisa survive.

Bersama pramuka, kutaklukan paku bumi. Semua gunung yang ada disekeliling Bandung, telah kudaki. Ada satu pengalaman yang tak terlupakan. Ketika itu kami berniat sekedar camp di Batu kuda, jatinangor.

Tanpa sedikitpun persiapan, karena awalnya hanya berniat camp. Kami memberanikan diri, menjelajahi buasnya batu kuda, tentunya dengan alat seadanya, hanya tambang sepanjang 25 meter dan sangkur disetiap orang.

Pukul 07.00 waktu setempat. Rancana kepulangan kami ubah menjadi petualangan. Kudaki setiap batu yang ada. Terjalnya setapak tak membuat kami menyerah. Berulang kali kami terpeleset dan terjatuh.

Perlahan tapi pasti, jalan setapak mulai lenyap. Pertanda belum ada yang menembus jalan ini. Kami mencari sungai, tapi tak ada. Yang ada hanya tanah licin, bekas aliran sungai.

Kami gunakan jalan itu. Perjalanan yang seharusnya berdiri, saat itu kami abaikan. Bagaimana tidak, kemiringan tanah hamper 65 derajat. Kami gunakan sangkur untuk berjalan. Kami tancapkan sangkur untuk menopang tubuh. Namun tanah yang begitu licin dan basah, membuat sangkur tidak efektif.

Tangan kami sudah tak berasa, karena udara sekitar begitu dingin dan lembab. Kami paksakan memasukan tangan kedalam tanah, satu demi satu, dan kami terus merayap. Terkadang kami memegang akar pohon untuk dijadikan pegangan. Walau sebesar telunjuk manusia, namun akar itu begitu kuat.

Kerjasama kami begitu baik, satu orang melangkah lebih dulu, dia mengikatkan tambang untuk kemudian, kami menggunakanya sebagai pegangan. Sungguh masih ingat dalam benaku, saat Kiki berteriak keras, aku melihatnya terpeleset dan terjatuh. Badanya tergelincir, untung dibelakangnya ada salah satu instruktur pramuka, dengan cekatan kak Surya menggunakan sangkurnya dan, sreb. Sangkur itu menancap tepat dibawah telapak kaki kiki, sehingga menjadi pijakan kiki. Untung sekali sangkur itu tidak mengenai kaki Kiki. Seandainya salah perhitungan, niscaya kaki Kiki akan robek tersayat sangkur.

Kami diam sejenak, mengambil nafas sedalam-dalamnya. Kami semua berteriak sekencang mungkin. Kami melakukan itu untuk menhilangkan ketegangan kami. Terkang kami tertawa bersama, ada yang menangis, bahkan saat aku terjatuh dan bergantung pada seutas akar, yang aku bayangkan adalah kematian.

Aku sapa semua orang yang ada disitu, aku minta maaf seandainya aku memiliki kesalahan pada mereka. Mereka pun demikian. Kami semua sudah pasrah. Kurang lebih hamper setengah jam, kami bergantung pada akar. Mengandalkan kekuatan akar dan mental kami. Bahkan yunus temanku, dia membuang tasnya. Dia tidak sanggup membawa beban selain dirinya sendiri.

Sembilan jam kami melakukan perjalanan itu, perbekalan kami habis. Sampai akhirnya kami sampai juga dipuncak manglayang. Tadinya kami sangat senang, tapi setelah melihat ada tiga buah kuburan manusia, suasana berubah menjadi mencekam. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk segera pergi turun gunung.

Untuk turun, kami tidak mengalami kesulitan yang berarti, karena medanya sedikit licin, kami hanga duduk, dan menggeserkan pantat kami, sehingga, bak anak TK yang sedang bermain seluncuran.Dengan letih dan lesu, kami pun sampai pada kaki gunung, tepatnya di desa Baru Beureum. Kami langsung beristirahat, tidur, tanpa ingat mandi dan makan. Huuh, sungguh perjalanan yang menakjubkan.

Kumpulan Moto organisasi

Paskibra

· Tidak takut kalah, tidak takut jatuh, tidak takut salah, tidak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati sekalian.

Osis

· One For All and All for One

PMR

· Kesatuan

· Kesamaan

· Kemanusiaan

· Kepedulian

Fajar tiba

· Mengukir Prestasi tanpa narkoba, wujud nyata manusia patriot

Pramuka

· Kami bukan yang terbaik, kami mencoba untuk lebih baik

Terima kasih SMP ku, terima kasih, kau telah memberiku makna hidup.

Apa yang ada padamu tak terlupakan walau sejenak

Virus merah jambu

Merah jambu…Begitu menggiurkan. Dikala tenggorokan kering, manisnya mampu untuk menyegarkan. Merahnya begitu menggoda, sarinya begitu manis, begitu sempurna bila dimakan disiang hari. Itulah gambaran sesosok buah yang tumbuh dipekarangan rumahku. Jambu air namanya.

Namun apa jadinya bila buah tersebut adalah nama virus, Virus cinta. Begitu menggoda namun mematikan. Nikmatnya tak sebanding dengan akibatnya. Episode hidupku masih dini, namun virus merah jambu, dapat hinggap dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja, termasuk aku.

Rintik hujan, menemani sepiku. Tajam tak menatap, diam tak bergeming. Ilusi terbang jauh, menanti bintang jatuh. Kutembus serangan langit. Tak satupun ilusiku tertembus derasnya hujan. Dibalik hujan, kulihat fatamorgana kehidupan lima belas tahun mendatang. Aku mulai tersenyum sendiri, setelah kusadar, ku lihat seorang gadis tersimpul manja memandangku.

Matanya bersinar penuh harapan. Rambutnya tergerai lurus, tertata rapi disetiap jepit biru yang ia kenakan. Ada kontak mata, walau tak lama. Wajah nan indah itu langsung terukir rapi direlung hatiku. Ketika dia berbalik, rambut panjangnya seolah menampar ruang hampa, begitu indah. Diapun berlari kecil bersembunyi dibalik daun pintu kelasnya.

Awalnya kuanggap itu hanya kebetulan. Namun, hari demi hari, wajahn itu selalu hadir, hadir direlung hatiku, disetiap mimpiku, bahkan disetiap ilusiku. Hatiku gelisah, paruku sesak, dan brainku mulai kacau.

Sistem dalam tubuhku mulai beraksi, setiap liquid darah mulai merangsang molekul dan membentuk senyawa yang memaksa otaku berputar bak generator. Secara otomatis aku mulai berpikir. Membuka segala peluang untuk berjumpa dengannya.

Dalam kegelisahanku itu, aku mulai tuangkan isi dalam hatiku pada sahabat sejatiku, my diary.

Di dalam pikiran setiap datang,
Mimpi bersemayam dengan penuh harapan,
Meluapkan perasaan dari hati yang terdalam,
Menciptakan sesuatu yang berkesan.

Mimpi,
Ada kala terpikirkan, berwujud dalam nyata.
Mimpi,
Ada dalam ilusi, tak berwujud dalam nyata.

Mengejar cita-cita bagai mimpi yang di raih,
S’lalu berjuang tanpa plin-plan,
Tetap mantapkan hati,
Agar mimpi yang diidamkan terwujud dalam hidup nyata.

Kuawali perjuanganku dengan menyusun data. Kutelusuri setiap jejak langkahnya. Di minggu pertama, aku berhasil berjabat tangan. Namanya Desi, lengkapnya Desi Rosmaya Putri. Aku mulai memberanikan diri, kutawari Desi untuk pulang bersama, namun sayang dia menolak tawaranku.

Kuteruskan perjuanganku. Dibalik hitamnya mega, kuikuti dia. Bagai kijang yang diawasi singa, Desi sedikitpun tak menyadari keberadaanku. Kini akupun tahu dimana dia selalu menyandarkan lelahnya, dimana dia berlindung dari garangnya raja siang, ataupun berteduh dari derasnya hujan.

Perlahan aku mulai mengetahui aktivitas rutinnya. Kebetulan sekali, teman organisasiku adalah sahabat Desi. Dari merekalah aku mendapat profile sang pujaan.hari demi hari, ming demi minggu, bahakan bulan demi bulan, kulalui hariku bersamanya. Klimaks episode ku mulai _ating_a cinta, baik secara verbal ataupun secara non verbal. Desi memintaku menunggu selama satu hari, biarlah dia memikirkanya dulu.

Sebelum perpisahan itu, saya selipkan sebait puisi untuknya, yang mungkin itu adalah ungkapan cinta terdalam ku buatnya.

Hampa diri, temani sepi, saat diresapi,
Cinta menumpuk rasa,
Mengharap seorang kekasih,
Menempati ruang kosong di hati, memberi butiran mengalir ke dalam sanubari.

Engkaukah Selama Ini Yang Kucari?
Dalam mimpi selalu datang menghibur,
Memberi senyuman manis,
Menyapa dalam hangatnya suasana, rasa sepi pun seakan sirna dari hati.

Engkaukah Selama Ini Yang Kucari?
Begitu aku merindukan,
Jejak – jejak cinta saling memberi, saling menerima,
Harapan ini begitu besar.

Kesetiaan yang kujalani,
Ketulusan yang kuberi,
Ku lakukan hanya untuk dirimu,
Untuk membuatmu bahagia, disampingku.

Keesokan harinya, aku siap dengan segala kemungkinan. Hatiku hancur manakala dia menolaku dengan alasan yang tidak jelas, yang pasti hari itu, selera makanku hilang. Segera kupulang setelah jam studyku habis. Perasaanku benar-benar teriris. Sakit sekali rasanya. Aku banting benda yang ada dihadapanku. Kuambil diaryku dan kutulis

Di pelukanku terakhir kali kukatakan cinta
Putih dan suci kau persembahkan
Seperti janji manis

Bila malam menjelang ingin kuhitung lagi
Segenap jumlah bintang yang bersinar di wajahmu

Akhirnya semua telah berakhir bagai mimpi buruk
Menerjang ruang batin hidupku tak berperasaan
Ku diam tertegun menatap pilu dirimu kau begitu indah

Dunia serasa mati hilang semangat hidup
aku rindu padamu aku teramat datang
Jika ini takdirku bolehkah ku berharap
Semenit waktu ingin kubersamamu

Begitu terpukul rasioku, aku tak bisa berpikir sehat, kuhabiskan waktu dalam kesedihan. Tubuhku yang sehat, Jiwaku yang kuat, tak berdaya saat virus merusak. Tak kusangka virus merah jambu dapat menghancurkan kokohnya pertahan tubuhku. Aku terjatuh sakit hingga beberapa hari.

Gelap malam penuh kesunyian

Membukakan pintu-pintu ilusi

Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa

Saat perjalanan adalah perasaan

Hati gelisah menjadi tumpuan

Perlahan-lahan rasio menjauh

Akalpun pergi tanpa berpesan

Saat kusadari semuanya

Aku terbujur di negeri khayalan

Berharap akan fatamorgana

Sekolah kutinggalkan, semua yang aku usahakan terasa terabaikan begitu saja. Rasa cinta beralih menjadi rasa benci. Aku muak dengan realita yang ada,cinta tak dapat tenangkan aku. Cinta hanya menyiksa, menikamku lalu membunuhku.

Kala kuingat semua rekan organisasiku, aku merasa malu. Aku begitu hina,aku tinggalkan mereka berama dunia mereka, edangkan aku hanyut dalam siksa cinta.Selang beberapa waktu, kuberanikan diri untuk lari dari kenyataan, kenyataan bahwa aku telah gagal dalam cinta.Akhirnya aku mampu untuk bangkit, apa yang kualami saat itu, aku anggap sebagai bagian dari episode hidupku.

Kujalani hariku seperti biasa. Kualihkan fokusku pada study dan organisasi. Entah ada angin apa, ketika aku naik kelas dan terpilih menjadi ketua OSIS, Desi menghampiriku, dan mengungkap cinta padaku. Aku bingung harus seperti apa.

Aku memang masih mencintainya, tapi disisi lain aku pernah sakit hati karenanya. Permintaanyapun aku pertimbangkan. Dalam gundahku, Desi terus menghubungiku via sms. Aku tak membalas sms itu. Desi menelpon, aku rijek.

Dengan memantapkan hati, akhirnya aku menrima cintanya. Kamipun berpacaran. Bagiku ini cinta perdana. Aku senang sekali hari itu.

14 minggu berlalu dengan begitu cepat, aku mulai tahu sifat aslinya. Wajar saja, diusia yang masih puber, Desi memiliki sandaran hati selain saya. Saya berusaha memakluminya walaupun hati ini sakit.

Kuputuskan dia dengan berat hati, namun aku selalu berusaha tampak tegar menghadapinya. Aku tidak kembali jatuh, namun mulai saat itu aku benci dengan yang namanya pacaran. Tidak ada faedahnya bagiku, cinta manusia hanyalah virus.

Kuberfikir begitu, karena aku sedang menikmati indahnya dunia dari sisi lainya. Bagiku organisasi adalah tempat yang tepat untuk meraih mimpi. Bukan membuat mimpi. Kulenyapkan semua ingatan tentang Desi, kubuang semua barang pemberianya, kuhapus semua episode hidupku bersamanya. Sirna, tanpa keping membekas, hanya ada satu rasa yang terpendam sampai saat ini. Permintaan maafku karena ku tak bisa memaafkannya.

Ketika aku pernah tau cinta itu begitu nyata kurasa….Cinta datang membawa sebuah cahaya yang mampu menerangi hati ketika merasa gundah….

Cinta bisa membawa sejuta kenangan manis ketika smua rasa terbingkai rapi bersama cinta…..

tapi tak jarang pula cinta memberi kenangan pahit ketika smua rasa hancur karena kekeceweaan….

Mungkin benar jika cinta harus selalu diperjuangkan…..

Ketika cinta itu telah terlahir oleh sebuah ketulusan yang menyertainya….Maka cinta akanlah abadi…..Masih adakah kini cinta itu di saat kesetiaan menjadi teka-teki besar yang dipertanyakan….

MEGA ENSA

“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan,”

Begitulah skenario Alloh, betapapun aku berusaha menolak kehadiran perempuan dalam hatiku untuk yang kedua kalinya. Namun aku tak bisa menolak ketetapan yang telah dibuat-Nya.

Oktober 2003,

Kutemukan diriku di sman 21

Episode hidupku belum berakhir. Kulanjutkan perjuangan hidupku ditingkat SMA. Tidak sulit bagiku, untuk beradaftasi dihabitat baruku. Setidaknya aku sudah mengenal sebagian kakak kelas dan guru disana. Aku mengenal mereka saat aku menjadi ketua OSIS dulu.

Bumi terasa sempit, aku berjumpa dengan kawan SMP ku di SMA. Bahkan Kiki fryadi dan Tuti Alfianti menjadi teman sekelasku yang ketiga kalinya. Ternyata benar dugaanku, mereka akan menjadi saingan hidupku. Kini saat pemilihan ketua murid, saya dan Kiki mengangkat tangan secara serempak. Menandakan bahwa kami siap memimpin siswa lainya.

Persaingan jelas terlihat dimata kami berdua. Bukan ambisi, bukan tidak toleransi, tapi harga diri. Bukan tidak mau dipimpin, tapi kami telah berjanji akan bersaing menampilkan sesuatu yang terbaik. Kami sedikit berorasi didepan kelas. Bagiku orasi bukan faktor utama mempengaruhi orang lain, terkadang merendah akan membuat kita tinggi. Itu strategi yang aku gunakan saat itu, tentunya bukan rendah diri. Akhirnya aku menjadi ketua kelas dan Kiki wakilnya, tentunya Tuti Alfianti menjadi sekretarisnya. Bagaikan sinetron saja, kami selalu bertemu.

Banyak organisasi pilihan di SMA. Tapi entah kenapa aku tidak memilih paskibra, Pramuka bahkan PMR. Aku lebih tertarik pada organisasi lingkungan, bahasa, dan ilmiah.

Saat itu aku memilih organisasi KKS (klub konservasi sekolah), KIR (Karya Ilmiah Remaja), dan Ekstrakurikuler Bahasa Jepang. Aku memilih itu semua dengan berbagai pertimbangan matang. Bahwa aku ingin mendapatkan berbagai ilmu yang aku butuhkan untuk bertahan hidup.

Aku sangat senang bisa bergabung bersama orang yang hebat, orang-orang yang memiliki semangat untuk maju, Orang-orang yang ingin bermanfaat bagi orang lain.

Kuikuti semua perkembangan yang terjadi dihabitat baruku itu. Habitat baruku tak sesederhana dunia SMP. Disana benar-benar heterogen. Memiliki pola pikir yang berbeda, walupun tidak sedikit orang yang masih kekanak-kanakan.

K K S

KKS Andalah kepanjangan dari klub Konservasi Sekolah, suatu wahana yang ada dibawah binaan Dari Konus. KKS, beranggotakan 13 sekolah yang ada di koota Bandung dan 2 sekolah yang ada dilura kota Bandung.

KONUS (Konservasi Alam Nusantara) merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yang didirikan pada tanggal 23 Maret 1998 di Bandung. Visi : Lestarinya satwa liar dan habitatnya dalam keselarasan dengan alam dan manusia.

Misi : Mengajak semua lapisan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian satwa liar dan habitatnya.
Tujuan : Mewujudkan semua lapisan Indonesia yang selaras dengan lingkungan tempat tinggalnya.


Bentuk kegiatan

1. Klub Konservasi Sekolah

2. Kunjungan ke sekolah (school visit)

3. Kampanye Simpatik
4. Fasilitasi Pelatihan Pendidikan Lingkungan
5. Pameran, seminar, dan workshop lingkungan
6. Pengamatan satwa dan tumbuhan.


Alamat:
Jl. Cikutra Baru II No. 9,
Bandung 40124
Telp/fax (022) 720-0234
Website : http://www.konus.or.id

Entah mimpi apa aku semalam, aku kembali bertemu dengan Kiki dan Tuti disana. Seperti biasa, kami selalu berebut posisi, namun anda mungkin sudah tahu hasil akhirnya, ya gegitulah hasilnya, aku menjadi ketua KKS dan Kiki menjadi wakilnya, tak terlewatkan bahwa Tuti menjadi sekretarisnya.

Kami kembali bekerjasama dalam satu organisasi yang sama. Selain aktif dikegiatan KKS, kamipun ikut aktif dikegiatan KONUS langsung, minimal kami mengetahui pembuatan bulletin setiap dua minggu.

Banyak sekali yang kami dapat kan di KONUS. Ilmu jurnalistik, so pasti kami dapatkan. Kegiatan yang kami ikutipun sangat banyak :

· Penelitian kualitas tanah, air, dan udara.

· Studi ke lapangan, pengamatan primate.

· Pengolahan sampah menjadi barang baru.

· Jamabore

Menjadi suatu kebanggan bagi kami, saat kami menjadi juara umum saat Jambore. Tidak, tanggung-tanggung, jambore tersebut telah mengantarkan kami kembali bertemu dengan orang-orang penting di pemerintahan.

Sungguh pengalaman yang tak ternilai saat kami mengikutinya. Aku teringat, ketika perayaan hari bumi, kami ikut serta didalamnya. Bergabung berama lebih dari sepuluh LSM Lingkungan, baik mahasiswa atau umum, kami berkampanye seharian, membawa tiruan bola bumi dengan diameter lebih dari lima meter.

Ikutnya aku disana, membuat aku melihat dunia baru yang baru aku tahu, betapa besar semangat kaum muda untuk mnyelamatkan bumi, betapa besar kerusakan Bumi.

Aku jadi teringat, ketika aku menjadi ketua OSIS di SMP, Aku pernah berkumpul bersama seratus orang lebih, perwakilan dari setiap sekolah di kota Bandung, dalam rangka, pelatihan menuju duta lingkungan. Kegiatan itu dilaksanakan oleh BPLHD Jawa Barat. Tempatnya di Hotel Lingga. Tak bisa saya ceritakan disini, karena sangat banyak dan berkesan sekali. Yang pasti, Dimanapun ada saya, Kiki selalu menjadi pendamping setia.

Kembali, saya dan Kiki terpilih menjadi kader lingkungan hidup kota Bandung, di bawah binaan P3LHP. Di P3LHP, aku dihantarkan bertemu dengan anggota dewan Pertemuan kami dengan anggota dewan, adalah untuk merundingkan solusi dari kebijakan pemerintah, berkenaan perda K3 no 11 tahun 2005.

Peristiwa itu terjadi pada bulan Sungguh, menjdi aktifis, telah membawa saya pada kehidupan seuutuhnya.Banyak masalah dunia yang perlu segera ditangani. Sampai sekarang saya masih aktif disalah satu LSM di kota Bandung.

Kegiatan yang begitu sibuk, telah melupakanku pada permasalahan hidup pada umumnya, namun demikian saya masih bisa menyeimbangi pelajaran saya.

Naluri tauhid

Kusibukan hariku bersama organisasi kesayanganku, tempat pelarianku dari kelelahan adalah perpustakaan, disana aku sering bercengkrama bersama guru-guru, sekadar menimba ilmu lebih dari mereka. Aku juga adalah orang yang selalu haus dengan informasi.

Dalam kesunyian waktu, aku coba membaca buku berjudul Power ESQ. Tergetar hatiku saat aku membuka lembar demi lembar buku tersebut. Buku tersebut mengingatkan aku pada seorang teman lamaku, Suhendar namanya.

Dia adalah orang yang pertama membuat naluri Ketauhidanku bangkit. Dia adalah orang yang memaksaku mencari Alloh. Kukurangi kegiatan organisasiku, namun demikian aku tetap aktif didalamnya, hanya mengurngi sedikit perhatian.

Kuarahkan perhatianku pada Organisasi Rohis di sekolahku. Aku bergabung diantara mereka. Aku ikut aktif bersama mereka. Suatu ketika aku menonton video karya harun yahya, betapa kecilnya aku dihadapan tuhan, betapa hinanya aku dihadapan tuhan, betapa tak sedikitpun bisa menyelamatkanku.

Kembali aku dalam masa pencarian tuhanku. Aku merasa ada yang kurang dalam hidupku, bagaimana bila aku mati dalam keadaan seperti ini.

Bagaimanakah rasanya menunggu kematian itu?

Lalu apakah kematian itu?

Dan bagaimana memilih antara mati untuk buah hati dan hidup untuk orang yang dicintainya?

Dimanakah bisa kutemukan kedamaian diantara keduanya?

Untuk menjadi aku dan tiada

Aku adalah kematian itu sendiri

Dan hidup serta kematian itu adalah hampa

Dimana aku meletakkan ego dan perasaan ini

Untuk berteriak lantang kepada Langit

Untuk memilih mati

Untuk memilih hidup

Untuk memilih diam

Dan untuk memilih Cinta……..

Aku mulai jatuh sakit. Hari-hariku penuh siksa. Penyesalan kian silih merganti, seolah mentertawakan diri. Sayup-sayup kudengar suara hati. Bagaimana seandainya kau mati? Kau mati dalam keadaan seperti ini. Sangat jauh sekali dari apa yang diperintahkan Illahi. Dada ini sesak saat kuingat dosa-dosa. Palagi kuteringat salah satu firman Alloh yang intinya berbunyi barang siapa yang lebih mencintai dunia dari pada Alloh, rosul dan jihad, maka tunggulah sampai Alloh memberikan suatu keputusan, Amat cepat hisab Alloh….

Rasa takut akan kematian mulai terus menghantui, terbawa mimpi. Selama empat hari, tidurku ditemani mimpi kematian. Seketika itu aku mulai takut, aku merasa bahwa malam ini akan datang mimpi yang lebih dasyat dari sebelumnya. Bahkan lebih dasyat dari Tsunami. Ledakan dalam hati semakin besar bagaikan ledakan bom bali.

Kugerakan tanganku untuk mengambil bantal. Ketelengkupkan badan ini, kutimpa telinga ini dengan bantal yang kumiliki. Kupejamkan mata walau masih tersadar. Kuterus berkompromi dengan rasa takut. Tidurnya mata ini tak diiringi dengan tidurnya hati ini.

Setelah kusadar, kumelihat diriku begitu kecil dihadapan sesuatu yang ganas. Aku melihat diriku delemparkan pada pusaran api yang berwarna hitam pekat. Tubuhku terbakar tanpa darah. Kulitku terkelupas, perih sekali rasanya. Tanpa disadari ada sesuatu yang menghantam kepalaku dari belakang. Sakit sekali. Mataku keluar, otaku bercucuran dari lubang hidung dan telingaku. Jantung, hati, dan tubuhku tersayat. Kucoba berlari namun tidak juga ku temukan jalan. Sekelilingku hanya ada api, dan tak seorangpun mampu menolongku.

Aku begitu tersiksa kini bukan kulitku yang menyelimuti tubuh, namun bara api. Aku mulai tertarik pada pusaran api tersebut. Bau busuk menyeruak, potongan badan berserakan tak tentu arah, tak ada cahaya disana, tak ada sirkulasi udara, gelap dan jahat begitu memikat, aku menghirup nafas yang itu itu juga, tak ada oksigen, hingga kerongkonganku tersumbat, nafasku kembang kempis, jantungku berdegup kencang, paru ku membiru “! “.. tak ada penolong, tak ada Mega mantan kekasih fanaku, tak ada penolong, hanya badanku sebesar kepalaku..”! aku terjaga seketika, mimpikah? atau kenyataan hidup sebenarnya, sebab mimpi juga adalah keinginan dan keadaan bawah sadar atas realitas hidup sebenarnya, cepat cepat kunyalakan lampu kamar.

“Tuhan.. ini bukan mimpi,. it’s a real life !! buru - buru aku terbangun dengan peluh bercucuran dan badan gemetar, ternyata malaikat maut bisa menjemputku. kapan dia mau, dan lebih dekat dari urat leherku sendiri! Dan aku belum siap dengan kematian yang menjadi kawan setia ku.

Pengalaman tauhid ku ini membuat aku sadar, bahwa ada kebahagiaan lain yang harus aku kejar. Sejak saat itu aku selalu menghabiskan waktu dimasjid, mencari ketenangan batin sesungguhnya.

Aku dekati orang-orang yang memiliki tujuan yang sama. Banyak pelajaran yang kudapatkan dari mereka. Terkadang sengaja aku pergi ke Pusdai, untuk mencara kehbahagiaan yang islami. Kuselami hidup dari lorong terhina.

Kuberkeliaran dimalam hari, hanya ingin tahu dunia malam, dan apa yang membuat itu terjadi. Perlahan aku memahami, bahwa dunia begitu kejam, dunia mampu mengikat seseorang, mampu membutakan mata hati manusia.

Sungguh, satu episode yang menyedihkan.

Kata hati

Super aktif ( Rai ) OSIS SMP

Aku tau Burhan, paz aku duduk dibangku smp…Kelas dua aku sekelas ama Burhan,,dari situ aku mulai mengenal burhan. Dia tuch orangnya asyik sich…Dia tuch ga pernah ngebeda-bedain temen, ama temen dikelas dia akrab aza.

Lama kelamaan aku mulai kenal dia banget, karena selama sekelas, di OSIS juga sering ketemu, kebetulan Burhan kepilih jadi ketua OSIS paz angkatan aku, dan aku jadi sekretarisnya, jadi ya sering banget bareng ma dia.

Dia tuch orangnya disiplin banget, baik, bertanggung jawab, solider, dang a pernah pilih-pilih teman..tapi disisi lain burhan juga tergolong orang yang egois, ngomongnya suka ceplas ceplos. Kadang dia ga liat situasi and kondisi, yang penting dia nyampein aza.

Burhan tuch asyik diajak ngomong, coz diatuch orangnya emang humoris…humoriis banget, ya walaupun sebenarnya dia tegas sich..Burhan tuch sering cairin suasana…paz ada yang sedih atau punya masalah, dia selalu ngebantu, solusinya selalu jitu lho.

Oh iya, burhan itu pinter ngomong juga, truz dia tuch ga mo diem. Maksudnya diatuch suka mondar-mandir mulu..kayanya dia tuch ga pernah diam disatu tempat. Aktif banget sich dia, tapi nyenengin juga..

Ya intinya sich aku seneng baget punya temen kaya dia,, dia banyak biking kenangan buat aku. Temen yang poaling disiplin…rame…bawel…super aktif..

Burhan yang telah bikin hidup aku warna-warni

Sosok Sederhana (Devi W, Jurnal)

Selama saya kuliah, saya salut pada penulis, selai penulis baik, ramah, penulis juga termasuk orang yang aktif mengikuti perkuliahan.

Dari penampilan penulis, jujur saya suka penampilan penulis, karena begitu sederhana dan memiliki jiwa yang luar biasa. Selama saya mengenal penulis, penulis tidak pernah melakukan kesalahan pada saya, apalagi melontarkan kata-kata yang tidak baik.

Seorang Motivator ( Dra. E. Tuti Syarifah ) Wali Kelas, kelas 2 SMP

Penulis seorang siswa yang memiliki semangat over, Semangatnya seolah tak pernah mati. Penulis adalah orang yang aktif diberbagai oraganisasi.

Sebagai seorang ketua OSIS, penulis mampu menjadi seorang motivator bagi rekannya.Kepiawaian penulis dalam memimpin, ditunjang dengan pengetahuan yang luas. Penulis memimpin dengan contoh, sehingga apa yang dilakukan penulis, menjadi motivator bagi rekan-rekannya.

Saya sebagai gurunya merasa termotivasi untuk membimbing kelas. Ide kreatif yang diajukan penulis membuat saya mampu bergerak, merealisasikan program silaturahmi kelas.

Saya merasa bangga telah berhasil mendidik siswa saya. Saya doakan apa yang dicita-citakan penulis semoga tercapai.

Seorang Pemimpin (Ujang Rochendi) teman SMP

Burhan atau sering di sebut dengan nama kecil ”han’s” , han seorang alumni dati sebuah smp negri 42 bandung, dimulai dari kelas !A, ia merupakan seorang anak pendiem tapi pandai bergaul, walaupun sikapanya pendiem tapi di dalam berbagai bidang pelajaran ia cukup berprestasi selain mata pelajaran , bahakan ia juga ulet dalam mengikuti ekstar kulikuler, seperti pada umunya semua sekolah n, di sekolah nya smp n 42 terdapat 3 ekstra kulikuler wajib , yaiatu : PRAMUKA , PASKIBRA , PMR, Paskibraadalah bidang ekstrakulikuler yang ia pilih , mungkin karena jiwanya memiliki jiwa kepimpinan , di kelas 3 ia sempat mendapat gelar sebagai salah sat u dari “danton (komandan PLelaton) terfavorit se-sejawa barat. Dan memimpin kepengurusan osis di smp nya tersebut.

Kelas 2 adalah mata kepemimpinan dia sebagai pengurus osis di smp n 42 bandung, selama manjabat sebagai ketua osis , banayak yang telah ia kembangakan melalui inspiratifnya untuk sekolah nya tersebut yang kebetulan sekolah juga dengan bantuan rekanya ia banyak menagadakan berbagai kegiatan sekolah seperti usaha kebersihan sekolah , pencipta lingkunagn hidup dan bebagai kegiatan lainnya

Awal memasuki kelas 3 semuanya terjadi begitu dan dalam masa keremajaaan perubahan terjadi atas tingkah lakunya bersama teman-temannya termasuk saya… tapi itu tidak mempengaruhi dalam pelajarannya ,

Samapai akhirnya memasuki kelulusan di tingakat smp bahakan ia lebih memperketat kegiatan nya dalam belajar, tapi telah menjadi kesehariannya, hingga akhirnya ia lulus dari smp dan menruskan ketingkat atas di salah satu sma negri di kota bandung.

Seorang yang solid ( Cecep MSG) teman SMP

Dia seorang teman yang mungkin bisa di bilang baik, tapi emank kenyataan, knapa saya berpendapat seperti itu karena saya berteman dari smp dan sampai sekarang.

Mukin saya tau seluk beluknya burhan tapi ga mungkin semuanya, karena cecep juga ga bisa setiap hari apa yang dia perbuat, karena perbuatan adalah mencermin kan sifat burhan, burahan tuh baik dalam segalanaya tapi tak semuanya….heheheheheh……mungkin saya jujur yah…..burhan teman yang baik kalo cecep lagi butuh apa juga suka di bantu….dalam arti apa dulu butuhnya kalo misalnya cecep lagi bt atau lagi ada masalah burhan lah yang bisa Bantu cecep……tapi kalo lagi butuh duit juga burhan suka minjemin malah ngasih….hehehhehehhe :D……wkwkwkwk!!!!!!!!!!

Burhan adalah seorang bisa merayu orang tua cecep kalo cecep lagi ada masalah am keluraga, burahan lah yang bisa ngedinginin orang tua cecep.

Burhan adalah suatu panduan bagi temen-temen nya, sedikit-sedikit dia selalu mengatakan kata-kata mutiaranya atau bisa di bilang puitis lah.

Burhan seorang yang solid best friend’s, dia kalo gab ant suka memakasa, itu lah seorang tem,an yang super hero….wkwkwkkwkwkwk.

Tapi yang harus tau burahan seorang berwibawa, masa pas smp pas pertama kenal dia tuh so gagah gitu si berwibawa gitu lah sombong atgau ga dia tuh so pinter gitu lah…….tapi emang sech burahan tuh pinter, tapi kalo di tamabah burhan ga sombong wah perfect lah….wkwkwkwkkwkwkw, tapi kalo dagh knal mahg dia baik kok….gitu…hahahahahah, pernah yah dia marah-marah ga jelas waktu smp kelas 2 lagi ada acara pengurus osis gitu lah, terus cecep tuh ga atau kalao ada acara gitu lah, tau gha dia ngapain ama cecep dia marah-marah ga jelas ama cecep, aneh kan.

Seorang Pemikir Keras ( Nurtia, paskibra)

Bagi kami burhan adalah pemimpin terbaik, keseriusanya dalam memimpin terbukti dengan rencana yang matang. Setiap langkahnya begitu terencana. Kepemimpionannya memang semi dictator, namun kami menyadari dan merasakan, bahwa apa yang burhan lakukan membawa perbaikan bagi Paskibra.

Dalam benak kami, burhan adalah seorang yang serius dalam menghadapi masalah. Buah pikirnya menjadi solusi terbaik saat itu. Keseriusanya dalam rencana membuat kami sanggup bertahan, walaupun pada akhirnya paskibra dibubarkan tanpa alasan yang jelas, kami merasa segan dan nyaman bila Burhan ada didekat kami. Burhan sosok yang selalu berjuang mewujudkan program kerjanya.

Seorang yang misterius ( Fahmi, teman SMA)

Diamnya penulis,bukan sekedar diam, dalam diamnya kerap kali lahir ide dan gagasan luar biasa. Bagi saya penulis adalah sosok yang misterius. Saya melihat penulis selalu tampak antusias, seolah tak ada beban hidup yang ia pikirkan.

Kegiatan penulis berbeda dengan kegiatan siswa plain pada umumnya. Penulis kerap kali menghabiskan waktunya diperpustakaan. Bila tidak terliaht diperpustakaan, penulis menghabiskan waktunya di masjid. Secara keprebadian, penulis merupakan sosok yang misterius.

Dear

Diary

Bandung, 22 Desember 2008

Entah apa penyebabnya, hari I ni terasa begitu aneh. Tak seperti biasaynya aku terbangun dari tidurku setelah pukul 07.15 WIB. Aku terhentak ketika aku teringat ada UAs mata jul


Burhan

Life episode’s

Menelusuri lorong tergelap

Menuju insan seutuhnya

Life episode’s

Menelusuri lorong tergelap

Menuju insan seutuhnya

Burhan

Dipersembahkan

Untuk

Ibuku A. Khotijah yang dengan segala ketulusan hatinya telah menemaniku merangkai dan mengingatkan peristiwa penting dalam episode hidupku yang sedikit terlupa menjadi sebuah buku penuh hikmah.

Keponakanku imam, jemari mungilnya yang selalu memijit keyboard komputer ataupun laptop. Aduhai, biarpun sangat mengganggu, tetapi tindakan lucunya dapat me-refresh otak saya.

Sahabatku Cecep dan Kiki, kata-katanya selalu melahirkan inspirasi baru, walaupun mereka selalu menggodaku agar menunda pekerjaanku ini.

Dosenku Agus Ahmad Safei, yang dengan kesabaranya membimbingku merangkai etos menulis.

Guruku Ita Djuwita, yang dengan ketulusanya mendidik saya menumbuhkan semangat membaca

Kekasih pertamaku Mega, yang selalu menjadi motivator dalam setiap langkahku.

Bismilahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Marilah sejenak kita singsingkan segala bentuk kesombongan kita untuk senantiasa memanjatkan puja serta syukur kita kehadirat Alloh SWT yang berkat segala limpahan dan curahan nikmat serta hidayahnya kita semua dapat menghembuskan nafas keimanan dan ketaqwaan demi menjunjung tinggi keagungan kalimatnya dengan senantiasa merefleksikan apa yang menjadi perintahnya sebagai bentuk ketundukan serta kekhusyuan ibadah keharibaannya.

Shalawat serta salam perdamaian bagi semesta alam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat citra diri dan dakwahya beliau mampu menjadikan dienul islam ini sebagai dien kokoh yang dibangun atas kekuatan pondasi keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah sehingga kita sebagai pengikutnya yang setia benar-benar dapat menerima mata rantai kebenaran yang hingga saat ini sama-sama kita pegang teguh sebagai jalan menuju mardhotillah.

Hidup adalah suatu pilihan dimana setiap pilihan memiliki konsekwensi baik dan buruk. Setiap orang juga memiliki masa lalu yang berbeda,namun tidak semua orang mau mempelajari dan memperbaiki hidupnya. Serangkaian perjalanan hidupku ini semoga dapat menjadi sesuatu yang membekas dalam hati setiap pembaca.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb

Bandung,1 September 2008

B U R H A N

KUTEMBUS BATAS RASIO

Menembus batas rasio adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh setiap manusia pada umumnya. Banyak manusia mempersepsikan kebenaran dengan logika mereka. Mereka enggan menghadapi hidup diluar rasio mereka. Rasionalitas mereka anggap sebagai batasan kebenaran. Pada umumnya banyak orang yang takut melewati rasionya. Melewati rasio dianggap gila.

Saya adalah orang yang selalu ingin berbeda dengan kebanyakan orang. Memiliki keinginan kuat merupakan bahan baku saya. Selalu melakukan hal diluar batas rasio merupakan ambisi hidup saya. Saya sadar bahwa ambisi saya itu memang rumit. Tapi disitulah makna hidup sebenarnya. Manakala kita dihadapkan dengan hal diluar rasio, kita akan mulai menganalisa dan membangkitkan akal kita. Akal kita akan berusaha mencari jawaban tentang itu.

Bagiku akal adalah penguasa dunia. Seorang Albert Einstein saja baru menggunakan 8% dari akalnya sudah dapat menciptakan sesuatu yang luar biasa. Bayangkan kalau kita dapat memaksimalkan potensi akal kita. Bukan hanya liku kehidupan yang bisa kita tembus, batas rasiopun dapat ditembus. Aku selalu berambisi untuk merubah rasio semua orang terhadap sesuatu hal. Bagiku hidup tidak sekedar pengakuan keberadaan, tapi hidup adalah suatu perubahan. Perubahan kearah posiif. Tidak terpaku dan mengikuti kenyataan yang ada.

Merayap penuh harap

menelusuri lorong tergelap

Dan ketembus batas rasio

Setelah kulayangkan kebersyukuranku pada Illahi. Kali ini ingin ku sampaikan pada semua pihak yang telah membuat diri ini malu untuk berdiam diri. Membuat diri ini begitu hina tat kala kuhanya sibuk dalam rasio tanpa ada suatu gerakan nyata.

Dialah Ita Djuwita, seorang guru terbaik selama saya berada di SMAN 21 Bandung. Argumentesinya selalu membuatku bangkit. Intelektualitasnya terpancar disetiap bait kata yang terucap. Arah telunjuknya adalah cerminan kokohnya cita-cita.

Kuteringat suatu peristiwa, ketika kusandarkan lelahku pada sebuah keluhan. Terhentak hati ini ketika keluhan itu buyar. Sosok guruku hadir mengingatkan kata-katanya yang telah tersampaikan padaku. Guruku selalu bertanya “ Sejauh mana kau merasakan lapar dalam membaca?”. Aku selalu merasa hina manakala kuingat kalimat itu. Kalimat itu kuartikan lebih luas. Dalam hati kuberkata “Pantaskah aku hidup tanpa mampu membaca ?,jangankan kau baca buku, untuk membaca keadaan dirimu kau sulit. Pantaskah kau disebut pelajar, manakala kau hidup jauh dari buku?

Aku mulai bangkit, kuberlari meninggalkan bayangan lelahku menuju perpustakaan. Kucari buku sebagai stimulus membaca. Memang sulit mengundang jiwa membaca, tapi aku tidak menyerah. Kuingin membuktikan pada guruku bahwa aku tidak kalah dari beliau. Tidak selamanya guru lebih baik dari siswa. Ku ingin menjadi manusia seutuhnya.

Sejak saat itu aku selalu berusaha membaca buku. Apapun buku itu. Yang terpenting otaku tidak tegang, ketika menerima informasi tekstual. Terima kasih Bu Ita Djuwita yang telah mampu membangkitkan semangat membaca dalam jiwaku. Terima kasih atas semua hal yang telah kau sampaikan. Setiap katamu mampu membongkar kehinaan diri ini.

Thanks to my teacher………Ita Djuwita

Berikutnya kulayangkan ucapan terima kasihku ini pada dosenku Agus Ahmad Safei. Terlalu singkat rasanya aku mengenalnya. Namun rasa kagum tidak ditentukan oleh waktu. Bagiku beliau memiliki kharisma yang unik.

Awalnya kususun buku ini hanya sekedar memenuhi tugas mata kuliah menulis akademik saja. Namun paradigmaku berubah ketika beliau menyampaikan materi etos menulis. Aku baru sadar ternyata menulis bukan sekedar merangkai kalimat. Menulis adalah kehormatan.

Ingin kubuktikan bahwa aku adalah manusia. Manusia yang axis, harus membuktikan keberadaanya dengan suatu karya. Karya adalah bentuk dari kehormatan. Maka buku ini kususun bukan sekedar memenuhi tugas kuliah, namun buku ini ada sebagai bukti kehadiranku dimuka bumi.

Berawal dari itulah kumulai perbaiki setiap rangkaian kata dan kalimat dalam buku ini. Kukutip satu kalimat dari beliau. Buku ini adalah buku biasa, yang ditulis oleh orang biasa, untuk dibaca oleh orang biasa, bahasanyapun biasa-biasa saja.

Bagiku yang terpenting dari ke-biasa-an itu bukanlah buku yang saya susun. Tapi dari ke-biasa-an itu, melahirkan semangat luar biasa dalam jiwa ini. Malu rasanya kalau aku tercipta hanya sebatas penikmat karya orang lain.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar -1

Kutembus Batas Rasio -3

Thanks To -6

Dafrtar Isi -13

Dibalik Sunyi Malam –18

Kebahagiaan di Mata Ayah –20

Usia Bukan factor Utama Kedewasaan –24

Aku Bersama kampungku –27

Berjuta Kisah di Babakan Jati -32

Sayapku Muncul –39

Ikrar Bersama –44

Organization, The Second School –47

Pasukan Kibar Bendera –51

Tuti Alfianti –55

Yunita Rahmasari –58

Ayu Rahayu –60

Nurtia –60

Mega Fajrin Nugraha –62

Nurlaela –63

Ningtatih –64

Syarifah –64

Widi Handayani –65

O S I S –67

Pembentukan Kepengurusan –71

Cecep MSG –71

Rosdiana Sunaryan –72

Rai –73

Ticka fauziah –83

Kiki Friyadi –84

Desi Rosmaya Puteri –85

Fahla Fadhilah Lotan –85

Fajar Tiba –88

P M R –90

Praja Muda Karana –93

Kutaklukan Terjalnya Paku Bumi –98

Kumpulan Motto Organisasi –102

Virus Merah jambu –104

Kutemukan diriku di SMAN 21 –116

K K S –119

Naluri tauhid –125

Kata Hati –132

Super Aktif ( Rai, OSIS SMP) –132

Sosok sederhana ( Devi W., Jurnal ) –134

Seorang Motivator ( Dra. E. Tuti Syarifah, Wali Kelas, Kelas dua SMP )

–134

Seorang Pemimpin ( Ujang Rochendi, Teman SMP ) –135

Seorang yang Solid ( Cecep MSG, Teman SMP ) –137

Seorang Pemikir Keras (Nurtia, Paskibra ) –140

Seorang yang Misterius ( Fahmi, Teman SMA ) –141

Dibalik Sunyi Malam

15 Mei 1989.Diakhir pertigaan malam.Disudut kamar,dibalik lemari tua.Terlihat sesosok insan tertunduk diatas sejadah.ya dialah ayahku.Diiringi nyanyian katak saling bersahut.Hembusan udara subuh, menambah ketajaman tafakur.Diantara alam sadar dan tidak sadar, ayahku dihampiri lelaki tua.lelaki tua itu memang selalu hadir disaat tafakur.Namun ada yang berbeda dengan kehadiranya.

Ditepuklah punggung ayahku.Ayahku terhentak dan berkata “Ada apa?”.lelaki tua itu menjawab “Dengarkanlah apa yang Aku katakana,Aku akan menitipkan seorang anak laki-laki padamu,tapi berilah dia nama Burhan!”.Dalam rasio,ayahku berkata “banyak anak banyak rezeki,apalagi anak laki-laki”.Belum sempat menjawab,tiba-tiba ayahku dikagetkan dengan suara terikan ibu yang ada di dapur.Akh…akhh..Sakit…sakit.Hatih ayah semakin kacau.Apalagi dengan piring pecah menyusul teriakan ibuku.Ayahku segera berlari.Mendobrak daun pintu yeng telah dimakan rayap.”Astagfirullah,ada apa nih bu?”.Ibu tetap mengerang kesakitan.Tak satupun kata terucap selain sakit.Kedua tangannya memegang erat perut.Seperti kesetanan,ibu terus mengerang kesakitan.Spontan warga berkumpul.Warga terus berdoa.Tapi ibuku terus merasa sakit.Beberapa menit kemudian.tanpa satu orangpun mengira.Ibuku melahirkanku.Ibuku spontan melompat.Kaget melihat seorang bayi lahir dari perutnya.

Kejadian itu memang diluar batas rasio manusia.Seorang bayi yang dilahirkan tanpa proses dalam kandungan.Peristiwa itu mengguncang pikiran ibuku.Tak sedikitpun persiapan kelahiran dipersiapkan.tak ada baju bayi,samping apalagi selimut atau perlengkapan lainnya. Kelahirankupun menjadi buah bibir masyarakat.Tak hanya warga sekitar yang berbondong-bondong ingin melihat aku,tapi warga dari luar kota pun ikut bejibun.

Kebahagiaan Dimata Ayah

Ayahku bernama Ujang Rochendi.Beliau memiliki perawakan yang tinggi besar.kumisnya tebal.Janggutnya selalu dicukur habis.matanya selalu tajam menatap.Disebelah kanan pelipisnya ada tanda bekas terkelupas,namun sudah kering.Ya,hanya tanda hitam akibat kenakalan remaja.

Ayahku orang yang mandiri. Beliau sudah merantau sejak usia 9 tahun. Beliau selalu mencari ilmu agama.Kehidupannya sangat prihatin.Jauh dari kasih sayang seorang ayah.Untuk mendapatkan makan,beliau harus banting tulang.Masa kecilnya tak seperti kebanyakan orang.Ayahku hanya bisa mengenyam pendidikan sampai tingkat SD.Walaupun demikian ayahku pintar dalam bergaul.beliau selalu mendapatkan ilmu dimanapun beliau berada.

Ayahku sempat masuk pondok pesantren di Pondok Pesantren Margasari.Gurunya sangat sayang pada ayahku.Ayahku selalu memperhatikan gaya orang berbicara,sehingga ayahku tergolong orang yang “pintar” berbicara.Ayahku rajin membaca.Tak seharipun beliau lewatkan tanpa membaca.Pengetahuannyapun luas.Melebihi orang yang makan bangku pendidikan.Buktinya banyak orang berpendidikan datang pada ayahku untuk berkonsultasi.

Ayahku dibesarkan dilingkungan yang agamis.Sampai ayahku beranjak dewasa,ayahku menjadi salah satu guru madrasah.Santrinya banyak sekali.Hingga suatu saat ayahku bertemu dengan ibuku.Mereka menjalin cinta.Ketika itu ayahku memang sudah hidup mandiri.Jauh dari kasih sayang seorang ayah.Apalagi waktu itu ayahku seorang yang piatu.

Ketika ayahku akan menikah,beliau tidak memiliki uang sepeserpun.Beliau bekerja siang malam hanya untuk mencari uang.Namun saat itu pekerjaan memang sulit didapat.Jangankan untuk menikah,untuk makan saja sulit rasanya.Kenyataan itu tidak membuat ayahku menyerah,beliau semakin bersemangat untuk hidup.Baginya kebahagiaan bukan berarti punya uang dan makan enak.

Kedekatan beliau dengan para santri membuat para santri tersentuh hatinya.Para santri bertekad untuk membantu ayahku menikah.Tanpa sepengetahuan ayahku,para santri mengumpulkan uang sedekah.Uangpunterkumpul.

Jumlahnya Rp.23.000.Masih jauh dari cukup.Untuk membayar ipekah saja harus ada Rp.25.000.Namun karena kesungguhan ayahku untuk menikah maka Pak Lebepun tidak mempermasalahkanya.

Ayahku menikah dengan modal uang Rp.23.000.Tidak ada perayaan apapun.Jangan perayaan,untuk mas kawin seperangkat alat solat saja harus mengutang.Setelah menikah ayahku tidak tau harus membawa ibu kemana.Pak Lebe bertanya “Sekarang kalian mau kemana?”Kedua orang tuaku terdiam.Pak Lebe sudah tau jawabanya.Pak Lebepun tidak sampai hati melihatnya.Akhirnya uang ipekah yang jumlahnya Rp.23.000 itu dikembalikan.

Kehidupan kedua orangku sangat sulit.Kemanapun ayahku pergi,ibuku selalu ikut bersama beliau.Dua tahun orang tuaku tak punya tempat tinggal.Ayahku bekerja menjadi seorang kuli bangunan.Ibuku tinggal ditempat ayah ku bekerja.Ayahku selalu melepas daun pintu untuk alas tidur ibuku.Orang tuaku makan diatas daun pisang.Pernah orang tuaku puasa beberapa hari karena tidak ada makanan yang dapat dimakan.

Kakek dan neneku tidak tau apa yang terjadi dengan orang tuaku.Ayahku selalu menyembunyikan keadanya.Beliau tidak mau hidup bergantung pada orang lain.Adapun orang tuaku makan itu karena pinjam beras pada neneku.ya..lebih baik pinjam daripada meminta.Demikian berat jalan yang ditempuh orang tuaku untuk bertahan hidup.Sungguh masa-masa sulit terus berganti bagaikan siang dan malam.

Usia Bukan Faktor Utama Kedewasaan

Ibuku bernama Apong Khotijah.Tingginya sekitar 160 cm.Beliau dilahirkan dilingkungan orang yang berada.Beliau anak kedua dari tujuh bersaudara.Ibuku adalah anak yang paling disayang oleh nenek.Beliau lulusan SMP.Beliau sangat rajin bekerja.Membantu nenek membereskan rumah adalah pekerjaanya sehari-hari.Ibuku tak pernah perhitungan dengan saudaranya yang lain.Beliau selalu mengalah.Beliau selalu bersikap dewasa.Bahkan lebih dewasa dibandingkan dengan kakanya.

Ibuku rajin mengaji.Dilingkungan saudara yang jauh dari agama,ibuku tumbuh besar.Beliau tidak pernah terbawa oleh ajakan saudaranya.Ibuku seorang yang istiqomah.Beliau belajar di madrasah yang mana ayahku sebagai gurunya.Kedewasaan ibuku semakin tampak setelah bertemu dengan ayahku.Beliau tidak hanya diajar oleh ayahku namun beliaupun dididik sedemikian rupa hingga terlahir menjadi wanita yang pandai menjalani hidup.Kakeku tidak pernah setuju dengan hubungan ibu dan ayahku.”Hidup itu sulit,mau makan apa kamu hidup bersamanya?”.Itulah kata-kata yang sering diucapkan kakeku.Maklum saja kakeku berkata seperti itu.Kakeku orang berada.Sedangkan ayahku orang tak punya.

Lulus SMP,ibu menikah dengan ayah.Walau kakek orang berada.Ibu tak pernah meminta pada kakek.Bagi ibuku harta tak menjadi jaminan kebahagiaan.Entah seperti apa ayah mendidik ibu,hingga ibu begitu kuat menjalani hidup.

Berbeda dengan saudara ibu yang lainnya.Mereka selalu hidup berkecukupan.Ladang yang luas.Ternak yang banyak.Sampai tempat tinggalpun mereka dapatkan secara Cuma-Cuma.

Betapa tebal perbedaan hidup ibuku.Namun ibuku tak pernah mengeluh.Baginya yang terpenting adalah proses.Beliau selalu yakin,dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.

Perjuangan orang tuaku tidak sia-sia.Dalam kurun waktu tiga tahun empat bulan,mereka dapat bangkit menjadi orang sukses.Rumah mereka miliki.Kebahagiaan juga mereka dapatkan.Kini mereka hidup sangat bahagia.Kehidupan mereka menjadi teladan bagi warga sekitar.Warga menaruh simpati yang mendalam.Walau usia mereka masih muda,tapi mereka sudah dituakan oleh warga.

Apapun yang ada dimasyarakat,ayahku selalu menjadi orang terdepan.Tidak ada yang berani mendahului.Bukan karena takut,tapi karena rasa segan yang mendalam.Banyak orang yang berkonsultasi pada orang tuaku.baik masalah perdagangan sampai pada masalah pribadi mereka.

Bukan hanya warga sekitar saja,tapi warga luar kotapun selalu bejibun memenuhi hari-hari orang tuaku.Dari itulah orang tuaku mendapat rizki untuk hidup.Hingga mereka mampu mebuka peluang usaha sendiri.

Aku Bersama Kampungku

Entah sejak kapan, aku tinggal dikampung halaman neneku. Kampung Babakan cianjur Desa Sumber Sari,Ciparay. Disana Aku tumbuh besar.Menghabiskan masa kanak-kanaku.

Aku adalah anak yang paling disayang nenek.Setiap pagi,neneklah yang selalu memandikanku,menyuapiku sampai mengajaku bermain.Ladang nenek sangat luas.Kuhabiskan hariku bersama padi-padi yang bergoyang.Bersama ombak tawar yang berkejaran silih berganti.

Aku selalu membantu ibuku berjualan es kacang hijau kesawah. Kujajakan es ku pada petani disawah.Laris sekali.Bagaimana tidak.Disawah udara sangat panas.Membuat para petani tergoda oleh daganganku. Tidak semua orang membayar pakai uang.Terkadang saya mendapat gabah sebagai penggati uang.

Bila musim kemarau tiba.Sawah bekas panen tampak seolah murka.retakannya menganga..Besar sekali retakan itu.Sampai kakiku masuk kedalamnya.Dipenghujung hari aku terbiasa menghabiskan waktu untuk mencari jangkrik.Sampai larut malam saya mencari binatang itu.Tentunya aku ditemani oleh ayahku atau kakaku.

Kami selalu berkonsentrasi,mendengarkan tanda si jangkrik mulai keluar dari sarangnya.Kadang kujatuhkan badan ini kedasar tanah.suasana harus sepi,agar suara jangkrik terdengar.Aku paling suka melakukan hal itu.Aku selalu mendapatkan banyak.aku tidak tahu untuk apa jangkrik itu.Yang kutahu hanya satu, ada kepuasan batin saat kulakukan hal itu.

Terkadang setelah kami mendapatkan banyak jangkrik.Teman-temanku membuat sate jangkrik.Awalnya jijik.Baunya tidak sedap.Pokoknya bikin mual dan pengen muntah.Tapi setelah kumakan.Eeem,,,,enak banget.Mungkin disitu kepuasan aku dan teman-teman bahkan sodara-sodaraku terlampiaskan, yang pasti itu bukan urusan perut, tapi itu urusan hati.

Satu hal yang tidak orang lain ketahui saat aku memburu jangkrik.Aku Selalu melihat sosok putih. Melayang-layang. Terkadang duduk diatas pohon sirsak, ataupun bersembunyi dibalik pohon pisang didekat makam umum.Memang makam umum berada tepat ditengah pesawahan.

Hanya ayahku yang tahu kejadian itu.Tapi aku tak pernah takut.Pemandangan itu sudah menjadi biasa.Tidak hanya disawah.Bahkan dirumahpun aku sering melihat makhluk serupa itu.Memang seram.Tapi entah kenapa aku tidak merasa takut.Terkadang kuselalu menghampiri makhluk itu dan bertanya “Siapa kamu?kenapa kamu begitu buruk?berbeda dengan kami?”.Makhluk itu hanya tertawa melengking.Membuat bulu kuduku terasa berdiri.Setelah itu makhluk itu pergi.

Teman-temanku tidak percaya dengan hal itu.Kakaku bahkan nenekupun tidak percaya.Hanya ayah dan ibuku yang percaya.Pernah aku bermimpi.Aku dikejar makhluk mengerikan.Kata orang, itu kuntilanak. Aku tertangkap. Aku dicekik. Sesak sekali rasanya. Terasa nyata sekali, hingga aku brteriak dan terbangun. Ayah dan ibuku menghampiri aku.Dengan tersedu-sedu aku bercerita pada mereka.Tampak kaget dari raut wajah ayahku. Ayahku melihat tanda cekikan dileherku. Dileher sebelah kananku ada bekas kuku.

Sejak saat itu aku selalu berdiam diri. Menyendiri tak mau bertemu orang lain. Entah kenapa. Yang pasti aku selalu diam di saung dekat pematang padi disebelah kiri sawah milik neneku. Kuselalu merenung. Kadang kubertanya pada awan “Hai awan kenapa aku hidup?kenapa aku jadi laki-laki?tidak jadi perempuan?Untuk apa aku dilahirkan?.Aku tidak tahu apa-apa. Diusiaku yang masih belia.6 tahun.Aku sudah dihadapkan dengan kejadian dan renungan sedalam itu. Sungguh kejadian yang ada diluar batas rasio orang biasa.

Tersiksa, memang. Begitu banyak beban pikiranku saat melihat sesuatu yang gaib. Aku lelah dengan hal itu. Aku ingin hidup normal.Seperti anak seusiaku.Tak pernah dihantui oleh penglihatan gaibku.Walau bagaimanapun aku ini manusia.Anak sekecil ini sudah dihadapkan pada kejadian seperti itu.

Semakin ku merenung,semakin ku hidup jauh dari seharusnya.Ku mulai bosan bergaul dengan orang seusiaku.Bagiku mereka terlalu kecil untuk menghadapi hidup.Sejak saat itu aku lebih suka bergaul dengan ayahku,bahkan aku selalu ikut kemanapun ayahku pergi.

Sungguh,hidup dikampung neneku merupakan hal yang paling berkesan.Kutemukan makna hidupku disana.Terima kasih jangkrik.terima kasih sawah.terima kasih awan dan terima kasih makhluk buruk yang menyeramkan.

BERJUTA KISAH DI BABAKAN JATI

Juli 1996. Kukenakan pakaian berwarna putih merah. Pakaian tersebut kulapisi dengan jaket bergambar pendekar Rajawali.Tas bergambar tokoh pahlawan kartun bernama Jiban kegendong. Ditemani ibu tercinta kulangkahkan kaki menuju sekolah untuk pertama kalinya.

Tampaknya kebahagiaan hari itu bukan miliku saja. Tampak banyak anak seusiaku merasa bahagia seperti aku. Waktu itu saya masuk kedalam kelas yang kata orang itu adalah kelas A. Dikelas A inilah kumulai mengisi episode baru dalam hidupku. Kelas A berpenghuni sekitar 29 orang, entah berapa putera atau puteri.Saya lupa lagi.

Kulalui hariku dengan canda, penuh tawa. Kuteringat sesuatu. Pada suatu saat ketika teman-temanku sibuk dengan dunia mereka. Kumelihat seorang temanku sedang larut dalam imajnasinya. Ditemani sebatang pensil pendek dengan kedua ujungnya diserut. Dia tampak begitu asik. Entah apa yang dia goreskan pada buku gambarnya. Yang pasti sebatang pohon jambu air menjadi saksi keberadaanya.

Kuhampiri dia dengan langkah tercepat yang kumiliki. Dengan sedikit tepukan dibahu,aku berhasil membuatnya kaget. Entah dimulai dari mana, akhirnya aku tahu dengan pasti siapa itu Suhendar.

Suhendar adalah orang yang tegar. Itu memang cocok dengan postur tubuhnya yang besar dan kekar. Dia adalah anak ketiga dari lima bersaudara pada waktu itu. Walaupun diusia yang begitu dini. Sekitar 8 tahun. Suhendar memiliki jiwa yang kuat. Suhendar didewasakaan oleh lingkungannya. Lingkungan yang penuh dengan duri. Suhendar tidak meresakan sepenuhnya apa yang dirasakan oleh anak seusianya.

Diusianya yang begitu dini, dia sudah dihadapkan dengan masalah yang besar. Faktor ekonomi keluarganya memang dibawah rata-rata. Namun dia tidak pernah mengeluh. Suhendar selalu telat hadir dikelas. Itu bukan karena ia males, tapi ia harus membantu kedua orang tuanya mengikat sayuran. Ia melakukan hal itu supaya ia mempunyai bekal untuk sekolah. Tidak jarang juga dia sekolah tanpa membawa bekal seperti halnya teman yang lain.

Itulah yang menjadi alasan kenapa ia selalu menyendiri disaat waktu istirahat. Entah kenapa disaat mata saya terpaku melihatnya, ada satu rasa takjub muncul. Mungkin karena ketegaran hidupnya membuat saya malu terhadap diri.

Pernah ada satu kisah yang teringat mana kala ku ingat Suhendar. Hari itu hari kamis. Seperti biasa saya dan Suhendar berpuasa. Setelah pulang sekolah, saya memutuskan untuk “ngabuburit” dirumah Suhendar. Ditemani buku-buku sejarah, kuhabiskan waktu. Awan lembayung seolah mengingatkan aku supaya lekas pulang. Suhendar mengantarku sampai setengah jalan. Dijalan kami masih sempat bersenda gurau. Tak terlihat setitik bebanpun diraut wajahnya.

Rasanya kumulai mengenal Suhendar lebih dari aku mengenal diriku sendiri. Kupercepat laju sepedaku. Kuberlomba dengan cepatnya air yang menari menghujam bumi. Bagai anak panah yang terus menghujam sampai banjir darah tergenang. Sepanjang jalan kubertanya pada diri. Ya Illahi kebahagian seperti apakah yang hakiki? Kumulai terbawa gelisah, kucari apa hakikat hidup sebenarnya, namun tak kunjung kudapati.

Dengan basah kuyuk,ku simpan sepedaku, kusandarkan sepeda bututku disamping pagar yang mulai berkarat. Langkahku gontai dan kujatuhkan tubuhku diatas kursi bambu didepan jendela rumahku.

Derasnya hujan

Tak sederas kegelisahan hati

Yang tak terungkap.

Sudah menjadi rutinitas bagi Si jago untuk berkokok, Kokoknya Si jago bukan sembarang kokok. Disetiap kokokanya penuh dengan hinaan. Tentunya hinaan itu ditujukan untuk manusia malas, manusia yang masih dibuai mimpi-mimpi tak pasti.

Pagi itu begitu indah, sepiring gorengan buatan ibu sudah tersedia. Ditemani segelas susu coklat diatas meja plastik biru, kami berkumpul. Kami berdialog seputar masalah disekolah. Begitulah kedua orang tuaku memperhatikan sekolahku.

Cuaca hari itu begitu cerah. Namun suasana hatiku jauh lebih cerah. Langkahku semakin cepat menuju sekolah. Entah apa yang menanti disana, yang pasti aku sangat senang bila bertemu teman-teman disekolah. Kupikir aku datang terlalu pagi, ternyata teman-temanku sudah berkumpul.

Hari-hariku habis ditelan bangku sekolah, tak ada yang paling membahagiakan selain berada ditengah-tengah teman. Semua tampak begitu indah. Tak satupun wajah temanku yang terlupakan. Seperti wajah Heri Setiawan yang selalu tersenyum.

Walaupun perawakan Heri kecil, namun otaknya tak sekecil posturnya. Heri anak yang pandai. Dia menjadi siswa yang paling ditunggu oleh teman-teman. Bagaimana tidak. Ditanganyalah semua pekerjaan rumah terselesaikan. Keuletanya dalam belajar membuat anak-anak segan padanya.

Walau Heri anak dari seorang petani, Heri tak pernah mengeluh. Semangat belajarnya begitu tinggi. Bagaimana tidak, dia memiliki cita-cita tinggi. Dia ingin sekali menjadi seorang dosen Biologi ternama. Kalau bukan karena itu, sudah pasti dia tidak akan belajar sekeras itu.

Bagai ada satu aliran listrik,semangat belajarnya mulai mengaliri jiwaku. Tentu aku tidak mau mengalah, Kuisi hari-hariku dengan persaingan belajar bersamanya.

Sayapku Muncul

Suatu ketika, saat bara debu tersapu angin sepoi. Jiwaku melayang menembus batas rasio. Kumelihat pusaran angin kecil saling bekejaran. Saling bergumul, membentuk pusaran yang lebih besar. Begitu kuat pusaran itu, hingga apa yang ada dihadapanku menjadi gelap. Entah apa yang terjadi, kata teman-temanku sich aku tidur saat jam pelajaran.

Dengan wajah kusut, mata merah. Aku mengangkat tangan pada guruku yang bertanya “siapa yang mau ikut?” Aku tidak sadar dengan apa yang ditanyakan oleh guruku. Beberapa menit kemudian aku tahu, aku sudah terdaftar sebagai peserta Porseni tingkat SD lomba catur.

Aku bingung, Memang aku bisa main catur, tapi aku tidak sehebat ayah dan kakaku. Aku tidak bisa mundur lagi. Namaku terdaftar tanpa ada yang menemani.

Hari berikutnya, bagai kerbau dicocok hidungnya, aku mengikuti kemanapun Pak Ceceng membawaku. Tak ada keraguan bagiku untuk mengikuti jejak langkahnya. Satu yang membuat keringatku terus mengalir adalah lawan seperti apa yang akan kuhadapi nanti.

Hatiku semakin berdebar tatkala aku melihat beberapa sosok manusia seusiaku yang begitu nampak rapi, papan catur dia pegang ditangan kirinya. Sambil duduk manis dia membuka papan caturnya. Sungguh begitu tenang dia menyusun setiap bidak catur, tampak aura kejeniusannya.

Disela hembusan nafas ini ternyata masih ada orang bingung lainya. Tampaknya mereka merasakan yang aku rasakan. Perlahan kudekati mereka dan kusapa mereka. Kali ini aku mendapat teman baru, namanya Anwar dari SD Buah batu.

Rasa gugupku perlahan hilang. Hangatnya senda gurau membuatku nyaman. Gurauaku berhasil membangkitkan spiritku. Tanpa disadari babak penyisihan dimulai.

Setiap babak aku lalui, Aku memang sekadar bisa main catur. Tanpa diduga aku lolos kebabak berikutnya. Tampaknya otaku sudah memanas, tanpa berlama-lama kusikat habis semua lawanku. Singkatnya, aku berhasil mendapatkan penghargaan. Juara catur se-Kecamatan. Itulah awal prestasiku diluar sekolah.

Kemenangan ku ditingkat Kecamatan bukan akhir dari kepakan sayapku. Beberapa hari kemudian aku ditugaskan oleh pihak sekolah. Aku dikirim kepertandingan catur tingkat kota. Sengaja sekolah mendatangkan guru khusus buat aku.

Kini jam sekolahku bertambah, aku begitu bersemangat belajar bermain catur. Berbagai macam trik penyerangan aku pelajari. Satu minggu bukan waktu yang lama. Aku maju memenuhi panggilan. Kudobrak semua pertahanan lawan-lawanku. Kemenanganku terus melaju. Sampai akhirnya aku dipermalukan oleh seorang anak kecil, namanya Andre, walaupun baru duduk dikelas tiga SD, dia mampu mengalahkanku. He,,he. Tampaknya aku harus banyak belajar darinya.

Dari kekalahan itu aku mendapat banyak pelajaran. Sejak saat itu aku tak pernah memandang seorang dari luar, terkadang penampilan luar memang menipu.

Ikrar Bersama

Tahun 2002 aku lulus SD. Aku sangat puas dengan nilai yang kuraih. Bagai mana tidak, dari kelas empat sampai kelas enam aku mendapat peringkat pertama. Entah kenapa, bahagiaku tak sebesar sedihku. Hari demi hari bahagiaku sirna. Kujalani sisa hariku di SD dengan perasaan berat. Aku tahu, mulai saat itu aku harus siap meninggalkan teman-temanku.

Enam tahun, bukanlah waktu yang singkat. Berjuta kisah telah terukir disanubari. Tawa, canda, suka maupun duka telah mengisi episode hidupku.

Sungguh masih melekat dalam benaku. Saat hangat mentari, tak hangatkan hati. Saat keramaian tak hasilkan kesenangan. Saat kesenangan tak hasilkan ketenangan. Saat ketenangan malah menghasilkan kegundahan.

Danau yang begitu tenang. Semilir angin menampar wajah, dingin, tapi tak sedingin suasana hati. Daun-daun berguguran, ikut menghiasi suasana Ciwidey saat itu. Begitu indah, namun indahnya Ciwidey, tak mampu mengalahkan indahnya Babakan Jati.

Suasana perpisahan yang begitu haru. Air mataku begitu nakal,ia memaksaku agar mengeluarkanya dari kelopak mataku saat aku melihat beberapa kawanku tersedu. Seperti ada reaksi kimia dalam jiwa. Secara otomatis, tak ada rangkaian mesin penggerak. Munculah suatu dorongan dalam diri. Secara serempak, kami berkumpul.

Kini, tenangnya danau, dinginnya angin, gugurnya daun, telah menjadi saksi pembai’atan diri kami. Kami telah berikrar bersama, untuk menjadikan berjuta kisah di Babakan jati, sebagai rentang waktu yang tak terlupakan.

Kami sepakat, bahwa perpisahan ini bukanlah episode terakhir dalam hidup kami. Kami yakin, suatu saat nanti kami akan berkumpul kembali, mengakhiri episode dengan happy ending.

Kamipun berpisah. Kini setiap orang pergi membawa dunianya masing-masing. Begitu juga dengan aku. Lambaian tangan dari guruku, bukanlah ungkapan kesedihan, tapi sebagai doa dan harapan. Agar kelak aku kembali membawa berita gembira untuk dunia.

Kuteringat guru-guruku. Betapa besar jasanya, betapa tak ternilai ilmu yang mereka titipkan. Kuberjanji dalam diri, bahwa ilmu yang mereka titipkan, suatu saat nanti akan ku kembalikan pada anak cucu mereka. Akan kupersembahkan sesuatu yang terbaik dari apa yang kumiliki. Untuk diri, guru, bangsa, dan Indonesiaku.

Organization, the second school

Bulan Juli tahun 2002, entah tanggal berapa aku lupa. Pagi itu aku terbangun dengan perasaan berbeda. Entah apa yang terjadi, aku lupa sama sekali. Namun masih jelas, tepat pada retinaku tampak satu bayangan benda bertumpuk, didepan tumpukan benda itu berlabel Kelas 1, kelas 2, kelas 3, sampai tersusun rapi hingga kelas 6.

Aku mulai teringat kalau tumpukan itu adalah kardus berisi bukuku sewaktu ditingkat SD. Memang tidak ada yang berbeda didalam kamar tidurku, hanya saja hari itu saya tak melihat baju seragamku tergantung. Selang beberapa saat ibuku datang. Beliau mengingatkanku, bahwa hari ini aku masuk sekolah di SMPN 42 untuk yang pertama kalinya.

Bagiku SMPN 42 tidak terlalu asing. Kedua kakaku bersekolah disana juga. Sebelumnya, kakaku sering mengajaku bermain disekolahnya, alhasil aku sudah cukup mengenal tempat sekolahku saat ini.

SMPN 42 beralamatkan di jl Ciwastra-manjahlega. Kurang lebih 1KM dari rumahku. Letak SMPN 42 memang tidak dikota, dibelakang dan samping kanannya, hamparan sawah masih membentang lebar. Sungai “bau” ikut melintas dibelakang sekolah tercintaku.

Yang bersekolah diasana juga bukan hanya manusia, burung hantu dan burung gereja ikut membangun kelas diatas langit-langit dibawah genteng. Bila pelajaran untuk manusia telah usai, maka pada malam harinya burung hantu mulai sibuk berdiskusi ria.

Aku memang belum mengenal dunia seutuhnya, namun entah kenapa bila ku sedang sendiri, aku merasa bahwa ada sesuatu yang harus aku kerjakan, aku hidup bukan hanya untuk hidup, lalu apa yang harus aku lakukan? Pertanyaan itui selalu menghampiri disaat sepi menemaniku.

Ah, sudah tidak usah terlalu panjang kita bahas itu. Hari pertama aku masuk SMP aku mengikuti MOS. Aku dikenalkan semua bagian dari apa yang ada di SMPN 42, Guru-guru, ruangan-ruangan hingga ekstrakurikuler yang ada. Yang membuatku berkesan adalah penampilan ekstra kurikuler paskibra, permainan baris-berbarisnya begitu memikat hati, begitu teratur, disiplin dari satu komando.

Entah apa yang kupikir, aku mulai merasa bersemangat untuk berorganisasi. Semangatku memang tidak fanatik. Bagiku semua organisasi itu sama. Semua memiliki keunggulan dan kekurangan. Tapi, entah kenapa aku mulai bingung. Mana organisasi yang akan aku pilih?

Seiring berjalannya waktu. Aku mulai berfikir, yang terpenting adalah ilmu. Rasa ingin tahuku muncul, seandainya aku dapat mengikuti seluruh organisasi, aku pasti mengikutinya. Namun aku tak memiliki manajemen waktu untuk itu.

Rasa ingin tahu ini tak terbendung. Aku putuskan untuk memulainya dari Paskibra. Di Paskibra, saya berharap dapat menjadi orang yang bisa disiplin. Dapat memanajemen waktu, serta memiliki mental yang tangguh.

CATATAN TAHUNAN I

2002-2003

PASUKAN KIBAR BENDERA

Aku masih ingat, saat pertama kali berkumpul, jumlah anggota baru saat itu adalah 83 orang. 14 putera dan 69 puteri, sungguh perbedaan yang mencolok. Pertemuan pertama adalah perkenalan. Cara berkenalanya sangat unik. Instruktur membuat satu permainan dan yang kalah mendapat sanksi, cukup ringan sangksi itu, hanya memperkenalkan diri dihadapan anggota baru, namun yang membuatku “strees” perkenalan itu dilakukan dengan menggunakan body language pantat.

Aku orang pertama yang harus memperkenalkan diri, dengan malu-malu, aku mulai menggoyangkan pantatku membentuk inisial namaku, belum inisial namaku terbentuk, rekan-rekan puteri sudah tertawa terbahak. Aku diam dan merah mukaku.

Aku mulai memberanikan diriku, aku goyangkan kembali pantatku sampai huruf terakhir dari namaku terukir. Semenjak saat itu rekan-rekanku tahu namaku. Yang pasti bukan karena familiar, tapi meraka ingat namaku karena goyangan pantatku, he,,he.

Organisasi membuat saya dikenal dikalangan guru. Biasanya kami lebih dipercaya untuk kepanitiaan suatu acara, dibanding siswa lainya. Selain itu, dikelas, kami memiliki peran yang penting.

Dimata teman sekolah, anggota paskibra tampak memiliki aura berbeda. Banyak perbedaan yang kami miliki dibanding siswa lainya, kami hidup penuh disiplin, cara berjalan, makan sampai bicara kami penuh dengan aturan kedisiplinan, bahkan dari cara berdiri saja, siswa lain sudah dapat menebak siapa kami.

Pertemuan kedua jumlah anggota semakin menurun, terus menurun sampai jumlah anggotanya hanya 10 orang, satu putera dan sembilan puteri. Putera itu adalah aku

Kesepuluh anggota paskibra itu selalu bersama setiap hari, makan bersama, belajar kelompok juga bersama. Berikut adalah susunan kesepuluh orang tersebut :

  1. Ketua angkatan 2002/2003 : Burhan
  2. Sekretaris umum : Tuti Alfianti
  3. Sekretaris : Yunita
  4. Bendahara umum : Ayu Rahayu
  5. Bendahara : Nurtia
  6. Seksi kedisiplinan I : Mega F.N
  7. Seksi kedisiplinan II : Ratna Wulan Sari
  8. Seksi Peralatan I : Ningtatih
  9. Seksi Peralatan II : Ninon
  10. Pemegang kunci sekre : Widi Handayani

  1. Tuti Alfianti

Seorang yang religius, dibesarkan dilingkungan keluarga yang kental dengan agama. Dia adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, sama seperti aku, anak bungsu.

Dia anak yang cerdas, kecerdasanya mampu menandingi teman SD ku Heri Setiawan. Alamat rumahnya di Ranca bolang, lima belas menit menuju sekolah bila memakai sepeda. Bila pergi sekolah Tuti selalu ditemani oleh sepeda hijaunya.

Aku jarang melihat dia jajan diwarung, bukan karena tidak punya uang, tapi Tuti adalah tipikal orang yang selalu hemat, baginya bekal yang dibuat oleh ibu tercintanya lebih dari cukup.

Selain ramah, hemat, Tuti termasuk orang yang kritis. Juga sikapnya yang begitu lembut, membuat teman-teman segan padanya. Tak ada yang berani menggoda ataupun yang menjailinya.

Orang tuanya sangat peka sekali, aku teringat ketika aku berkunjung kerumahnya, aku bilang “ sayang ya sirsak itu dimakan kelelawar, sambil menunjuk kearah sirsak dipohon” Tuti langsung turun kelantai 1 rumahnya, beberapa saat kemudian Tuti membawa jus sirsak buatan ibunya. Sungguh makhluk ini, makhluk terbaik yang pernah aku temui.

Ketika aku berkunjung kerumah Tuti, Aku merasa aku sedang berada di Lab. Setiap dinding atau barang yang aku lihat, tertempel secarik kertas sebagai petunjuk penggunaan atau sekadar kata mutiara.

Aku berdiri diloteng tertinggi rumahnya, sebelah utara aku melihat beberapa bak penampungan ikan gapi, itu adalah peternakan kecil-kecilan milik kakaknya,Aminnudin nama kakanya Tuti.

Ku berbalik kearah timur, aku melihat Apotek hidup, cukup lengkap untuk luas Lahan 4X3,5 M. Kutengokan kearah selatan, aku melihat pohon strawberi yang tertata rapi, pohon itu milik Tuti, begitu indah, namun sayang buahnya kecil-kecil dan masam rasanya, Mungkin karena pengaruh ketidak cocokan udara.

Kutengok kebawah, kulihat ibunya Tuti sedang mengambil telur disetiap kandang ayam yang ada, untuk memanfaatkan lahan,orang tua Tuti membuat kandang ayam tersebut diatas balong berukuran 7X4M.Ikannya sangat banyak dan besar, terutama ikan gurame. Satu kalimat yang selalu aku ingat dari Tuti adalah

Bukan kesulitan yang membuat kita tak berani

Tapi karena kita tak berani, semua menjadi sulit

  1. Yunita

Seorang yang pemalu, dibesarkan dilingkungan keluarga yang sederhana, Dia tergolong orang yang supel, terkadang dia sedikit bicara, namun dia rajin mengerjakan sesuatu, dia tipikal orang yang ulet.

Postur tubuhnya memang lebih tinggi dariku, rambutnya selalu diikat kebelakang, Yunita adalah teman baik Tuti, mereka sudah berteman dari SD, sekarang mereka kembali berteman dilingkungan yang baru.

Kemanapun Yunita pergi, aku melihat Tuti disampingnya. Apalagi mereka satu organisasi, kekompakan mereka menjadi contoh buat aku dan rekan-rekan yang lainya. Satu kalimat yang tak pernah aku lupakan dari dia adalah

Jika seorang hidup tanpa masalah

Sesungguhnya dia bermasalah

Saya tahu benar siapa Yunita, Dia sering sekali mencurahkan masalahnya lewat tulisan, masih ada dalam diary ku saat dia merasakan patah hati, ketika itu dia membuat puisi yang menyakitkan.

Ketika

Ketika cinta datang, aku terdiam

Ketika cinta pergi, aku terusik

Ingin kusambut cinta

Ingin kugapai sayang

Semua sudah terlambat

Hatiku hancur tanpa keping yang membekas

Air mata yang jatuh hanya membasahi nasib

Akankah kebahagiaan itu kembali?

  1. Ayu Rahayu

Seorang yang keras kepala, dibesarkan dilingkungan keluarga yang keras, didikan keluarganya bak militer. Walau Namanya Ayu lagi seorang perempuan, tapi feminimnya tak tampak, sikapnya agak kasar dibandingkan dengan perempuan lainya, teman-teman sereingkali memanggilnya denga sebutan perempuan perkasa.

  1. Nurtia

Seorang yang dewasa, Sikapnya yang dewasa, tidak terbentuk dengan sendirinya. Nurtia debesarkan dilingkungan yang serba sederhana, ayahnya seorang kuli sumur bor, dan ibunya seorang pedagang sayur. Pola hidupnya yang sederhana, membuat dia lebih dewasa dibanding dengan teman yang lainya.

Terkadang Tia (nama kecil dari Nurtia) selalu mengalah pada teman-temanya.Tia juga orang yang rajin belajar. Ketika dia sedang belajar, maka dia akan fokus pada pelajaran. Ketika dia sedang makan, dia akan fokus pada makanan, dan ketika dia sedang latihan bersama kami, maka diapun selalu fokus pada latihannya. Dia amat disiplin.

Pernah dia memberiku semangat, ketika aku mengalami fluktuasi semangat dalam memimpin organisasi ini, ketika kami kalah diberbagai pertandingan PBB atau LKBB. Tia hadir menjadi sosok seorang pemimpin yang menentramkan hati pasukannya.

Satu kalimat yang selalu aku ingat, ketika aku mengingatnya

Maksimalkan potensimu dimanapun kamu berada

Jika kamu yakin, kamu pasti bisa

  1. Mega Fajrin Nugraha

Seorang yang pemalu, mega adalah anak yang manja. Dia dibesarkan dilingkungan keluarga yang serba cukup. Mega dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 September 1990. karena ayahnya bekerja di Bandung, maka sejak tahun 2001 Mega ikut ke Bandung.

Sampai sekarang, Mega masih bertempat tinggal di Margahayu, tepatnya di jalan Uranus II no 17. Walaupun dirumah Mega adalah anak yang manja, di paskibra dia memiliki kedisiplinan yang lebih dibanding rekan-rekan yang lainnya.

Mega memang masuk paskibra ketika semester dua, namun antara kami tak ada sedikitpun perbedaan perlakuan. Bagi kami Mega adalah sosok yang dapat dipercaya.

Akademiknya memang tidak sebagus Tuti, ataupun kerajinannya yang masih dibawah Yunita, namun Mega memiliki dedikasi terhadap komitmen yang telah dibuatnya.

  1. Ratna Wulan

Seorang yang selalu bersemangat. Postur tubuhnya tidak tinggi.Namun potensinya lebih tinggi dari kami.Selain pandai dibidang akademik, dia juga mahir dibidang bela diri, bagaimana tidak, ayahnya adalah seorang pelatih Pencak Silat. Bakatnya terlihat semenjak dia berada dibangku Sd, saat itu dia sudah menerima panggilan untuk pementasan.

Bagi Ratna, waktu adalah sesuatu yang paling berharga, dia selalu menepati setiap janjinya. Dia memiliki kedisiplinan yang kokoh. Tak pernah bosan menegakan aturan, terutama aturan organisasi paskibra.

Satu kalimat yang selalu saya ingat darinya :

Sesuatu yang paling jauh adalah satu detik yang lalu

Menghargai waktu berarti menghargai diri sendiri

  1. Ningtatih

Seorang yang memiliki daya ingat terhebat diantara kami. Selain itu, Tatih tergolong orang yang bertanggung jawab. Terkadang prilakunya cukup aneh, maklum dia seorang pengagum anime.

Dia tak pernah melewatkan jadwal film animenya. Daya ingatnya yang hebat, membuat kami menyerahkan posisi seksi perlengkapan padanya, karena dia selalu ingat dimana barang yang kami butuhkan disimpan.

  1. Ninon

Postur tubuhnya sedikit lebih tinggi dibanding dengan Ratna.Orangnya sangat cerewet, “miss riweuh” julukanya, bibirnya tak mau diam,sisir dan kaca selalu digenggamnya, namun begitu ia adalah anak yang pandai. B. Inggrisnya diatas rata-rata anak seusiaku. Pernah dia meraih prestasi lomba pidato B.Inggris se-Bandung.

  1. Widi

Adalah sosok yang periang, memiliki fostur badan terbesar diantara kami. Widi dibesarkan dilingkungankeluarga yang serba cukup. Makanya badanya paling sehat he..hee.

Widi termasuk orang yang rajin, dia sangat membenci segala sesuatu yang berbau dengan sampah. Saking bencinya, sekre kami selalu dia bersihkan.

Itulah sdikit profile anggota paskibra SMPN 42. Walau jumlah kami sedikit, kami selalu bersemangat untuk berlatih. Kami tumbuh bersama, merasakan suka dan duka bersama.

Setapak pra Pelantikan

Beberapa episode telah kami lalui. Suka, duka, pahit getir berorganisasi telah kemi rasakan. Tidak ada saat-saat terindah selain berkumpul bersama, berdiskusi seputar rencana kegiatan ataupun sebatas evaluasi latihan.

Menjadi seorang anggota Paskibra memang sudah menjadi pilihan hidup saya. Rasa bangga dalam diri tak bisa dipungkiri, saat diri ini dapat membentangkan sekencang mungkin bendera pusaka.

Pertemuan yang ke 43, adalah pertemuan terakhir kami sebagai capas ( calon paskibra ). Dalam pertemuan itu kami mendapat informasi bahwa satu minggu dari hari itu, akan diadakan pelantikan pengukuhan anggota serta kepengurusan Paskibra.

Aku sangat senang, itu adalah mimpiku. Kami sangat bersorak. Dalam hatiku, aku berharap kalau acara tersebut dapat berjalan secara lancar.

Bel tanda pulang sudah berbunyi, kurapikan bukuku,kami berdoa bersama, dan kuberlari pulang kerumah. Kupersiapkan semua perlengkapan yang akan dipajai saat pelantikan. Waktunya memang satu minggu lagi, tapi bagiku, entah mengapa kalau aku ini sekali hari itu ada disaat aku terbangun besok pagi.

Kami selalu saling membantu, dan melengkapi. Kami sangat ingin kalau semua anggota dapat ikut serta dalam acara ini. Tiga hari sebelum acara dimulai, kami mengumpulkan surat izin dari orang tua, sekaligus mendapatkan jadwal acara kegiatan tersebut.

Semua surat izin sudah terkumpul, diluar harapan, Tuti Alfianti dan Mega Fazrin Nugraha, tidak mendapat izin dari orang tuanya. Alasan dari orang tuanya memang klasik, “Takut terjadi apa-apa, toh anak kami kan perempuan” dasar, “memang kenapa dengan perempuan, kami disini untuk mengadakan kegiatan positif, huh,,kekawatiran memang gak apa-apa, tapi jangan berlebih dong’’ celoteh pikirku saat itu.

Kami mwembuat rencana, bagai manapun swemua anggota harus bisa ikut. Kami berencana untuk berkunjung kerumah Tuti dan Mega, kami berusaha meminta izin dari orang tua mereka, tapi hasilnya tetap nihil.

Entah apa sebenarnya alasan mereka, yang pasti semua ada penjelasan. Kamipun membujuk para instruktur untuk meminta izin secara langsung.

Tak ada kabar sediktpun dari mereka. Yang pasti, waktu terus berlalu, acara harus dilaksanakan. Kami yang ikut acara tersebut sudah hadir di sekolah sejak pukul 15.00. Kami menata ruang kelas yang akan kami gunakan sebagai “Barak” yang akan kami gunakan.

Tak kusangka, suasana yang begitu haru muncul secara otomatis, saat Tuti Alfianti datang. Kami tidak tahu kenapa Tuti bisa mendapat izin, yang pasti kami sangat senang atas kehadirannya.

Acara kami mulai dengan apel pembukaan. Acara tersebut memang sederhana, peserta yang hadir genap sepuluh orang. Nuansa sekolah berubah 180 derajat. Tak kurasakan kenyaman sedikitpun. Yang tampak dari mata senior adalah kebencian yang meledak, seolah sudah tertahan kian lama.

Salam senantiasa terucap mana kala berjumpa dengan mereka. Aku berusaha menenangkan kegelisahan setiap anggota, walau aku sebenarnya turut gelisah. Bagiku suasana seperti itu sudah menjadi hal biasa, aku sebenarnya sudah tahu bahwa hal itu pasti terjadi, bagaimana tidak, kedua kakak kandungku adalah seorang alumni paskibra juga yang kebetulan mereka turut hadir di acara tersebut.

Hari pertama acara kami masih bisa bersenda gurau di barak, itupun bila senior tidak ada, bila ada, suasana pasti berubah.

Kulangkahkan kaki memasuki barak, kusandarkan tas ranselku pada dinding sebelah utara kelas, kurapikan meja-meja dan kugelar tikar berwarna coklatku diatas meja. Kususun alat tidur dengan sangat rapi, pakaian kemeja kugantungkan pada sebatang kayu yang melintang diatas dua buah kursi yang berlawanan arah, PDL ( Pakaian Dinas Lapangan kulipat rapi dan kusimpan diatas kursi tersebut, dan sepatu kusimpan dibawah kursi tersebut.

Kupimpin anggotaku untuk bersiap menerima materi pertama, kuingat sekali bahwa Pembina Paskibra saat itu adalah Bapak Aceng Amyaz sendiri yang memberikan materi pertama tentang Kepemimpinan.

Setiap anggota sangat fokus terhadap materi yang disampaikan, kulihat tak satupun anggota yang tak siap menerima materi. Kuberanikan diri untuk bertanya seputar sikap seorang pemimpin saat mengalami masalah. Pertanyaanku saat itu adalah “ Hidup terkadang diatas terkadang juga dibawah, karena hidup selalu berputar sebagaimana bumi ini berputar, bagai mana sikap bijaksana yang harus dilakukan saat organisasi berada dalam kondisi terpuruk, dalam arti anggota yang sedikit namun ingin memberikan kualitas terbaik, karena tidak dapat dipungkiri bahwa paskibra adalah suatu pasukan, sedangkan anggota yang ada itu sendiri tidak dapat disebut pasukan karena jumlahnya sangat minim ?” Pertanyaanku tersebut dijawab dengan begitu baik, Tak sedikitpun kata yang keluar dari Pembina dilandasi oleh kepentingan pribadi, jawabannya selalu mengarah pada kesuksesan bersama.

Sejak saat itu kami paham bahwa seorang pemimpin yang baik bukan lah orang yang hanya mampu memimpin tetapi ia juga mampu dipimpin oleh orang lain, sehingga dalam diri setiap pemimpin muncul suatu sikap saling menghargai kelebihan orang lain.

Waktu makan telah tiba, bergegas kami berbaris dikoridor depan ruang makan. Sambil menunggu makan, kami menyanyikan lgu mars makan sambil jalan ditempat, awalnya kami bersemangat, namun 30 menit lamanya kami bernyanyi sambil jlan ditempat, membuat hati kami gelisah. Rasa kesal sudah memuncak, saat kesabaran kami terusik, namun kami tak dapat berbuat apa-apa.

30 menit berikutnya kami baru diperbolehkan memasuki ruang makan.Huuh,sungguh membuat kami kesal, hanya untuk makan saja kami harus menunggu selama satu jam.

Aturan makan diperkenalkan sebelum makan, tidak boleh berdentinglah, tidak boleh membungkuklah,tidak boleh menengoklah, semuanya serba tidak boleh, bahkan untuk melihat menu dengan seksama saja tidak diperbolehkan.

Suap demi suap kami lakukn secara perlahan, tentunya untuk menghindari dentingan. Satu dentingan mewakili sanksi satu seri jumping untuk puteri dan push up untuk putera. Kami memang sudah terbiasa makan seperti itu, namun tetap saja dentingan selalu ada, bahkan layaknya demonstrasi grup perkusi, dentingan demi dentingan silih bersahutan memnciptakan irama terheboh yang pernah ada.

Teriakan senior bak vocal group, satu orang berhenti marah, disusul dengan amarah lain. Kami semakin bingung apa yang harus kami lakukan, kami gugup, kami takut, tapi kami dituntut untuk tenang dan fokus pada moment makan tersebut.

Makan perdana, kredit kami sudah mencapai 74 dentingan. Sungguh karya monumental dalam sejarah paskibra saat itu. Kami sadar bahwa kredit itu harus segera ditunaikan kewajibanya, maka lima menit setelah kami makan kami dituntut untuk segera membayar kredit kami.

Mual mulai muncul, ingin sekali muntah, namun kutahan sebisa mungkin. Satu yang aku ingat bahwa saat itu senior begitu tega membiarkan kami seperti itu, masa sudah makan harus segera push up.gila bener tuh senior. Begitulah kejadian yang selalu terulang setelah kami makan.

Saat gelap menyelimuti, saat ketakutan merasuki, saat itulah sugesti buruk mulai mendominasi. Kami sudah tahu bahwa dimalam pelantikan biasanya ada gebrakan malam, maka dari itu saya instruksikan agar setiap anggota tidur memakai sepatu, agar ketika ada gebrakan, mereka tidak kelabakan mencari sepatu mereka. Instruksiku ditaati sepenuh hati, mereka melaksanakan apa yang aku instruksikan, awalnya mereka tidak bisa tidur, karena rasa cemas mereka masih melilit dada mereka.

Entah pukul berapa, dadaku seakan terpukul begitu hebatnya bak seorang panglima perang menabuh genderang dengan begitu semangat sehingga bergemuruh tak menentu, itu kami rasakan saat seseorang menendang daun pintu barak dengan sangat keras, seketika kami terbangun, belum sempat sadar sepenuhnya, mata kami ditutup oleh kain, lalu kami dituntun oleh seseorang yang entah itu siapa. Rasanya saya ingat betul medan yang saya tempuh adalah rute menuju lapangan.

Tutup mata mulai dibuka, namun hatiku masih berduka. Kurasakan suasana yang begitu hening, semua begitu kepala menunduk. Satu teriakan membuatku terhentak. “ Bangun!! Belum cukup kalian tidur? Kalau mau tidur enak,dirumah saja!! “ Teriakan teh Latifa memecah sunyi

Suasan yang begitu

Bulan Februari tahun 2005. Kami mengikuti perlombaan PBB yang diadakan oleh SMA Krida Nusantara, ketika itu kami memberikan sesuatu yang paling maksimal dalam lomba itu. Akhirnya saya terpilih menjadi Komandan regu terbaik IV se jawa barat.

Bagi kami itu adalah perlombaan terakhir, nukan karena kami sudah kelas tiga, namun entah apa masalahnya. Organisasi paskibra akan dibubarkan. Bagi kami bubarnya paskibra bukan berarti bubarnya persahabatan. Sebenarnya dengan alasan itulah kami berusaha keras untuk mempersembahkan sesuatu yang terbaik saat lomba.

O S I S

Perjalananku di Paskibra tak terhenti sampai menjadi ketua angkatan. Perlahan tapi pasti, siswa-siswi SMPN 42, mulai mengenalku. Walaupun terkadang aku tak mengenal mereka.

Begitu aku naik kelas. Aku tidak tahu kalau aku dicalonkan menjadi ketua OSIS. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa aku turut senang atas pencalonanku. Bagiku berorganisasi merupakan hobby terbaiku. Bagaimana tidak, selama satu tahun ditempa di paskibra, naluri kepemimpinanku muncul.

Berbicara didepan umum memang sudah menjadi kebiasaan bagiku. Tapi bila jumlah komunikan adalah seluruh siswa, ciut juga nyaliku. Dengan langkah penuh ragu, kutelusuri isi hatiku. Dalam hatiku ada tembok yang begitu tebal, sulit sekali aku menyingkirkan itu semua. Yang pasti aku paksakan kakiku untuk melangkah.

Saat pertama ada dihadapan orang yang begitu banyak, aku bingung mau mulai dari mana. Namun aku teringat pesan dari sahabatku

Bukan kesulitan yang membuat kita tak berani.Tapi karena kita tak berani, semua menjadi sulit. Akhirnya ku mulai berucap. Tanpa disadari, ucapku terus mengalir,mengikat suasana setiap hati.Semua mata tertuju padaku. Diatas mimbar ini aku sadar, tidak semua orang bersuka cita melihat aku berada disini. Ini kukatakan karena aku dapat melihat mereka. Raut wajah mereka berbeda satu sama lainya.

Aku tak pedulikan mereka yang tidak suka, tapi kumaksimalkan diri untuk berkampanye pada mereka. “ Aku berdiri disini bukanlah orang terbaik diantara rekan-rekan semua, namun aku akan selalu memberikan sesuatu yang terbaik dan selalu menuju kearah yang lebih baik dengan dukungan rekan-rekan semua”. Seketika itu tepuk tangan menghiasi sekolah tercintaku, entah apa maksud dari tepuk tangan itu, entah bangga, entah kagum entah cemoohan, akh…aku sangat tidak peduli. Yang ada dalam benaku adalah bagaimana aku bisa memaksimalkan moment tersebut.

Persaingan miniatur politik tidak berakhir disitu. Panasnya Bandung saat itu tak sepanas susana hati calon ketua OSIS. Saya dapat melihat ambisi yang kuat diantara mereka. Satu sama lain tampak mempengaruhi, bahwa dirinyalah yang pantas menjadi Ketua OSIS. Sorot mata mereka menyatakan tak akan pernah rela jika aku yang terpilih.

Aku sadar sepenuhnya, aku hanya kandidat dari Paskibra, sedangkan mereka sudah begelut satu tahun di OSIS. Jelas mereka mengetahui seluk beluk OSIS secara menyeluruh. Walau dengan nada dan rangkaian kata berbeda, mereka memaksaku untuk menyadari itu semua, seakan aku tidak pantas untuk menjadi ketua OSIS.

Kamis, 7 Agustus 2003. Semua kandidat berkumpul. Entah ada apa, yang pasti hanya aku yang tidak tahu apa yang akan terjadi. Mereka saling berbisik, mereka semua yakin dapat menyelesaikan sesi ini.

Satu persatu dari kandidat masuk pada sebuah ruangan yang telas disediakan. Dialah Tika Fauziah, seorang perempuan yang berhasrat tinggi menumbangkan semua lawanya. Dengan begitu yakin dia memasuki ruangan tersebut. Gayanya yang “so”,membuat aku sedikit heran. “Kenapa ya ada manusia seperti ini?”. Potensinya memang diatas rata-rata. Akademiknya yang tak diragukan, bakat berargumentasinya yang patut diperhitungkan, juga pengalaman berorganisasinya yang tak kalah penting. Sangat memenuhi syarat seorang ketua OSIS.

Bunda Heti, dialah seoarng Pembina OSIS yang memimpin seleksi tahun ini. Ditengah sibuknya rasioku memikirkan apa yang terjadi didalam sana, Bunda Heti memangilku untuk masuk. Senang rasanya, karena aku terlepas dari jerat kegelisahan.

Hatiku sangat mantap, kulangkahkan kaki tanpa ragu. Sesaat sebelum membuka pintu,ku dengar kata-kata penuh simpati, namun itu seni mempengaruhi orang yang sangt luar biasa. “Ayo Han, jangan gugup ya!,Pertanyaanya mudah, guru-gurunya juga gak galak” celoteh kawanku dihiasi oleh bibir yang kecut.

Kubuka pintu, ku ucapkan salam, kulangkahkan kaki dengan sangat perlahan, dan kutunggu beliau mempersilakanku duduk. Aku berusaha tenang, tapi lututku nakal, ia terus bergetar walau otaku sudah melarangnya.

Dengan ramahnya beliau menyapaku, layaknya percakapan seorang sahabat, beliau memahami keadaan psikis ku. Rangkaian katanya membuktikan bahwa beliau seorang akademisi. Pertanyaanya begitu terangkai sempurna, menuntunku pada jawaban yang tak berujung. Selalu ada kalimat baru, walaupun beribu titik saya gunakan. Suasana begitu hangat, sehangat mentari pagi,meresap mengaliri arteri dan berjuta venaku.Ini adalah percakapan perdanaku, namun jalinan silaturahmi sudah terbentuk, begitu nyaman, bagai satu anyaman yang kokoh.

Tak terasa,30 menit lebih berlalu begitu saja bagaikan angin yang berhembus. Peristiwa tersebut membuat seluruh kandidat bertanya-tanya. Pasalnya mereka hanya menghabiskan waktu sekitar 10 sampai 15 menit saja.

8 Agustus 2003, suasana pagi hari begitu dingin, sedingin keadaan kelas. Tak ada kata terucap, tak ada gemuruh seperti biasanya. Derap langkah kaki mendekat dengan pasti, bak pasukan kavaleri, jejak langkahnya semakin mendekat.

Kedatangan mereka memang tidak aku tunggu, namun kabar yang mereka bawakan membuat aku senang. Setelah melalui beberapa tahap seleksi, aku ternyata terpilih menjadi ketua OSIS angkatan 2003/2004.

Dalam benaku mulai sibuk, mau dibawa kemana nama baik sekolahku. Pertemuan pertama aku bentuk struktur kepengurusan. Aku memang belum mengenal pengurus OSIS secara menyeluruh, tapi aku beranikan diri untuk memberikan kepercayaanku pada mereka.

Adapun struktur kepengurusan osis periode 2003/2004 adalah sebagai berikut :

Ketua umum : Burhan

Ketua I : Cecep Moch. Sidik ghifari

Ketua II : Rosdiana Sunaryan

Sekretaris umum : Rai

Sekretaris I : Ticka Fauziah

Sekretaris II : Kiki Fryadi

Bendahara Umum : Desi Rosmaya Putri

Bendahara : Fahla Fadhilah Lotan

PEMBENTUKAN KEPENGURUSAN

1. Cecep Moch. Sidik Ghifari

Saya belum mengenalnya secara utuh. Namun dengan pertimbangan,bahwa di sudah menjadi pengurus sejak kelas satu, saya pikir cecep lebih banyak tau tentang program kerja OSIS. Saya harap Cecep dapat membantu saya merealisasikan program kerja.

Setelah saya selidiki. Cecep memiliki latar belakang yang bagus. Dia sudah hidup mandiri. Setidaknya pola pikirnya sudah lebih maju. Namun, saya tahu bahwa semangatnya ada kalau terus disuport.

Rasa ingin tahunya juga besar. Sikap kompetitif juga dia perlihatkan. Untuk selanjutnya, Cecep menjadi sahabat sejati saya sampai sekarang ini.

2. Rosdiana Sunaryan

Rosdiana memiliki kemampuan mengumpulkan massa. Dia pandai mengkondisikan situasi. Saya tak melihat ambisi kekuasaan pada matanya.

Nilai akademisnya juga bagus. Dia termasuk tiga besar dikelas asalnya. Kini dia satu kelas denganku di kelas 2 A.

Rosdiana memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi. Kadang dia mengalah, mengutamakan kepentingan bersama. Sikap toleran terhadap kawanya memang tampak nyata.

Rosdiana adalah sosok yang supel.Cara dia bergaul, membuat orang lain senang padanya. Penampilannya begitu sederhana. Rambutnya kriting, ia ikat kebelakang. Saat itu aku menilai dia sebagai sosok yang bertanggung jawab. Kutetapkan dia menjadi ketua II dengan pertimbangan, kepiawaian dia dalam mempengaruhi masa sangat diandalkan.

3. Rai

Sosok seorang yang cerewet. Pandai bergaul, dan tentunya dia rajin menulis. Cita-citanya menjadi wartawan, membuat dia rajin mencari gosip Keuletanya mencari informasi, membuat dia dikenal.

Nilai akademiknya pun diatas rata-rata. Tidak tanggung-tanggung, 32 orang teman sekelasnya dia bantai, Rai menjadi orang No satu dikelasnya dulu. Kini dia duduk satu kelas bersamaku, kelas 2A.

Aku memang tidak terlalu mengenalnya, tapi kedekatanya denganku, lambat laun aku mengenalnya. Rai adalah sosok penipu ulung. Dia bisa menipu dirinya sendiri. Seringkali dia menyembunyikan permasalahan diri. Ia lakukan itu agar dia selalu tampak riang.

Pernah aku tak sengaja membaca secarik kertas yang terselip dibuku biologinya. Aku tertegun melihat struktur kalimat yang indah. Itu adalah puisi. Setelah itu, Rai menghadiahkan puisi itu padaku. Dia berkata padaku “ simpan ya, jangan hilang lho, anggap itu buat tanda persahabat kita” Sejak saat itu aku menyimpan secarik kertas itu.

Kini kertas itu telah menguning. Namun aku selalu menjaga kertas itu. Adapun isi puisi itu adalah

Hidup senja berkilau air mata,
Jejak langkah tak bertepi,
Melukis kesepian hati,
Beku syahdu dalam telapak hidup.

Hidup sendiri, tak mudah dilalui,
Godaan, ujian silih berganti,
Cinta bisa menemani, beri kekuatan pada yang jalani.

Bila Tanpa Cinta,
Benar-benar hampa rasa,
Gelap terhipnotis diri,
Dalam suasana sepi, sendiri di hati.

Gelisah ini tak bisa kutepis,
Bimbang merana mencari arti,
Seakan-akan tak berarti,
Hidup ini yang di jalani.

Cinta … Datanglah untukku,
Menemani jenuhnya jalani sepi,
Hapuskan air mataku,
Dengan ketulusan cintamu.

Baris kata yang indah, Sampai saat ini aku belum tahu apa judul puisi itu. Yang pasti, aku memahami perasaanya saat itu. Kedekatanku dengannya semakin terjalin. Kadang aku bercanda dengannya. Aku biasa memanggilnya dengan sebutan miss comlang.

Pernah aku meminta sedikit saran. Miss comlang, apa sih Ciri orang yang sedang jatuh cinta. Dengan nada bercanda. Eh..ternyata Rai menanggapi candaku dengan serius. Alhasil dia memberikan oleh-oleh padaku. Oleh-olehnya adalah

Berikut sedikit catatan kecil tentang ciri-ciri orang yg benar-benar mencintai seseorang ,Spesial kubuat untuk sahabatku, Burhan.
1. Orang yang mencintai kamu tidak pernah bisa memberikan alasan kenapa ia mencintai kamu, yang ia tahu dimatanya hanya ada kamu satu²nya.
2. Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya,dimatanya kamu selalu yang tercantik/tertampan walaupun mungkin kamu merasa berat badan kamu sudah berlebihan atau kamu merasa kegemukan .

3. Orang yang mencintai kamu selau ingin tau tentang apa saja yang kamu lalui sepanjang hari ini, ia ingin tau kegiatan kamu.
4. Orang yang mencintai kamu akan mengirimkan sms seperti “slmt pagi””slmt hr mggu” “slmt tidur”, walaupun kamu tidak membalas pesannya
5. Kalau kamu berulang tahun dan kamu tidak mengundangnya setidaknya ia akan telpon untuk mengucapkan selamat atau mengirim sms.
6. Orang yang mencintai kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang ia lalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah lupa setiap detailnya, karena saat itu adalah sesuatu yang berharga untuknya.
7. Orang yang mencintai kamu selalu mengingat tiap kata2 yang kamu ucapkan bahkan mungkin kata2 yang kamu sendiri lupa pernah mengatakannya.
8. Orang yang mencintai kamu akan belajar menyukai lagu-lagu kesukaanmu, bahkan mungkin meminjam CD/kaset kamu,karena ia ingin tau kesukaanmu, kesukaanmu kesukaannya juga.

9. Kalau terakhir kali ketemu, kamu sedang sakit flu, terkilir, atau sakit gigi, beberapa hari kemudian ia akan mengirim sms atau menelponmu dan menanyakan keadaanmu.. karena ia mengkhawatirkanmu.

10. Kalau kamu bilang akan menghadapi ujian ia akan menanyakan kapan ujian itu dan saat harinya tiba ia akan mengirimkan sms “good luck” atau menelponmu untuk menyemangati kamu.
11. Orang yang mencintai kamu akan memberikan suatu barang miliknya yang mungkin buat kamu itu ialah sesuatu yang biasa, tapi itu ialah suatu barang yang istimewa buat dia.
12. Orang yang mencintai kamu akan terdiam sesaat,saat sedang berbicara ditelpon dengan kamu, sehingga kamu menjadi binggung saat itu dia merasa sangat gugup karena kamu telah mengguncang dunianya.
13. Orang yang mencintai kamu selalu ingin berada didekatmu dan ingin menghabiskan hari2nya denganmu.
14. Jika suatu saat kamu harus pindah ke kota lain untuk waktu yang lain ia akan memberikan nasehat supaya kamu waspada dengan lingkungan yang bisa membawa pengaruh buruk bagimu.
15. Orang yang mencintai kamu bertindak lebih seperti saudara daripada seperti seorang kekasih.
16. Orang yang mencintai kamu sering melakukan hal2 yang konyol spt menelponmu 100x dalam sehari, atau membangunkanmu ditengah malam karena ia mengirim sms atau menelponmu. Karena saat itu ia sedang memikirkan kamu.
17. Orang yang mencintai kamu kadang merindukanmu dan melakukan hal2 yang membuat kamu jengkel atau gila, saat kamu bilang tindakannya membuatmu terganggu ia akan minta maaf dan tak kan melakukannya lagi.
18. Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan mengajarimu dengan sabar walaupun kamu mungkin orang yang terbodoh di dunia!
19. Kalau kamu melihat handphone-nya maka namamu akan menghiasi sbgn besar “INBOX”nya.Ya ia masih menyimpan pesan dari kamu walaupun pesan itu sudah kamu kirim sejak berbulan2 bahkan bertahun2 yang lalu.
20. Dan jika kamu menghindarinya atau memberi reaksi penolakan, ia akan menyadarinya dan menghilang dari kehidupanmu walaupun hal itu membunuh hatinya. Karena yang ia inginkan hanyalah kebahagiaanmu.
21. Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan ia akan ada disana menunggumu karena ia tak pernah mencari orang lain. Ya…………ia selalu menunggumu.

Ok. Thanks yup kawn. Bagaimanapun saya akan selalu mengingat kebaikan hatimu. Hee..hhe

4. Ticka Fauziah

Seorang yang kreatif lagi inovatif. Banyak ide cemerlang yang ia hasilkan. Banyak program yang berjalan karena usahanya. Ticka memiliki semangat yang tinggi. Dia dikenal sebagai sosok yang pantang menyerah.

Nilai akademiknya sangat bagus. Terbukti dia mendapat peringkat 1 dikelasnya dulu. Sekarang dia menjadi teman sekelasku di kelas 2A. Kupasangkan Ticka dengan Rai sebagai sekretaris memang sangat cocok. Keduanya memiliki sifat yang hampir sama, penuh semangat.

Terkadang rumahnya menjadi tempat kami berkumpul. Kami berdiskusi bersama, buat pr bersama. Dan orang tuanya juga toleran. Tampaknya hobby Ticka sama denganku. Berorganisasi sudah menjadi life stilynya sejak kelas 5 SD.

5. Kiki Fryadi

Sosok yang keras terhadap pendirianya. Dibentuk oleh masa lalu. Tidak mau mengalah. Namun komitmen terhadap kata yang diucapkanya. Pengalamanya berorganisasi sudah banyak. Dia kandidat dari pramuka. Dia seorang Pratama di pramuka.

Karakter yang melekat padanya, adalah hasil tempaan pramuka. Kiki memiliki karakter yang ilmiah. Bahasanya selalu baku. Kiki menguasai pembuatan proposal. Dia juga pandai mengatur acara.

Prestasi akademiknya sangat baik. Dia mendapat peringkat pertama dikelasnya dulu. Sekarang dia satu kels denganku, tentunya dikelas 2A. Untuk selanjutnya Kiki akan menjadi sainganku dalam berorganisasi, hingga di tingkat SMA kelak, bahkan ditingkat kota bandung. Yang kebetulan saya satu SMA dan satu kelas bersamanya.

6. Desi Rosmaya Putri

Sosok wanita yang cantik. Sikapnya lemah lembut, dan selalu tersenyum manja. Desi sangat pandai mengaudit keuangan. Desi tergolong orang yang pemalu. Namun demikian, dia sangat supel terhadap temanya.

Nilai akademiknya memang tidak sebagus yang lainya. Tetapi masalah kerajinan, dia tergolong siswa yang rajin. Desi adalah pacar pertama aku. Dia merupakan icon sekolahku.

7. Fahla Fadhilah Lotan

Seorang keturunan Aceh. Memiliki sikap yang over aktif. Seorang yang kreatif lagi inovatif. Cita-citanya menjadi seorang fotografer. Dimana ada Rai, disitu ada fahla. Memang orang ini adalah seorang pemburu, pemburu berita tentunya.

Nilai akademiknya sangat bagus. Sekarang diapun satu kelas dengan ku. Di kelas dia termasuk orang yan So riweuh. Sikapnya begitu kritis. Nilai kemanusiaanya sangat tinggi.

Selain aktif di OSIS. Fahla juga menjabat jadi komandan di PMR. Begitu aktifnya dia, sampai dia sering jatuh sakit. Tampaknya sakit bukan menjadi penghalang. Prestasi telah banyak diraih olehnya. Deretan piala PMR menjadi bukti loyalitasnya.

Demikian profil pengurus OSIS. 90% pengurus OSIS adalah teman kelasku. Mereka menjadi sainganku dikelas, namun demikian, kami tetap bekerja sama dan bersahabat. Walaupun kami sudah berpisah jauh. Banyak sekali kegiatan yang kami laksanakan.

Pada dasarnya, separuh kegiatan di lingkungan SMP aku serahkan pada teman yang lainya. Mereka bisa saya andalkan. Sedangkan aku mulai sibuk dengan kegiatan diluar sekolah. Memang berat kurasakan, namun demikian saya bangga melakukan hal itu. Terkadang saya mengontrol langsung kelapangan.

Aku mulai bisa membagi waktuku, untuk OSIS, paskibra, PMR dan kegiatanku dilingkungan luar sekolah. Kami sering sekali mengundang SMP lain. Kami mengadakan program bersama. Alhasil, kamipun memiliki banyak relasi yang sampai sekarang kami selalu berkomunikasi, via sms atau e mail.

Kepengurusan kami terbilang lancar. Pada waktu kepengurusan kami, kami tidak hanya aktif dilingkungan sekolah, tapi diluar sekolahpun kami aktif. Berkat kekompakan dan kerjasama yang baik, kami dapat memutarkan roda organisasi diluar OSIS.

Kepedulian OSIS pada organisasi lainnya, tampak dari kepedulian kami pada mereka. Setiap kegiatan non-OSIS, kami selalu datang. Minimal ketika ekstrakurikuler mengadakan suatu acara, kami datang sebagai tanda perhatian.

Lks

(latihan kepemimpinan siswa)

Siang itu SMPN 42 seakan berduka. Cat tembok yang kian melepuh, tembok yang tak lagi tegar, air mata langit seakan menghiasi hari-hari itu. Lelehan Lumpur yang membanjiri lapangan, menambah “kotor”nya SMPku.

Biarpun begitu, aku terus berlari menuju sekolahku, demi satu ilmu yang kuharap dapat merubahku dikemudian hari. Dengan basah kuyup, kusandarkan tas hitamku dikursi terdepan baris ketiga dari pintu masuk. Kugoyangkan tubuh kurus ini, berharap melepas dingin ini dan berganti menjadi hangat.

Belum kudapat hangat yang aku harap. Dengan suara lembutnya Rai memanggilku. Dia bilang padaku bahwa ada yang mencariku. Katanya sich, ada yang mo ngasih surat pemberitahuan.

Aku segera menuju ruang piket. Saya kira ada tukang pos, ternyata yang datang adalah Ketua OSIS SMAN 21. Ratu namanya. Sekolahnya berdampingan dengan sekolahku. Seperti biasa, senyum manjanya selalu dapat membuat kesan baik dimataku.

Dengan nada sedikit bercanda, dia memberikan sebuah amplop yang berisi surat, katanya sich surat dari dinas pendidikan. Sedikit kami saling bercerita suka duka OSIS di sekolah masing-masing. Ratu memang pantas menjadi ketua OSIS. Seni berbicaranya patut untuk ditiru.

Rintik hujan mulai surut. Kami sepakat untuk mengakhiri pembicaraan. Aku sudah tidak sabar membuka amplop itu. Kubuka dihadapan pengurus OSIS lainya. Dengan sedikit nakal, mataku mengintip isi surat itu.

Kulihat isi pokok surat itu, ternyata undangan pelatihan LKS. Segera aku konfirmasikan pada pihak sekolah. Pihak sekolah mulai sibuk mengurus administrasinya.

Sebelum kepergianku, kami berkumpul untuk sekedar konsolidasi. Kuserahkan tanggung jawab kepengurusan pada Cecep yang dibantu oleh pengurus utama.

Alam Sejuk

Derikan Jangkrik, kodok yang mengorek menghiasi tarian malam yang kian larut. Merdunya melodi malam, menjebak semua insan dalam mimpi indahnya. Seakan tak mau terjebak dalam buaian mimpi, kulepaskan diri ini dari jeratan ganasnya sang malam. Hingar bingar kudengar Allohu Akbar ! Allohu Akbar ! Ternyata adzan subuh telah berkumandang.

Kuterbangun dengan seketika, kularutkan diri ini bersama dinginya air wudhu. Pagi itu, sedikit cerewet. Kupinta keselamatan yang lebih dari biasanya. Wajar saja, pada siapa lagi aku harus memohon, selain pada Alloh semata.

Dengan satu kata penuh semangat, dimana harapan dan cita-cita mulai berkembang. Kulangkahkan kaki menuju Balai kota. Suatu tempat dimana semua cita-citaku akan kubangun. Disanalah tempat semua orang yang memiliki cita-cita yang sama akan berkumpul.

Dengan satu instruksi yang jelas. Kulangkahkan kaki menaiki bis yang telah disediakan. Aku tidak tahu kemana laju bis ini mengarah. Yang pasti, aku sangat menikmati perjalanan. Tampaknya peserta yang lainpun ikut menikmatinya.

Dua jam perjalanan kugunakan untuk berkenalan. Suasana hangat mulai terasa. Tak ada kecanggungan diantara kami. Mereka yang datang adalah siswa yang sangat supel.

FAJAR TIBA

( FORUM AKSI PELAJAR ANTI NARKOBA )

Terlibatnya aku menjadi ketua OSIS, mengantarkan aku untuk aktif dikegiatan kota. Sungguh, aku bertemu dengan siswa pilihan. Mereka semua aktif dan kreatif. Memang pantas mereka menjadi ketua OSIS. Dalam forum komunikasi siswa ( FOKUS ) kota Bandung.

Suatu hari. Disaat surat-surat kabar, silih berganti mengabarkan kabar ironis bahwa peredaran narkoba sudah sampai pada kalangan pelajar, bahkan tingkat SMP sudah berani bergelut dengan isi kabar tersebut.

Saat media televisi mulai terisi dengan informasi gadis seksi yang menjadi korban mutilasi. Ya, informasi tersebut sangat erat dengan kabar yang disajikan oleh surat kabar. Itu adalah akibat dari maraknya penyalahgunaan NAPZA.

Informasi tersebut menjadi buah bibir kami dalam diskusi FOKUS. Semangat kami untuk memerangi NAPZA mulai berkembang. Berbagai pendapat mulai muncul dari benak kami.

Dengan setu tekad yang sama, kami mulai merencanakan seminar terbuka. kami undang beberapa orang narasumber, ada yang memang pakarnya, sebagian nara sumber adalah mantan dari pecandu obat haram tersebut.

Usai dari acara tersebut, tanpa ada rencana awal. Hanya intuisi dan semangat yang berkobar, bukan karena petir yang menyambar. Anggota FOKUS mengadakan diskusi tambahan. Semua anggota setuju bila ada forum lain yang diperuntukan untuk memberikan penyuluhan di setiap sekolah di Kota Bandung.

Atas kepercayaan teman-teman semua, aku diangkat menjadi ketua forum itu, program kami adalah memberikan penyuluhan kesetiap sekolah di Kota Bandung. Aku terlibat menjadi ketua pelaksana disetiap acara tersebut, tidak jarang pula aku diminta memberikan materi tentang penyalahgunaan NAPZA.

Aku banyak belajar dari buku karangan Dr.Prof. Dadang Hawari, Psikiater. Disana aku menemukan kepuasan batin yang tak terhingga. Hausnya pengetahuan tlah terobati. Bergabung bersama orang terpilih menjadi kepuasan tersendiri. Tidak hanya itu, dikarenakan aku adalah siswa yang aktif, aku beserta siswa FOKUS, kerap kali bertemu dengan kepala dinas pendidikan atau jajarannya. Kami sering membahas kegiatan untuk siswa di Kota bandung.

Pernah kami berkunjung disalah satu Rumah tahanan untuk melihat secara langsung narapidana penyalahgunaan NAPZA. Disana aku banyak bertanya pada diri sendiri. Mengapa kader penerus bangsa banyak yang terjerat oleh NAPZA. Pertanyaanku itu mendorong aku untuk mencari penyebabnya. Batinku gelisah melihat kebobrokan moral.

Satu hal yang terpenting bagiku, aku harus tahu penyebab fenomena ini semua. Kulalui separuh hariku untuk mencari jawaban.

Kuteringat pesan dari kawan lamaku. Jika kita ingin mengetahui konsep berenang yang baik, maka datanglah kebangku sekolah, dan kita akan mendapatkan konsep itu dengan baik. Tapi, jika kita ingin bisa berenang, maka datanglah ke kolam renang dan larutkan dirimu dalam air pada kolam tersebut, maka kamu akan bisa berenang dengan baik.

Dengan dasar pesan tersebut, aku mulai mempelajari konsep, kujadikan buku karangan Prof. H. Dadang Hawari sebagai guru besarku. Akupun menjadikan teman-temanku sebagai objek rasa ingin tahuku.

P M R

Indonesia menangis, Saat bencana terjadi dimana-mana. Individualis semakin terlihat. Sedikit sekali orang yang memiliki jiwa kemanusiaan. Hatiku bergetar, merintih, terasa teriris ketikan melihat sodara-sodara tanah airku menangis.

Ditengah kesibukanku memimpin organisasi ini dan itu. Aku ingin sekali terjun menjadi relawan, ketika bencana menghampiri. Aku bergabung dengan PMR. Minimal aku sedikit tahu tentang pengobatan. Walaupun sampai saat ini aku belum pernah menjadi relawan.

Kini aku bertemu kembali dengan Fahla, salah satu pengurus OSIS terbaik dimataku. Awalnya aku yang memimpin Fahla, kini dialah yang memimpinku. Tidak menjadi masalah, yang penting aku mendapatkan pelajaran yang berharga.

Keperhatikan dengan seksama, setiap ilmu yang kudapatkan, aku berusaha mempelajari ulang. Tanganku penuh luka, saat aku belajar membuat tandu darurat. Aku memang bukan orang yang pintar membuat tandu darurat, sering kali aku kalah oleh adik kelasku. Tapi aku selalu bersemangat untuk memberikan yang terbaik.

Aku tidak terlalu aktif dikegiatan PMR, karena mereka tidak banyak melibatkanku. Bukan karena aku bodoh, bukan pula karena aku malas. Tapi mereka memahamiku, ketika itu aku sedang memimpin organisasi lainya baik Paskibra, OSIS ataupun Fajar Tiba.

Setidaknya aku senang mendapat ilmu yang baru. Keikut sertaan ku di PMR, membuat aku mengenal PMI lebih dekat. Aku adalah pendonor darah di PMI, namun sejak aku sakit, aku tidak mpernah mendonorkan darahku lagi.

PMR membuat aku merasa lebih hidup, Di PMR aku bisa merasakan perasaan manusia. Jiwa kemanusiaan yang diajarkan sangat kental. Berbagai teknik pengobatan aku pelajari. Dari luka bakar, patah tulang, sampai pembidaian aku sedikit banyak tahu.

PRAJA MUDA KARANA

Diakhir studyku, tepatnya 5 Maret 2005. Aku terpikat oleh Pramuka. Aku melihat ada nuansa keluarga yang kental antara pelatihnya. Mereka memang sama-sama alumni SMPN 42, tapi mereka tidak satu angkatan. Mereka memberikan contoh yang baik dimataku.

Selang satu minggu dari keanggotaanku, aku mengikuti lomba PBB. Aku bisa ikut serta karena aku sudah memiliki basic PBB, yang aku dapatkan di Paskibra. Ternyata di Pramuka perlombaanya sangat kompleks, selain PBB, disana juga ada materi pengetahuan, baik agama, ipa, ips, sampai sejarah kepramukaan. Waktu itu aku ditempatkan dipengetahuan ipa dan umum.

Setidaknya ada 11 lomba yang aku ikuti diakhir studyku. Minimal dua minggu sekali ada perlombaan. Alhasil banyak sekali piala yang kami dapatkan. Aku sangat puas dengan prestasi yang kami raih.

Terkadang di organisasilah aku mendapatkan ilmu lebih. Di organisasilah aku dapat merealisasikan ilmu yang aku dapatkan.

Kesuksesan tersebut, bukan berarti berjalan semulus itu. Banyak sekali rintangan yang menghadang. Baik dari internal ataupun eksternal. Bagiku hidup adalah suatu pilihan, dimana setiap pilihan memiliki konsekuensi, baik konsekuensi baik ataupun konsekuensi buruk. Dengan demikian saya dituntut untuk memaksimalkan potensi yang telah Alloh berikan padaku.

Kutaklukan terjalnya paku bumi

Adanya aku bersama Pramuka, telah mengantarkanku pada hutan rimba, baik konotasi maupun denotasi. Kini ada sesuatu yang membuat hatiku gundah. Aku ingin bisa survive.

Bersama pramuka, kutaklukan paku bumi. Semua gunung yang ada disekeliling Bandung, telah kudaki. Ada satu pengalaman yang tak terlupakan. Ketika itu kami berniat sekedar camp di Batu kuda, jatinangor.

Tanpa sedikitpun persiapan, karena awalnya hanya berniat camp. Kami memberanikan diri, menjelajahi buasnya batu kuda, tentunya dengan alat seadanya, hanya tambang sepanjang 25 meter dan sangkur disetiap orang.

Pukul 07.00 waktu setempat. Rancana kepulangan kami ubah menjadi petualangan. Kudaki setiap batu yang ada. Terjalnya setapak tak membuat kami menyerah. Berulang kali kami terpeleset dan terjatuh.

Perlahan tapi pasti, jalan setapak mulai lenyap. Pertanda belum ada yang menembus jalan ini. Kami mencari sungai, tapi tak ada. Yang ada hanya tanah licin, bekas aliran sungai.

Kami gunakan jalan itu. Perjalanan yang seharusnya berdiri, saat itu kami abaikan. Bagaimana tidak, kemiringan tanah hamper 65 derajat. Kami gunakan sangkur untuk berjalan. Kami tancapkan sangkur untuk menopang tubuh. Namun tanah yang begitu licin dan basah, membuat sangkur tidak efektif.

Tangan kami sudah tak berasa, karena udara sekitar begitu dingin dan lembab. Kami paksakan memasukan tangan kedalam tanah, satu demi satu, dan kami terus merayap. Terkadang kami memegang akar pohon untuk dijadikan pegangan. Walau sebesar telunjuk manusia, namun akar itu begitu kuat.

Kerjasama kami begitu baik, satu orang melangkah lebih dulu, dia mengikatkan tambang untuk kemudian, kami menggunakanya sebagai pegangan. Sungguh masih ingat dalam benaku, saat Kiki berteriak keras, aku melihatnya terpeleset dan terjatuh. Badanya tergelincir, untung dibelakangnya ada salah satu instruktur pramuka, dengan cekatan kak Surya menggunakan sangkurnya dan, sreb. Sangkur itu menancap tepat dibawah telapak kaki kiki, sehingga menjadi pijakan kiki. Untung sekali sangkur itu tidak mengenai kaki Kiki. Seandainya salah perhitungan, niscaya kaki Kiki akan robek tersayat sangkur.

Kami diam sejenak, mengambil nafas sedalam-dalamnya. Kami semua berteriak sekencang mungkin. Kami melakukan itu untuk menhilangkan ketegangan kami. Terkang kami tertawa bersama, ada yang menangis, bahkan saat aku terjatuh dan bergantung pada seutas akar, yang aku bayangkan adalah kematian.

Aku sapa semua orang yang ada disitu, aku minta maaf seandainya aku memiliki kesalahan pada mereka. Mereka pun demikian. Kami semua sudah pasrah. Kurang lebih hamper setengah jam, kami bergantung pada akar. Mengandalkan kekuatan akar dan mental kami. Bahkan yunus temanku, dia membuang tasnya. Dia tidak sanggup membawa beban selain dirinya sendiri.

Sembilan jam kami melakukan perjalanan itu, perbekalan kami habis. Sampai akhirnya kami sampai juga dipuncak manglayang. Tadinya kami sangat senang, tapi setelah melihat ada tiga buah kuburan manusia, suasana berubah menjadi mencekam. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk segera pergi turun gunung.

Untuk turun, kami tidak mengalami kesulitan yang berarti, karena medanya sedikit licin, kami hanga duduk, dan menggeserkan pantat kami, sehingga, bak anak TK yang sedang bermain seluncuran.Dengan letih dan lesu, kami pun sampai pada kaki gunung, tepatnya di desa Baru Beureum. Kami langsung beristirahat, tidur, tanpa ingat mandi dan makan. Huuh, sungguh perjalanan yang menakjubkan.

Kumpulan Moto organisasi

Paskibra

· Tidak takut kalah, tidak takut jatuh, tidak takut salah, tidak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati sekalian.

Osis

· One For All and All for One

PMR

· Kesatuan

· Kesamaan

· Kemanusiaan

· Kepedulian

Fajar tiba

· Mengukir Prestasi tanpa narkoba, wujud nyata manusia patriot

Pramuka

· Kami bukan yang terbaik, kami mencoba untuk lebih baik

Terima kasih SMP ku, terima kasih, kau telah memberiku makna hidup.

Apa yang ada padamu tak terlupakan walau sejenak

Virus merah jambu

Merah jambu…Begitu menggiurkan. Dikala tenggorokan kering, manisnya mampu untuk menyegarkan. Merahnya begitu menggoda, sarinya begitu manis, begitu sempurna bila dimakan disiang hari. Itulah gambaran sesosok buah yang tumbuh dipekarangan rumahku. Jambu air namanya.

Namun apa jadinya bila buah tersebut adalah nama virus, Virus cinta. Begitu menggoda namun mematikan. Nikmatnya tak sebanding dengan akibatnya. Episode hidupku masih dini, namun virus merah jambu, dapat hinggap dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja, termasuk aku.

Rintik hujan, menemani sepiku. Tajam tak menatap, diam tak bergeming. Ilusi terbang jauh, menanti bintang jatuh. Kutembus serangan langit. Tak satupun ilusiku tertembus derasnya hujan. Dibalik hujan, kulihat fatamorgana kehidupan lima belas tahun mendatang. Aku mulai tersenyum sendiri, setelah kusadar, ku lihat seorang gadis tersimpul manja memandangku.

Matanya bersinar penuh harapan. Rambutnya tergerai lurus, tertata rapi disetiap jepit biru yang ia kenakan. Ada kontak mata, walau tak lama. Wajah nan indah itu langsung terukir rapi direlung hatiku. Ketika dia berbalik, rambut panjangnya seolah menampar ruang hampa, begitu indah. Diapun berlari kecil bersembunyi dibalik daun pintu kelasnya.

Awalnya kuanggap itu hanya kebetulan. Namun, hari demi hari, wajahn itu selalu hadir, hadir direlung hatiku, disetiap mimpiku, bahkan disetiap ilusiku. Hatiku gelisah, paruku sesak, dan brainku mulai kacau.

Sistem dalam tubuhku mulai beraksi, setiap liquid darah mulai merangsang molekul dan membentuk senyawa yang memaksa otaku berputar bak generator. Secara otomatis aku mulai berpikir. Membuka segala peluang untuk berjumpa dengannya.

Dalam kegelisahanku itu, aku mulai tuangkan isi dalam hatiku pada sahabat sejatiku, my diary.

Di dalam pikiran setiap datang,
Mimpi bersemayam dengan penuh harapan,
Meluapkan perasaan dari hati yang terdalam,
Menciptakan sesuatu yang berkesan.

Mimpi,
Ada kala terpikirkan, berwujud dalam nyata.
Mimpi,
Ada dalam ilusi, tak berwujud dalam nyata.

Mengejar cita-cita bagai mimpi yang di raih,
S’lalu berjuang tanpa plin-plan,
Tetap mantapkan hati,
Agar mimpi yang diidamkan terwujud dalam hidup nyata.

Kuawali perjuanganku dengan menyusun data. Kutelusuri setiap jejak langkahnya. Di minggu pertama, aku berhasil berjabat tangan. Namanya Desi, lengkapnya Desi Rosmaya Putri. Aku mulai memberanikan diri, kutawari Desi untuk pulang bersama, namun sayang dia menolak tawaranku.

Kuteruskan perjuanganku. Dibalik hitamnya mega, kuikuti dia. Bagai kijang yang diawasi singa, Desi sedikitpun tak menyadari keberadaanku. Kini akupun tahu dimana dia selalu menyandarkan lelahnya, dimana dia berlindung dari garangnya raja siang, ataupun berteduh dari derasnya hujan.

Perlahan aku mulai mengetahui aktivitas rutinnya. Kebetulan sekali, teman organisasiku adalah sahabat Desi. Dari merekalah aku mendapat profile sang pujaan.hari demi hari, ming demi minggu, bahakan bulan demi bulan, kulalui hariku bersamanya. Klimaks episode ku mulai _ating_a cinta, baik secara verbal ataupun secara non verbal. Desi memintaku menunggu selama satu hari, biarlah dia memikirkanya dulu.

Sebelum perpisahan itu, saya selipkan sebait puisi untuknya, yang mungkin itu adalah ungkapan cinta terdalam ku buatnya.

Hampa diri, temani sepi, saat diresapi,
Cinta menumpuk rasa,
Mengharap seorang kekasih,
Menempati ruang kosong di hati, memberi butiran mengalir ke dalam sanubari.

Engkaukah Selama Ini Yang Kucari?
Dalam mimpi selalu datang menghibur,
Memberi senyuman manis,
Menyapa dalam hangatnya suasana, rasa sepi pun seakan sirna dari hati.

Engkaukah Selama Ini Yang Kucari?
Begitu aku merindukan,
Jejak – jejak cinta saling memberi, saling menerima,
Harapan ini begitu besar.

Kesetiaan yang kujalani,
Ketulusan yang kuberi,
Ku lakukan hanya untuk dirimu,
Untuk membuatmu bahagia, disampingku.

Keesokan harinya, aku siap dengan segala kemungkinan. Hatiku hancur manakala dia menolaku dengan alasan yang tidak jelas, yang pasti hari itu, selera makanku hilang. Segera kupulang setelah jam studyku habis. Perasaanku benar-benar teriris. Sakit sekali rasanya. Aku banting benda yang ada dihadapanku. Kuambil diaryku dan kutulis

Di pelukanku terakhir kali kukatakan cinta
Putih dan suci kau persembahkan
Seperti janji manis

Bila malam menjelang ingin kuhitung lagi
Segenap jumlah bintang yang bersinar di wajahmu

Akhirnya semua telah berakhir bagai mimpi buruk
Menerjang ruang batin hidupku tak berperasaan
Ku diam tertegun menatap pilu dirimu kau begitu indah

Dunia serasa mati hilang semangat hidup
aku rindu padamu aku teramat datang
Jika ini takdirku bolehkah ku berharap
Semenit waktu ingin kubersamamu

Begitu terpukul rasioku, aku tak bisa berpikir sehat, kuhabiskan waktu dalam kesedihan. Tubuhku yang sehat, Jiwaku yang kuat, tak berdaya saat virus merusak. Tak kusangka virus merah jambu dapat menghancurkan kokohnya pertahan tubuhku. Aku terjatuh sakit hingga beberapa hari.

Gelap malam penuh kesunyian

Membukakan pintu-pintu ilusi

Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa

Saat perjalanan adalah perasaan

Hati gelisah menjadi tumpuan

Perlahan-lahan rasio menjauh

Akalpun pergi tanpa berpesan

Saat kusadari semuanya

Aku terbujur di negeri khayalan

Berharap akan fatamorgana

Sekolah kutinggalkan, semua yang aku usahakan terasa terabaikan begitu saja. Rasa cinta beralih menjadi rasa benci. Aku muak dengan realita yang ada,cinta tak dapat tenangkan aku. Cinta hanya menyiksa, menikamku lalu membunuhku.

Kala kuingat semua rekan organisasiku, aku merasa malu. Aku begitu hina,aku tinggalkan mereka berama dunia mereka, edangkan aku hanyut dalam siksa cinta.Selang beberapa waktu, kuberanikan diri untuk lari dari kenyataan, kenyataan bahwa aku telah gagal dalam cinta.Akhirnya aku mampu untuk bangkit, apa yang kualami saat itu, aku anggap sebagai bagian dari episode hidupku.

Kujalani hariku seperti biasa. Kualihkan fokusku pada study dan organisasi. Entah ada angin apa, ketika aku naik kelas dan terpilih menjadi ketua OSIS, Desi menghampiriku, dan mengungkap cinta padaku. Aku bingung harus seperti apa.

Aku memang masih mencintainya, tapi disisi lain aku pernah sakit hati karenanya. Permintaanyapun aku pertimbangkan. Dalam gundahku, Desi terus menghubungiku via sms. Aku tak membalas sms itu. Desi menelpon, aku rijek.

Dengan memantapkan hati, akhirnya aku menrima cintanya. Kamipun berpacaran. Bagiku ini cinta perdana. Aku senang sekali hari itu.

14 minggu berlalu dengan begitu cepat, aku mulai tahu sifat aslinya. Wajar saja, diusia yang masih puber, Desi memiliki sandaran hati selain saya. Saya berusaha memakluminya walaupun hati ini sakit.

Kuputuskan dia dengan berat hati, namun aku selalu berusaha tampak tegar menghadapinya. Aku tidak kembali jatuh, namun mulai saat itu aku benci dengan yang namanya pacaran. Tidak ada faedahnya bagiku, cinta manusia hanyalah virus.

Kuberfikir begitu, karena aku sedang menikmati indahnya dunia dari sisi lainya. Bagiku organisasi adalah tempat yang tepat untuk meraih mimpi. Bukan membuat mimpi. Kulenyapkan semua ingatan tentang Desi, kubuang semua barang pemberianya, kuhapus semua episode hidupku bersamanya. Sirna, tanpa keping membekas, hanya ada satu rasa yang terpendam sampai saat ini. Permintaan maafku karena ku tak bisa memaafkannya.

Ketika aku pernah tau cinta itu begitu nyata kurasa….Cinta datang membawa sebuah cahaya yang mampu menerangi hati ketika merasa gundah….

Cinta bisa membawa sejuta kenangan manis ketika smua rasa terbingkai rapi bersama cinta…..

tapi tak jarang pula cinta memberi kenangan pahit ketika smua rasa hancur karena kekeceweaan….

Mungkin benar jika cinta harus selalu diperjuangkan…..

Ketika cinta itu telah terlahir oleh sebuah ketulusan yang menyertainya….Maka cinta akanlah abadi…..Masih adakah kini cinta itu di saat kesetiaan menjadi teka-teki besar yang dipertanyakan….

MEGA ENSA

“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan,”

Begitulah skenario Alloh, betapapun aku berusaha menolak kehadiran perempuan dalam hatiku untuk yang kedua kalinya. Namun aku tak bisa menolak ketetapan yang telah dibuat-Nya.

Oktober 2003,

Kutemukan diriku di sman 21

Episode hidupku belum berakhir. Kulanjutkan perjuangan hidupku ditingkat SMA. Tidak sulit bagiku, untuk beradaftasi dihabitat baruku. Setidaknya aku sudah mengenal sebagian kakak kelas dan guru disana. Aku mengenal mereka saat aku menjadi ketua OSIS dulu.

Bumi terasa sempit, aku berjumpa dengan kawan SMP ku di SMA. Bahkan Kiki fryadi dan Tuti Alfianti menjadi teman sekelasku yang ketiga kalinya. Ternyata benar dugaanku, mereka akan menjadi saingan hidupku. Kini saat pemilihan ketua murid, saya dan Kiki mengangkat tangan secara serempak. Menandakan bahwa kami siap memimpin siswa lainya.

Persaingan jelas terlihat dimata kami berdua. Bukan ambisi, bukan tidak toleransi, tapi harga diri. Bukan tidak mau dipimpin, tapi kami telah berjanji akan bersaing menampilkan sesuatu yang terbaik. Kami sedikit berorasi didepan kelas. Bagiku orasi bukan faktor utama mempengaruhi orang lain, terkadang merendah akan membuat kita tinggi. Itu strategi yang aku gunakan saat itu, tentunya bukan rendah diri. Akhirnya aku menjadi ketua kelas dan Kiki wakilnya, tentunya Tuti Alfianti menjadi sekretarisnya. Bagaikan sinetron saja, kami selalu bertemu.

Banyak organisasi pilihan di SMA. Tapi entah kenapa aku tidak memilih paskibra, Pramuka bahkan PMR. Aku lebih tertarik pada organisasi lingkungan, bahasa, dan ilmiah.

Saat itu aku memilih organisasi KKS (klub konservasi sekolah), KIR (Karya Ilmiah Remaja), dan Ekstrakurikuler Bahasa Jepang. Aku memilih itu semua dengan berbagai pertimbangan matang. Bahwa aku ingin mendapatkan berbagai ilmu yang aku butuhkan untuk bertahan hidup.

Aku sangat senang bisa bergabung bersama orang yang hebat, orang-orang yang memiliki semangat untuk maju, Orang-orang yang ingin bermanfaat bagi orang lain.

Kuikuti semua perkembangan yang terjadi dihabitat baruku itu. Habitat baruku tak sesederhana dunia SMP. Disana benar-benar heterogen. Memiliki pola pikir yang berbeda, walupun tidak sedikit orang yang masih kekanak-kanakan.

K K S

KKS Andalah kepanjangan dari klub Konservasi Sekolah, suatu wahana yang ada dibawah binaan Dari Konus. KKS, beranggotakan 13 sekolah yang ada di koota Bandung dan 2 sekolah yang ada dilura kota Bandung.

KONUS (Konservasi Alam Nusantara) merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yang didirikan pada tanggal 23 Maret 1998 di Bandung. Visi : Lestarinya satwa liar dan habitatnya dalam keselarasan dengan alam dan manusia.

Misi : Mengajak semua lapisan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian satwa liar dan habitatnya.
Tujuan : Mewujudkan semua lapisan Indonesia yang selaras dengan lingkungan tempat tinggalnya.


Bentuk kegiatan

1. Klub Konservasi Sekolah

2. Kunjungan ke sekolah (school visit)

3. Kampanye Simpatik
4. Fasilitasi Pelatihan Pendidikan Lingkungan
5. Pameran, seminar, dan workshop lingkungan
6. Pengamatan satwa dan tumbuhan.


Alamat:
Jl. Cikutra Baru II No. 9,
Bandung 40124
Telp/fax (022) 720-0234
Website : http://www.konus.or.id

Entah mimpi apa aku semalam, aku kembali bertemu dengan Kiki dan Tuti disana. Seperti biasa, kami selalu berebut posisi, namun anda mungkin sudah tahu hasil akhirnya, ya gegitulah hasilnya, aku menjadi ketua KKS dan Kiki menjadi wakilnya, tak terlewatkan bahwa Tuti menjadi sekretarisnya.

Kami kembali bekerjasama dalam satu organisasi yang sama. Selain aktif dikegiatan KKS, kamipun ikut aktif dikegiatan KONUS langsung, minimal kami mengetahui pembuatan bulletin setiap dua minggu.

Banyak sekali yang kami dapat kan di KONUS. Ilmu jurnalistik, so pasti kami dapatkan. Kegiatan yang kami ikutipun sangat banyak :

· Penelitian kualitas tanah, air, dan udara.

· Studi ke lapangan, pengamatan primate.

· Pengolahan sampah menjadi barang baru.

· Jamabore

Menjadi suatu kebanggan bagi kami, saat kami menjadi juara umum saat Jambore. Tidak, tanggung-tanggung, jambore tersebut telah mengantarkan kami kembali bertemu dengan orang-orang penting di pemerintahan.

Sungguh pengalaman yang tak ternilai saat kami mengikutinya. Aku teringat, ketika perayaan hari bumi, kami ikut serta didalamnya. Bergabung berama lebih dari sepuluh LSM Lingkungan, baik mahasiswa atau umum, kami berkampanye seharian, membawa tiruan bola bumi dengan diameter lebih dari lima meter.

Ikutnya aku disana, membuat aku melihat dunia baru yang baru aku tahu, betapa besar semangat kaum muda untuk mnyelamatkan bumi, betapa besar kerusakan Bumi.

Aku jadi teringat, ketika aku menjadi ketua OSIS di SMP, Aku pernah berkumpul bersama seratus orang lebih, perwakilan dari setiap sekolah di kota Bandung, dalam rangka, pelatihan menuju duta lingkungan. Kegiatan itu dilaksanakan oleh BPLHD Jawa Barat. Tempatnya di Hotel Lingga. Tak bisa saya ceritakan disini, karena sangat banyak dan berkesan sekali. Yang pasti, Dimanapun ada saya, Kiki selalu menjadi pendamping setia.

Kembali, saya dan Kiki terpilih menjadi kader lingkungan hidup kota Bandung, di bawah binaan P3LHP. Di P3LHP, aku dihantarkan bertemu dengan anggota dewan Pertemuan kami dengan anggota dewan, adalah untuk merundingkan solusi dari kebijakan pemerintah, berkenaan perda K3 no 11 tahun 2005.

Peristiwa itu terjadi pada bulan Sungguh, menjdi aktifis, telah membawa saya pada kehidupan seuutuhnya.Banyak masalah dunia yang perlu segera ditangani. Sampai sekarang saya masih aktif disalah satu LSM di kota Bandung.

Kegiatan yang begitu sibuk, telah melupakanku pada permasalahan hidup pada umumnya, namun demikian saya masih bisa menyeimbangi pelajaran saya.

Naluri tauhid

Kusibukan hariku bersama organisasi kesayanganku, tempat pelarianku dari kelelahan adalah perpustakaan, disana aku sering bercengkrama bersama guru-guru, sekadar menimba ilmu lebih dari mereka. Aku juga adalah orang yang selalu haus dengan informasi.

Dalam kesunyian waktu, aku coba membaca buku berjudul Power ESQ. Tergetar hatiku saat aku membuka lembar demi lembar buku tersebut. Buku tersebut mengingatkan aku pada seorang teman lamaku, Suhendar namanya.

Dia adalah orang yang pertama membuat naluri Ketauhidanku bangkit. Dia adalah orang yang memaksaku mencari Alloh. Kukurangi kegiatan organisasiku, namun demikian aku tetap aktif didalamnya, hanya mengurngi sedikit perhatian.

Kuarahkan perhatianku pada Organisasi Rohis di sekolahku. Aku bergabung diantara mereka. Aku ikut aktif bersama mereka. Suatu ketika aku menonton video karya harun yahya, betapa kecilnya aku dihadapan tuhan, betapa hinanya aku dihadapan tuhan, betapa tak sedikitpun bisa menyelamatkanku.

Kembali aku dalam masa pencarian tuhanku. Aku merasa ada yang kurang dalam hidupku, bagaimana bila aku mati dalam keadaan seperti ini.

Bagaimanakah rasanya menunggu kematian itu?

Lalu apakah kematian itu?

Dan bagaimana memilih antara mati untuk buah hati dan hidup untuk orang yang dicintainya?

Dimanakah bisa kutemukan kedamaian diantara keduanya?

Untuk menjadi aku dan tiada

Aku adalah kematian itu sendiri

Dan hidup serta kematian itu adalah hampa

Dimana aku meletakkan ego dan perasaan ini

Untuk berteriak lantang kepada Langit

Untuk memilih mati

Untuk memilih hidup

Untuk memilih diam

Dan untuk memilih Cinta……..

Aku mulai jatuh sakit. Hari-hariku penuh siksa. Penyesalan kian silih merganti, seolah mentertawakan diri. Sayup-sayup kudengar suara hati. Bagaimana seandainya kau mati? Kau mati dalam keadaan seperti ini. Sangat jauh sekali dari apa yang diperintahkan Illahi. Dada ini sesak saat kuingat dosa-dosa. Palagi kuteringat salah satu firman Alloh yang intinya berbunyi barang siapa yang lebih mencintai dunia dari pada Alloh, rosul dan jihad, maka tunggulah sampai Alloh memberikan suatu keputusan, Amat cepat hisab Alloh….

Rasa takut akan kematian mulai terus menghantui, terbawa mimpi. Selama empat hari, tidurku ditemani mimpi kematian. Seketika itu aku mulai takut, aku merasa bahwa malam ini akan datang mimpi yang lebih dasyat dari sebelumnya. Bahkan lebih dasyat dari Tsunami. Ledakan dalam hati semakin besar bagaikan ledakan bom bali.

Kugerakan tanganku untuk mengambil bantal. Ketelengkupkan badan ini, kutimpa telinga ini dengan bantal yang kumiliki. Kupejamkan mata walau masih tersadar. Kuterus berkompromi dengan rasa takut. Tidurnya mata ini tak diiringi dengan tidurnya hati ini.

Setelah kusadar, kumelihat diriku begitu kecil dihadapan sesuatu yang ganas. Aku melihat diriku delemparkan pada pusaran api yang berwarna hitam pekat. Tubuhku terbakar tanpa darah. Kulitku terkelupas, perih sekali rasanya. Tanpa disadari ada sesuatu yang menghantam kepalaku dari belakang. Sakit sekali. Mataku keluar, otaku bercucuran dari lubang hidung dan telingaku. Jantung, hati, dan tubuhku tersayat. Kucoba berlari namun tidak juga ku temukan jalan. Sekelilingku hanya ada api, dan tak seorangpun mampu menolongku.

Aku begitu tersiksa kini bukan kulitku yang menyelimuti tubuh, namun bara api. Aku mulai tertarik pada pusaran api tersebut. Bau busuk menyeruak, potongan badan berserakan tak tentu arah, tak ada cahaya disana, tak ada sirkulasi udara, gelap dan jahat begitu memikat, aku menghirup nafas yang itu itu juga, tak ada oksigen, hingga kerongkonganku tersumbat, nafasku kembang kempis, jantungku berdegup kencang, paru ku membiru “! “.. tak ada penolong, tak ada Mega mantan kekasih fanaku, tak ada penolong, hanya badanku sebesar kepalaku..”! aku terjaga seketika, mimpikah? atau kenyataan hidup sebenarnya, sebab mimpi juga adalah keinginan dan keadaan bawah sadar atas realitas hidup sebenarnya, cepat cepat kunyalakan lampu kamar.

“Tuhan.. ini bukan mimpi,. it’s a real life !! buru - buru aku terbangun dengan peluh bercucuran dan badan gemetar, ternyata malaikat maut bisa menjemputku. kapan dia mau, dan lebih dekat dari urat leherku sendiri! Dan aku belum siap dengan kematian yang menjadi kawan setia ku.

Pengalaman tauhid ku ini membuat aku sadar, bahwa ada kebahagiaan lain yang harus aku kejar. Sejak saat itu aku selalu menghabiskan waktu dimasjid, mencari ketenangan batin sesungguhnya.

Aku dekati orang-orang yang memiliki tujuan yang sama. Banyak pelajaran yang kudapatkan dari mereka. Terkadang sengaja aku pergi ke Pusdai, untuk mencara kehbahagiaan yang islami. Kuselami hidup dari lorong terhina.

Kuberkeliaran dimalam hari, hanya ingin tahu dunia malam, dan apa yang membuat itu terjadi. Perlahan aku memahami, bahwa dunia begitu kejam, dunia mampu mengikat seseorang, mampu membutakan mata hati manusia.

Sungguh, satu episode yang menyedihkan.

Kata hati

Super aktif ( Rai ) OSIS SMP

Aku tau Burhan, paz aku duduk dibangku smp…Kelas dua aku sekelas ama Burhan,,dari situ aku mulai mengenal burhan. Dia tuch orangnya asyik sich…Dia tuch ga pernah ngebeda-bedain temen, ama temen dikelas dia akrab aza.

Lama kelamaan aku mulai kenal dia banget, karena selama sekelas, di OSIS juga sering ketemu, kebetulan Burhan kepilih jadi ketua OSIS paz angkatan aku, dan aku jadi sekretarisnya, jadi ya sering banget bareng ma dia.

Dia tuch orangnya disiplin banget, baik, bertanggung jawab, solider, dang a pernah pilih-pilih teman..tapi disisi lain burhan juga tergolong orang yang egois, ngomongnya suka ceplas ceplos. Kadang dia ga liat situasi and kondisi, yang penting dia nyampein aza.

Burhan tuch asyik diajak ngomong, coz diatuch orangnya emang humoris…humoriis banget, ya walaupun sebenarnya dia tegas sich..Burhan tuch sering cairin suasana…paz ada yang sedih atau punya masalah, dia selalu ngebantu, solusinya selalu jitu lho.

Oh iya, burhan itu pinter ngomong juga, truz dia tuch ga mo diem. Maksudnya diatuch suka mondar-mandir mulu..kayanya dia tuch ga pernah diam disatu tempat. Aktif banget sich dia, tapi nyenengin juga..

Ya intinya sich aku seneng baget punya temen kaya dia,, dia banyak biking kenangan buat aku. Temen yang poaling disiplin…rame…bawel…super aktif..

Burhan yang telah bikin hidup aku warna-warni

Sosok Sederhana (Devi W, Jurnal)

Selama saya kuliah, saya salut pada penulis, selai penulis baik, ramah, penulis juga termasuk orang yang aktif mengikuti perkuliahan.

Dari penampilan penulis, jujur saya suka penampilan penulis, karena begitu sederhana dan memiliki jiwa yang luar biasa. Selama saya mengenal penulis, penulis tidak pernah melakukan kesalahan pada saya, apalagi melontarkan kata-kata yang tidak baik.

Seorang Motivator ( Dra. E. Tuti Syarifah ) Wali Kelas, kelas 2 SMP

Penulis seorang siswa yang memiliki semangat over, Semangatnya seolah tak pernah mati. Penulis adalah orang yang aktif diberbagai oraganisasi.

Sebagai seorang ketua OSIS, penulis mampu menjadi seorang motivator bagi rekannya.Kepiawaian penulis dalam memimpin, ditunjang dengan pengetahuan yang luas. Penulis memimpin dengan contoh, sehingga apa yang dilakukan penulis, menjadi motivator bagi rekan-rekannya.

Saya sebagai gurunya merasa termotivasi untuk membimbing kelas. Ide kreatif yang diajukan penulis membuat saya mampu bergerak, merealisasikan program silaturahmi kelas.

Saya merasa bangga telah berhasil mendidik siswa saya. Saya doakan apa yang dicita-citakan penulis semoga tercapai.

Seorang Pemimpin (Ujang Rochendi) teman SMP

Burhan atau sering di sebut dengan nama kecil ”han’s” , han seorang alumni dati sebuah smp negri 42 bandung, dimulai dari kelas !A, ia merupakan seorang anak pendiem tapi pandai bergaul, walaupun sikapanya pendiem tapi di dalam berbagai bidang pelajaran ia cukup berprestasi selain mata pelajaran , bahakan ia juga ulet dalam mengikuti ekstar kulikuler, seperti pada umunya semua sekolah n, di sekolah nya smp n 42 terdapat 3 ekstra kulikuler wajib , yaiatu : PRAMUKA , PASKIBRA , PMR, Paskibraadalah bidang ekstrakulikuler yang ia pilih , mungkin karena jiwanya memiliki jiwa kepimpinan , di kelas 3 ia sempat mendapat gelar sebagai salah sat u dari “danton (komandan PLelaton) terfavorit se-sejawa barat. Dan memimpin kepengurusan osis di smp nya tersebut.

Kelas 2 adalah mata kepemimpinan dia sebagai pengurus osis di smp n 42 bandung, selama manjabat sebagai ketua osis , banayak yang telah ia kembangakan melalui inspiratifnya untuk sekolah nya tersebut yang kebetulan sekolah juga dengan bantuan rekanya ia banyak menagadakan berbagai kegiatan sekolah seperti usaha kebersihan sekolah , pencipta lingkunagn hidup dan bebagai kegiatan lainnya

Awal memasuki kelas 3 semuanya terjadi begitu dan dalam masa keremajaaan perubahan terjadi atas tingkah lakunya bersama teman-temannya termasuk saya… tapi itu tidak mempengaruhi dalam pelajarannya ,

Samapai akhirnya memasuki kelulusan di tingakat smp bahakan ia lebih memperketat kegiatan nya dalam belajar, tapi telah menjadi kesehariannya, hingga akhirnya ia lulus dari smp dan menruskan ketingkat atas di salah satu sma negri di kota bandung.

Seorang yang solid ( Cecep MSG) teman SMP

Dia seorang teman yang mungkin bisa di bilang baik, tapi emank kenyataan, knapa saya berpendapat seperti itu karena saya berteman dari smp dan sampai sekarang.

Mukin saya tau seluk beluknya burhan tapi ga mungkin semuanya, karena cecep juga ga bisa setiap hari apa yang dia perbuat, karena perbuatan adalah mencermin kan sifat burhan, burahan tuh baik dalam segalanaya tapi tak semuanya….heheheheheh……mungkin saya jujur yah…..burhan teman yang baik kalo cecep lagi butuh apa juga suka di bantu….dalam arti apa dulu butuhnya kalo misalnya cecep lagi bt atau lagi ada masalah burhan lah yang bisa Bantu cecep……tapi kalo lagi butuh duit juga burhan suka minjemin malah ngasih….hehehhehehhe :D……wkwkwkwk!!!!!!!!!!

Burhan adalah seorang bisa merayu orang tua cecep kalo cecep lagi ada masalah am keluraga, burahan lah yang bisa ngedinginin orang tua cecep.

Burhan adalah suatu panduan bagi temen-temen nya, sedikit-sedikit dia selalu mengatakan kata-kata mutiaranya atau bisa di bilang puitis lah.

Burhan seorang yang solid best friend’s, dia kalo gab ant suka memakasa, itu lah seorang tem,an yang super hero….wkwkwkkwkwkwk.

Tapi yang harus tau burahan seorang berwibawa, masa pas smp pas pertama kenal dia tuh so gagah gitu si berwibawa gitu lah sombong atgau ga dia tuh so pinter gitu lah…….tapi emang sech burahan tuh pinter, tapi kalo di tamabah burhan ga sombong wah perfect lah….wkwkwkwkkwkwkw, tapi kalo dagh knal mahg dia baik kok….gitu…hahahahahah, pernah yah dia marah-marah ga jelas waktu smp kelas 2 lagi ada acara pengurus osis gitu lah, terus cecep tuh ga atau kalao ada acara gitu lah, tau gha dia ngapain ama cecep dia marah-marah ga jelas ama cecep, aneh kan.

Seorang Pemikir Keras ( Nurtia, paskibra)

Bagi kami burhan adalah pemimpin terbaik, keseriusanya dalam memimpin terbukti dengan rencana yang matang. Setiap langkahnya begitu terencana. Kepemimpionannya memang semi dictator, namun kami menyadari dan merasakan, bahwa apa yang burhan lakukan membawa perbaikan bagi Paskibra.

Dalam benak kami, burhan adalah seorang yang serius dalam menghadapi masalah. Buah pikirnya menjadi solusi terbaik saat itu. Keseriusanya dalam rencana membuat kami sanggup bertahan, walaupun pada akhirnya paskibra dibubarkan tanpa alasan yang jelas, kami merasa segan dan nyaman bila Burhan ada didekat kami. Burhan sosok yang selalu berjuang mewujudkan program kerjanya.

Seorang yang misterius ( Fahmi, teman SMA)

Diamnya penulis,bukan sekedar diam, dalam diamnya kerap kali lahir ide dan gagasan luar biasa. Bagi saya penulis adalah sosok yang misterius. Saya melihat penulis selalu tampak antusias, seolah tak ada beban hidup yang ia pikirkan.

Kegiatan penulis berbeda dengan kegiatan siswa plain pada umumnya. Penulis kerap kali menghabiskan waktunya diperpustakaan. Bila tidak terliaht diperpustakaan, penulis menghabiskan waktunya di masjid. Secara keprebadian, penulis merupakan sosok yang misterius.

Dear

Diary

Bandung, 22 Desember 2008

Entah apa penyebabnya, hari I ni terasa begitu aneh. Tak seperti biasaynya aku terbangun dari tidurku setelah pukul 07.15 WIB. Aku terhentak ketika aku teringat ada UAs mata jul